Share

Dipermalukan Saat Pesta Ulang Tahun

Resty tersenyum melihat ekpresi mereka berdua. "Bukan itu saja, Ibu juga harus mengganti biaya saat aku mengurusmu saat sakit dulu. Bukan anak kesayangan, Ibu yang merawat dan menjagamu, tapi aku. Menantu yang sangat, Ibu benci, dan saat itu aku sedang hamil besar. Apa, Ibu mengingatnya, tapi sepertinya tidak. Orang kaya memang akan selalu lupa dengan pengorbanan orang miskin sepertiku."

"Ah diam kamu, pokoknya sebelum kamu mengganti uang itu. Ibu akan terus menagihnya, mengerti, Mita ayo kita pulang." Setelah mengatakan itu Hesti mengajak putrinya untuk pulang.

"Kalian memang sombong," batin Resty, setelah itu ia kembali fokus untuk mengurus putrinya itu. Sesekali ia melirik ponselnya khawatir tiba-tiba ada pesan yang masuk.

Sementara itu, saat ini Ardan baru saja sampai di kantor, setelah memarkirkan mobilnya lelaki dengan balutan jas berwarna hitam itu bergegas turun. Ardan mengedarkan pandangannya, ia dapat merasakan tatapan aneh dari para karyawannya. Semua itu terjadi akibat kejadian kemarin.

"Ini semua gara-gara Resty," batin Ardan, setelah itu ia memutuskan untuk masuk ke dalam, tak peduli dengan tatapan mereka.

Setibanya di ruangan, Ardan beranjak menuju meja kerjanya, di sana sudah ada tumpukan berkas yang harus ia tanda tangani. Ardan menghela napas, setelah itu ia menjatuhkan bobotnya di kursi. Baru saja akan memulai pekerjaannya, tiba-tiba ponsel Ardan bergetar.

"Siapa sih yang nelpon," gumamnya. Setelah itu Ardan meraih ponselnya, lalu menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan.

[Dan, kamu ada uang nggak, sepertinya uang yang kemarin kurang]

[Memangnya kurang berapa, Kak]

[Mungkin sekitar lima jutaan, kamu ada nggak]

"Duh, gimana ini. Uang tabungan aku kan dipinjam sama, kak Rena untuk biaya khitanan anaknya bulan kemarin, dan sekarang belum dikembalikan. Masa untuk ulang tahun uang yang kemarin aku kasih nggak cukup sih." Ardan membatin.

[Cuma lima juta saja, Kak]

[Em, sebenarnya kalau ada sih sepuluh juta. Soalnya Lala ingin pesta ulang tahunnya seperti teman sekolahnya]

[Ya sudah nanti aku antar uangnya, Kak]

[Ok, kakak tunggu ya]

"Huft, Lala ada-ada saja." Ardan menghembuskan napasnya. Tiba-tiba ia teringat dengan putrinya sendiri, apakah Zara setelah besar nanti akan seperti itu, meminta pesta ulang tahun yang mewah.

"Terus ini uangnya dari mana ya, aku sudah tidak memegang uang sebanyak itu." Ardan pusing untuk mendapatkan uang sepuluh juta dari mana. Karena uangnya kebanyakan sudah dipakai oleh keluarganya sendiri, ada juga yang dipinjam.

"Apa mungkin Resty ada ya, dia kan kerja. Pasti punya uang," batin Ardan, setelah pulang kantor nanti, Ardan akan bicara dengan istrinya itu.

***

Saat jam makan siang Ardan memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Setibanya di rumah Ardan langsung mencari istrinya, terlihat jika Resty baru saja membuat susu untuk putrinya. Seketika Ardan menepuk jidatnya saat lupa untuk membeli susu dan juga pampers.

"Kamu pulang, Mas." Resty yang menyadari kehadiran suaminya, seketika menoleh ke arah di mana Ardan berdiri.

"Iya, ada yang ingin aku bicarakan." Ardan berjalan menghampiri istrinya dan duduk di sebelahnya.

