Share

Memilih Untuk Pergi

Penulis: Bintang Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-10 22:02:40

Acara ulang tahun yang seharusnya meriah dan juga mewah kini menjadi panas dan berantakan. Terlebih saat ini Hesti jatuh pingsan lantaran masalah yang menimpa keluarganya. Ardan yang khawatir dengan keadaan ibunya, dengan segera membawanya ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, dokter langsung memeriksa kondisi ibu Hesti. Sementara itu, Ardan dan kedua kakaknya menunggu di luar, sedangkan kakak ipar Ardan berada di rumah bersama dengan anak-anak, karena tidak baik juga membawa anak kecil ke rumah sakit.

Selang beberapa menit, pintu ruangan terbuka, melihat dokter yang menangani ibunya keluar, dengan segera mereka bertiga beranjak menghampirinya. Baik Ardan serta kedua kakaknya rasanya tidak sabar ingin mengetahui bagaimana kondisi ibu mereka saat ini.

"Bagaimana keadaan ibu kami, Dok?" tanya Ardan serta kedua kakaknya. Rasa khawatir jelas terlihat pada mereka bertiga.

"Untuk saat ini kondisi, ibu Hesti masih lemah. Tolong dijaga kesehatannya ya, tadi hanya kelelahan dan syok saja. Kalau begitu saya permisi." Setelah menjelaskan kondisi ibu Hesti, dokter tersebut beranjak pergi. Sementara Ardan dan kedua kakaknya bergegas masuk ke dalam.

Di dalam terlihat ibu Hesti terbaring lemah di atas brangkar, jujur melihat itu Ardan merasa tidak tega, begitu juga dengan Mita dan Rena. Kini mereka bertiga berjalan menghampiri ibu Hesti, Ardan berdiri di sebelah kanan, sementara kedua kakaknya di sebelah kiri.

"Gimana keadaan, Ibu?" tanya Ardan.

"Seperti yang kamu lihat, istrimu benar-benar keterlaluan," ujar Hesti. Ia benar-benar kesal dengan ulah menantunya itu. Ingin rasanya Hesti meminta putranya untuk menceraikan Resty.

"Ibu jangan banyak pikiran dulu, biar cepat sembuh," ujar Rena. Kakak tertua Ardan.

"Kalau kalian ingin lihat ibu cepat sembuh, bujuk adik kalian untuk menikah dengan Serly," ujar Hesti, mendengar itu Ardan terkejut. Rupanya ibunya masih ingat dengan wanita yang pernah dekat dengannya dulu.

"Kamu dengar sendiri kan, Dan. Permintaan ibu itu mudah, tapi kamu nggak pernah mau nurutin," timpal Mita, ia juga setuju dengan keinginan ibunya. Yang meminta Ardan untuk menikah dengan Serly.

Ardan menghela napas. "Ardan kan udah nikah, udah punya anak juga. Coba aja dulu Serly nggak pergi, pasti Ardan nikahin."

"Kamu itu laki-laki, nggak apa-apa punya dua istri. Lagi pula kamu nggak malu kalau jalan bareng sama Resty yang kampungan itu," ungkap Rena. Walaupun ia terkesan lebih diam dari Mita, tapi ia juga tidak setuju dengan pernikahan adiknya itu.

"Sudah, sudah, jangan ribut sendiri, biarkan ibu istirahat. Ardan kamu yang nemenin ibu ya, kakak mau pulang, takut Lala sama Alfan rewel," ujar Mita.

"Iya, kakak juga mau pulang. Bu kami pulang dulu ya, Ibu istirahat saja. Ardan yang akan nemenin, Ibu di sini." Setelah berpamitan, Mita serta Rena beranjak pergi. Alhasil Ardan lah yang mengalah untuk menemani ibu mereka.

"Sekarang, Ibu istirahat saja," ujar Ardan seraya menjatuhkan bobotnya di kursi. Setelah itu Hesti berusaha untuk memejamkan matanya.

***

Pagi menyapa, pukul enam Resty sudah siap untuk pergi dari rumah suaminya itu. Resty ingin memberi pelajaran untuk Ardan, apakah lelaki itu sanggup hidup tanpanya atau tidak. Setelah semuanya siap, kini Resty bergegas untuk turun ke lantai bawah. Berharap Ardan jangan dulu pulang sebelum ia keluar dari rumah tersebut.

"Sayang jangan rewel ya, sekarang kita pergi ke rumah nenek. Kita akan tinggal di sana," ujar Resty seraya menggendong putrinya, setelah itu ia bergegas pergi meninggalkan rumah suaminya.

Kini Resty sudah dalam perjalanan, keputusannya untuk pergi dari rumah suaminya sudah bulat. Berharap Ardan bisa sadar dengan perbuatannya. Beruntung lamaran untuk bekerja sudah diterima, dan senin besok Resty harus datang untuk interview.

Sementara itu, pukul delapan Ardan baru saja tiba di rumah. Setelah memarkirkan mobilnya Ardan bergegas turun, setelah itu ia beranjak masuk ke dalam rumah. Setibanya di dalam, Ardan nampak bingung lantaran rumah begitu sepi.

