Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya

Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya

Oleh:  Bintang Senja  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
30Bab
25.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ardan terkejut saat melihat istrinya bekerja sebagai pegawai restoran, berbagai pertanyaan pun melintas di benaknya. Saat hendak mempermalukan di depan umum, justru berbalik pada dirinya sendiri. Secara tidak sengaja Resty, istri Ardan telah membongkar kebusukan suaminya itu tepat di hadapan para karyawannya.

Lihat lebih banyak
Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Mayda Kyoto
suka sama cerita nya..singkat..padat dan seru..
2023-12-26 17:08:02
0
30 Bab
Mempermalukan Suami
"Res, ini uang bulanan kamu, seperti biasa." Ardan meletakkan lima lembar seratus ribuan di atas meja. Resty hanya meliriknya sekilas lalu kembali fokus membuat susu untuk putrinya yang kini usianya enam bulan. "Kamu simpan saja, Mas. Atau kamu kasih ke ibu," sahut Resty, mendengar itu Ardan sedikit terkejut. "Memangnya uang bulan kemarin masih?" tanya Ardan. Karena sangat mustahil jika uang bulan kemarin masih tersisa."Alhamdulillah masih, Mas." Resty mengangguk. Selesai membuat susu, wanita berdaster itu berjalan menghampiri putrinya yang kini tengah berada di atas karpet dengan beberapa mainannya. "Mustahil uang bulan kemarin masih ada, sedangkan aku memberinya hanya lima ratus ribu untuk sebulan. Dan itu sudah kepotong untuk beli susu sama pampers," batin Ardan. Lelaki berkemeja biru itu menatap istrinya yang sedang asyik memberikan susu untuk putri mereka. Setelah itu Ardan beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Baru saja Ardan masuk, tiba-tiba ponselny
Baca selengkapnya
Ditagih Biaya Operasi
"Kenapa diam, apa perlu aku bongkar semuanya. Kalau ibumu sering menagih biaya operasiku dulu saat melahirkan Zara. Bukan itu saja, selama ini kamu juga hanya memberiku uang bulanan lima ratus ribu untuk satu bulan, dan itu sudah termasuk untuk membeli susu dan juga pampers," ungkap Resty. Mendengar itu semua karyawan yang ada kembali terkejut. "Hah, sebulan hanya lima ratus ribu, yang benar saja," bisik salah seorang karyawan. "Iya, masa sih pak Ardan menjatah istrinya cuma lima ratus ribu," bisik satunya lagi. "Iya, rasanya nggak mungkin. Tapi wanita itu beneran istrinya, pak Ardan," timpal salah satunya. Bisikan demi bisikan mulai terdengar, bahkan Resty dapat merasakan tatapan tak suka dari mereka. Sementara itu, kemarahan Ardan semakin memuncak. Karena secara tidak sengaja Ardan telah dipermalukan oleh istrinya sendiri. Walaupun sesungguhnya itu terjadi juga akibat ulahnya. "Ikut aku pulang, Romi tolong kamu handle semuanya. Maaf istri saya memang mengalami gangguan jiwa." D
Baca selengkapnya
Dipermalukan Saat Pesta Ulang Tahun
Resty tersenyum melihat ekpresi mereka berdua. "Bukan itu saja, Ibu juga harus mengganti biaya saat aku mengurusmu saat sakit dulu. Bukan anak kesayangan, Ibu yang merawat dan menjagamu, tapi aku. Menantu yang sangat, Ibu benci, dan saat itu aku sedang hamil besar. Apa, Ibu mengingatnya, tapi sepertinya tidak. Orang kaya memang akan selalu lupa dengan pengorbanan orang miskin sepertiku.""Ah diam kamu, pokoknya sebelum kamu mengganti uang itu. Ibu akan terus menagihnya, mengerti, Mita ayo kita pulang." Setelah mengatakan itu Hesti mengajak putrinya untuk pulang. "Kalian memang sombong," batin Resty, setelah itu ia kembali fokus untuk mengurus putrinya itu. Sesekali ia melirik ponselnya khawatir tiba-tiba ada pesan yang masuk. Sementara itu, saat ini Ardan baru saja sampai di kantor, setelah memarkirkan mobilnya lelaki dengan balutan jas berwarna hitam itu bergegas turun. Ardan mengedarkan pandangannya, ia dapat merasakan tatapan aneh dari para karyawannya. Semua itu terjadi akibat k
Baca selengkapnya
Membuat Ibu Mertua Jantungan