"Res, kamu ada uang nggak?" tanya Ardan tanpa basa-basi. Seketika Resty menoleh dengan kening berkerut.

"Uang untuk apa?" tanya Resty.

"Kak Mita sebenarnya yang butuh, katanya masih kurang untuk biaya dekorasi dan kue ulang tahunnya," jawab Ardan.

"Loh, bukannya kemarin sudah kamu kasih, Mas." Resty menatap suaminya.

"Iya, tapi masih kurang," jawab Ardan. "Gimana kamu ada nggak."

"Ada." Resty mengangguk. Beruntung selama bekerja ia dapat menabung sedikit demi sedikit. Selain uang hasil kerjanya, Resty juga punya penghasilan lain dari jualan online, ikut teman sekolahnya dulu saat SMP.

"Kalau begitu uangnya mana, biar aku antar ke rumah ibu," ujar Ardan, beruntung karena istrinya masih mau meminjamkan.

"Belum dipakai sekarang kan, lagi pula untuk bayar dekorasi biasa nanti kan selesai acara. Kalau mau nanti aku bawa sekalian kasih hadiah untuk Lala," sahut Resty. Mendengar itu Ardan terdiam sejenak, jika memaksa sekarang khawatir Resty tidak mengurungkan niatnya itu. Alhasil Ardan memilih untuk mengalah dan setuju dengan saran istrinya.

Waktu berjalan begitu cepat, pukul tiga sore Ardan dan Resty sudah tiba di rumah ibunya. Acaranya memang sore hari, dan saat mereka sampai acara sudah siap untuk dimulai. Melihat kedatangan Ardan, Mita langsung menghampiri adiknya itu.

"Gimana, Dan. Ada nggak?" tanya Mita.

"Ada kok, Kak. Kakak tidak usah khawatir, lebih baik kita mulai saja acaranya," jawab Ardan. Meskipun adiknya datang bersama dengan sang istri, tetapi baik Mita dan juga yang lain seolah tidak menganggap Resty ada.

Selesai bicara dengan Ardan, acara pun segera dimulai, Resty berdiri di sebelah suaminya. Ia nampak tenang, meski sesekali Resty mendengar bisikan tidak mengenakan dari kakak iparnya, serta ibu mertuanya. Acara awali dengan pembukaan, nyanyian lagu ulang tahun, serta potong kue.

Di saat semua anggota keluarga serta tamu undangan sudah mendapatkan kue. Kini Mita berjalan menghampiri Resty seraya membawa sepotong kue. Resty sudah sangat siap dengan apa yang akan terjadi nanti, karena ia sudah cukup kebal dengan hinaan dari keluarga suaminya itu.

"Aku dengar kamu kerja jadi pelayan restoran ya, mumpung di sini kekurangan tenaga. Kamu bisa nggak anterin minuman ini untuk tamu yang datang," ujar Mita dengan begitu sombong.

"Iya, lagian wanita kampung seperti kamu. Nggak pantas jadi tamu, kamu pantasnya jadi babu," timpal Rena, adik Mita.

Resty tersenyum. "Terima kasih ya, untuk hinaan yang kalian berikan. Tapi sebelum itu, tolong dicatat ya. Orang sombong yang berdiri di hadapanku saat ini, yang ngakunya orang kaya. Tapi untuk biaya dekorasi serta kue saja nyatanya pinjam sama adik iparnya sendiri. Yang setiap saat dihina dan direndahkan."

Jlep, detik itu juga Mita melirik ke arah Ardan, ia cukup bingung dengan ucapan adik iparnya itu. Mungkinkah jika uang yang ia minta pada adiknya, adalah milik Resty, adik iparnya yang telah ia hina.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Virafdylan S Saban
sllu sj ada cerita suami harus nanggung biaya hidup kkanya yg SDH brkeluarga,masuk akal g th,sispun yg ada di dunia ini tolong berfikir,bisa terima g ya,cerita abal² sj
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status