"Zara, Sayang papa pulang. Zara, Resty kalian di mana." Ardan berjalan menuju ruang tengah, setibanya di sana kosong.

"Mereka ke mana sih, kok sepi begini, Resty kamu di mana." Ardan kembali berteriak memanggil istrinya, tetapi tidak ada sahutan. Setelah itu ia menuju dapur, di sana juga tidak ada.

"Di sini juga tidak ada, apa mungkin mereka di kamar." Setelah itu Ardan beranjak naik ke lantai atas, berharap istri dan anaknya berada di sana.

Setibanya di lantai atas, Ardan langsung masuk ke dalam kamar. Ia kembali terdiam saat melihat kamar sepi dan juga kosong. Lelaki berkemeja hitam itu melangkah masuk ke dalam, nampak ada yang janggal. Mainan putrinya yang biasanya menggantung di box sudah tidak ada.

"Ke mana mereka, kenapa di sini juga tidak ada," ujar Ardan seraya berjalan menuju ranjang. Tempat tidur nampak rapi, sedetik kemudian mata Ardan menangkap sebuah kertas yang tergeletak di atas meja rias. Dengan segera ia mengambilnya.

"Surat apa ini." Ardan mengambil kertas tersebut lalu membacanya.

'Assalamu'alaikum, mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah pergi. Maaf, karena aku pergi tanpa pamit atau izin terlebih dahulu. Tolong jangan mencariku dan putri kita.

Resty

Wasalamu'alaikum'

"Tidak mungkin, kenapa kamu pergi, kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku." Ardan melempar kertas tersebut dan bergegas mengambil ponselnya untuk menghubungi nomor istrinya.

"Ayo dong diangkat." Ardan mondar-mandir seraya terus berusaha untuk menelpon nomor istrinya, tetapi hasilnya nihil.

Setelah itu Ardan bergegas turun ke bawah, ia berencana untuk mencari istrinya. Setibanya di lantai bawah, Ardan bergegas menuju ruang tamu. Saat membuka pintu utama, seketika Ardan terkejut saat melihat ada dua orang lelaki sudah berdiri di depan pintu.

Seketika Ardan terdiam, bingung dan juga panik yang kini ia rasakan. Berbagai pertanyaan pun melintas di benaknya, Ardan benar-benar tidak tahu siapa dua lelaki itu dan apa urusannya datang ke rumah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Akhir Kisah

    Waktu berjalan begitu cepat, keesokan harinya tepatnya pukul sepuluh siang Resty sudah diperbolehkan pulang. Sejujurnya Resty meminta pulang sedari tujuh pagi tadi, tapi dokter belum mengizinkan. Setelah kondisinya benar-benar sudah pulih, baru dokter mengijinkannya untuk pulang."Dafian nggak rewel kan, Mas?" tanya Resty, memang Dian membawa pulang cucunya terlebih dahulu, itupun atas saran dokter. "Nggak kok, kata mama anteng," jawab Dony. Mendengar itu, hati serta pikiran Resty menjadi tenang. "Lalu bagaimana dengan Zara." Resty kembali bertanya."Zara juga nggak rewel kok, malah kata mama seneng banget," sahut Dony."Syukurlah, auh." Resty hampir saja terjatuh jika Dony tidak sigap. "Sayang kamu baik-baik saja kan?" tanya Dony dengan raut wajah khawatir. "Aku nggak apa-apa kok, Mas. Cuma tadi rasanya tiba-tiba sedikit pusing," jawab Resty sembari memijit pelipisnya. "Kita kembali ke .... ""Enggak apa-apa kok, Mas. Aku mau pulang, aku ingin melihat putra kita." Resty memotong

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Penyesalan & Kebahagiaan

    Dua jam telah berlalu, kini Ardan sudah dibawa ke rumah sakit jiwa. Awalnya polisi akan membawanya ke kantor polisi, tetapi setelah diperiksa. Kondisi kejiwaan Ardan terganggu, itu sebabnya polisi membawanya ke rumah sakit jiwa.Sementara itu, saat ini rumah Rena banyak pelayat yang datang saat mendengar kabar Serly meninggal dunia. Bahkan Haris yang mendengar kabar tersebut ikut hadir bersama dengan keluarganya. Mengingat jika Serly juga pernah menjadi bagian dari keluarganya.Setelah pemakaman selesai, Hesti meminta Haris dan sekeluarga untuk mampir lagi ke rumah. Hesti ingin meminta maaf pada mereka, terutama pada Resty, mantan menantunya yang pernah ia sia-siakan. Hesti juga ingin meminta maaf pada Dony."Resty, tolong maafkan semua kesalahan ibu dan sekeluarga. Tolong maafkan kesalahan Ardan juga, mungkin apa yang kami alami adalah karma. Karena kami sering menghina kamu dan juga menyia-nyiakan kamu," ungkap Hesti dengan penuh penyesalan. Bahkan air matanya tak berhenti menetes,