Sementara itu, Ardan terlihat salah tingkah karena memang ia tidak jujur jika uang yang kakaknya butuhkan itu, ternyata hasil pinjaman pada Resty. Setelah itu Ardan berjalan menghampiri istrinya yang saat ini tengah berdiri di hadapan kakaknya. Ardan khawatir jika nanti istrinya itu akan mempermalukan kakaknya, seperti yang pernah Resty lakukan pada dirinya saat berada di kantor. Sementara itu, bisikan mulai terdengar dari tamu undangan yang datang, bahkan tatapan mereka juga terlihat aneh, seakan percaya dengan apa yang Resty katakan. "Resty kamu apa-apaan sih, kamu jangan buat malu keluargaku ya." Ardan menarik tangan istrinya dan membawanya untuk menjauh dari mereka. Suasana yang semakin panas membuat Resty semakin gencar untuk membuat mereka malu. "Aku pikir kalian sudah tidak punya malu, tapi ternyata masih ada urat malunya ya," ujar Resty dengan nada mengejek, Ardan yang mendengar itu kemarahannya semakin memuncak. Mita yang samar-samar mendengar pembicaraan mereka seketika b
Baca selengkapnya
Memilih Untuk Pergi
Acara ulang tahun yang seharusnya meriah dan juga mewah kini menjadi panas dan berantakan. Terlebih saat ini Hesti jatuh pingsan lantaran masalah yang menimpa keluarganya. Ardan yang khawatir dengan keadaan ibunya, dengan segera membawanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, dokter langsung memeriksa kondisi ibu Hesti. Sementara itu, Ardan dan kedua kakaknya menunggu di luar, sedangkan kakak ipar Ardan berada di rumah bersama dengan anak-anak, karena tidak baik juga membawa anak kecil ke rumah sakit. Selang beberapa menit, pintu ruangan terbuka, melihat dokter yang menangani ibunya keluar, dengan segera mereka bertiga beranjak menghampirinya. Baik Ardan serta kedua kakaknya rasanya tidak sabar ingin mengetahui bagaimana kondisi ibu mereka saat ini. "Bagaimana keadaan ibu kami, Dok?" tanya Ardan serta kedua kakaknya. Rasa khawatir jelas terlihat pada mereka bertiga. "Untuk saat ini kondisi, ibu Hesti masih lemah. Tolong dijaga kesehatannya ya, tadi hanya kelelahan dan syok sa
Baca selengkapnya
Rahasia Kakak Ipar
"Maaf kalian siapa ya?" tanya Ardan dengan raut wajah kebingungan. Ia khawatir jika dua lelaki itu ada hubungannya dengan kakaknya. Karena untuk acara ulang tahun kemarin belum sempat mereka bayar. "Kami ke sini untuk menyerahkan ini." Lelaki itu menyerahkan map berwarna biru. Dengan raut wajah bingung Ardan menerima map tersebut, lalu membuka dan membacanya. "Maaf, ini maksudnya apa ya?" tanya Ardan yang benar-benar tidak tahu dengan isi map tersebut. Karena di dalam map berisi tentang surat tagihan, tetapi Ardan merasa tidak memiliki utang. "Ini adalah surat tagihan utang yang, ibu Mita lakukan." Lelaki itu menjelaskan, jika surat tersebut merupakan surat tagihan utang yang kakaknya sendiri lakukan."Dimohon, Bapak segera melunasinya hari ini juga," ucap lelaki itu. Seketika Ardan memijit pelipisnya, masalahnya uang yang tersisa tidak cukup untuk membayarnya. Jika saja Resty jadi meminjamkan uang pasti keadaannya tidak akan separah ini. "Apa tidak bisa .... ""Tidak, Pak. Hari i
Baca selengkapnya
Bujukan Ardhan
"Jadi bagaimana, Pak?" tanya Resty, jika memang pak Reno tidak mau menerimanya juga tak masalah. Resty bisa mencari pekerjaan yang lain, toh saat ini jualan online yang ia jalankan masih lancar. "Kamu tidak perlu menerimanya, dia itu istri Ardan. Sangat mustahil jika kebutuhannya tidak dipenuhi, dia memang sedikit stres, kadang suka menjelek-jelekkan suaminya sendiri." Bukan Reno yang menjawab, melainkan Rena. Karena kesal ia sengaja mengompori Reno untuk tidak menerima Resty bekerja di restorannya itu. "Rena kamu yakin kalau .... ""Baik jika, Bapak lebih percaya dengan dia tidak masalah. Kalau begitu saya permisi, Kak Rena aku mengalah bukan berarti kalah." Resty memotong ucapan pak Reno, setelah itu ia memutuskan untuk pergi dari restoran tersebut. "Rena, kenapa aku merasa kalau yang Resty katakan itu memang benar. Seorang istri tidak akan menentang suaminya, jika suaminya benar-benar memberikan rasa nyaman dan bertanggung jawab," ungkap Reno, mendengar itu Rena bertambah panas.