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Ardan Depresi

    Setelah menanda tangani surat persetujuan, kini mereka tengah menunggu di depan ruangan operasi. Ardan dan Rena hanya bisa berharap agar operasi berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja Rena teringat akan Mita yang sampai saat ini mereka belum tahu keadaannya."Kenapa, Kak?" tanya Ardan yang melihat kakaknya tiba-tiba gelisah. "Kita belum tahu bagaimana dengan keadaan Mita," jawab Rena. Mendengar itu Ardan hanya menghela napas. "Nunggu operasi ibu selesai operasi, setelah itu kita tanyakan kondisi Mita," lanjutnya. Sementara itu Ardan hanya mengangguk, setelah itu ia menyenderkan kepalanya di sandaran kursi."Kenapa semenjak aku menyia-nyiakan Resty dan juga Zara masalah selalu datang. Terlebih setelah Resty mengetahui rahasia yang selama ini aku simpan." Ardan membatin, jujur ia merasa bersalah atas perbuatannya pada Resty serta putrinya dulu."Apa ini karma untukku dan juga keluargaku. Selama ini kami selalu berbuat jahat pada Resty." Ardan kembali membatin, lalu mengusap wajahnya d

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Karma untuk Hesti

    Resty tersenyum. "Itu tidak akan pernah terjadi, kamu pikir aku akan luluh dengan ancamanmu itu. Dengar ya, Mas. Aku bersedia memaafkan semua kesalahan kamu dan juga keluargamu. Tapi tolong, jangan pernah usik hidupku lagi, aku sudah bahagia bersama dengan mas Dony."Ardan menggeleng. "Aku tidak percaya, kamu tidak bahagia, kamu hanya akan bahagia hidup bersamaku. Resty, Sayang kembalilah padaku, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kamu seperti dulu. Aku berjanji."Ardan bangkit dan hendak menyentuh pipi mulus mantan istrinya. Dengan cepat Resty menepisnya dengan kasar. Bahkan dua bodyguard yang sedang berjaga langsung menghampiri majikannya untuk melindunginya."Nyonya cepat masuk," titah Jony, salah satu bodyguard yang bertugas untuk menjaga rumah. Dengan segera Resty bangkit dan berlari masuk ke dalam. Sementara itu, Ardan yang hendak mengejarnya, dengan kasar Jony mendorongnya hingga jatuh."Cepat pergi dari sini, jika masih sayang pada nyawamu," ujar Beni, bodyguard yang ikut

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Tawaran Gila Ardhan

    Hari telah berganti, pagi ini Hesti tengah pusing dengan masalah yang menimpa anak-anaknya. Mulai dari anak pertamanya hingga anak ketiganya, yaitu Ardan. Kepala Hesti rasanya ingin meledak saat memikirkan berbagai masalah mereka."Jadi kak Rena semalam nggak pulang, Bu?" tanya Ardan. Saat ini mereka tengah menikmati sarapan bersama, tetapi hanya Hesti dan kedua anaknya. Karena Rena tidak pulang, entah ke mana anak itu."Iya, Rena benar-benar membuat ibu pusing. Anak itu biang masalah yang terjadi di keluarga kita," keluhnya. Karena semenjak ketahuan selingkuh, Rena benar-benar berubah. Wanita itu sering pergi pagi dan pulang larut malam, bahkan terkadang tidak pulang seperti semalam."Udah coba, Ibu telpon." Mita menimpali."Nomornya nggak aktif," sahut Hesti. Wanita itu memijit pelipisnya yang tiba-tiba sangat sakit. Hesti tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena setelah Rena dan Dion resmi bercerai, mereka harus mengembalikan uang yang pernah Rena pinjam dulu."Ibu sudah pernah me

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    "Ya sudah, kalau begitu kami pamit dulu. Ingat ya, kalau kamu tidak mengembalikan uang itu, saya akan menuntut kamu," ucap Mira, seketika Rena dan yang lainnya terkejut mendengar hal tersebut. Terlebih Rena, wanita itu pusing harus mencari uang sebanyak itu ke mana.Setelah urusan mereka selesai, kedua orang tua Dion bergegas untuk pulang. Kini Ardan dan ibunya tengah bingung, bagaimana caranya untuk mengembalikan uang itu. Andai saja Rena tidak berbuat ulah, mungkin Dion tidak akan menceraikannya. Karena bagi Hesti, menantunya itu sumber uang, tapi dasar Rena saja yang tidak bisa memanfaatkan."Coba saja kamu tidak berbuat ulah, Dion pasti tak akan menceraikan kamu. Kalau sudah begini siapa yang rugi," ungkap Hesti. Beruntung jantungnya tidak kumat saat mendengar kabar tersebut."Mas Dion itu terlalu sibuk sama pekerjaan, dia nggak ada waktu untuk Rena," belanya. Sesungguhnya bukan masalah itu saja yang membuat Rena berpaling, tetapi Rena yang memang matre membuatnya mencari kesenang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status