Baca selengkapnya
Dilabrak Pelakor
"Ok, kita lihat saja nanti. Apa kamu akan sanggup tinggal di sini," batin Resty. Ia yakin jika suaminya tidak akan sanggup tinggal di rumahnya terlalu lama. Karena selama ini Ardan hidup enak tanpa merasakan kesulitan. "Terserah kamu, Mas. Tapi apa kamu sanggup tinggal di sini bersamaku." Resty menatap suaminya, raut wajahnya terlihat berubah. Ardan seakan ragu jika benar-benar harus tinggal di rumah istrinya yang sangat jauh berbeda dengan rumahnya yang megah itu. "Demi kamu dan anak kita, aku sanggup." Ardan mengangguk. Resty akan melihat, apa suaminya benar-benar yakin bisa tinggal bersamanya. Karena secara level mereka sangat jauh berbeda. "Ok, terserah kamu saja, Mas. Sayang sekarang kita makan dulu ya." Resty mengajak putrinya masuk ke dalam. Melihat istrinya masuk ke dalam, Ardan mengikutinya. "Ibu mana?" tanya Ardan. "Sudah pergi ke sawah, pekerjaan ibu dari dulu kan memang di sawah," jawab Resty, sementara Ardan hanya mengangguk. "Ya sudah, aku berangkat ke kantor dulu
Baca selengkapnya
Suami Tak Berpendirian
"Kalau kamu memang sudah tidak mencintai mas Ardan, lalu untuk apa kamu menerimanya untuk tinggal di sini?" tanya Serly. Ia curiga jika Resty masih mencintai Ardan, begitu juga sebaliknya. Terlebih Ardan, karena lelaki itu secara terang-terangan menolak keinginan ibunya untuk menikah dengan Serly. "Aku menerimanya karena status kami masih sepasang suami-istri, kami masih pasangan yang halal. Beda cerita denganmu, kalau kamu meminta mas Ardan untuk tinggal bersama. Itu baru salah, karena kalian belum menikah," ungkap Resty, seketika Serly diam mendengar hal tersebut. Serly menyunggingkan senyumnya. "Mungkin mas Ardan melakukan itu karena terpaksa, tapi aku sarankan, kamu jangan marah jika nanti mas Ardan menggugat cerai kamu. Karena keluarganya sudah sepakat untuk menikahkan kami."Resty tersenyum. "Memang itu yang aku tunggu, jadi kamu bujuk mas Ardan agar dengan segera menjatuhkan talak untukku, dengan begitu kamu bisa menikah dengan mas Ardan. "Sial, aku pikir dengan memanas-mana
Baca selengkapnya
Kedatangan Ibu Mertua
Seketika Resty terdiam dan berusaha untuk mengingat siapa pemilik mobil tersebut. Detik itu juga pria pemilik mobil mewah itu tersenyum, sepertinya pria berkemeja biru itu sangat mengenal Resty. Sementara Resty mulai mengingat siapa pria tersebut. "Mau ke mana?" tanya pria itu, ekor matanya melirik ke arah Ardan yang sedari tadi melempar tatapan yang begitu tajam. "Mau ke rumah sakit, soalnya .... ""Apa suamimu tidak mau mengantarmu ... cepat masuk, kasihan Zara." Pria itu memotong ucapan Resty, sekilas ia kembali melirik ke arah Ardan yang terlihat hendak menghampirinya. Namun secepat kilat Resty masuk, dan sedetik kemudian mobil melaju meninggalkan tempat tersebut. "Ah sial, itu kan mas Dony. Kapan dia pulang, kenapa aku baru melihatnya." Ardan menghentikan langkah kakinya saat mobil yang membawa Resty melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. "Ardan buruann." Mita berteriak untuk memanggil adiknya, seketika Ardan menoleh. Setelah itu ia beranjak menghampiri kakaknya dan masuk
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status