Share

Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya
Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya
Penulis: Bintang Senja

Mempermalukan Suami

Penulis: Bintang Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-10 21:52:32

"Res, ini uang bulanan kamu, seperti biasa." Ardan meletakkan lima lembar seratus ribuan di atas meja. Resty hanya meliriknya sekilas lalu kembali fokus membuat susu untuk putrinya yang kini usianya enam bulan.

"Kamu simpan saja, Mas. Atau kamu kasih ke ibu," sahut Resty, mendengar itu Ardan sedikit terkejut.

"Memangnya uang bulan kemarin masih?" tanya Ardan. Karena sangat mustahil jika uang bulan kemarin masih tersisa.

"Alhamdulillah masih, Mas." Resty mengangguk. Selesai membuat susu, wanita berdaster itu berjalan menghampiri putrinya yang kini tengah berada di atas karpet dengan beberapa mainannya.

"Mustahil uang bulan kemarin masih ada, sedangkan aku memberinya hanya lima ratus ribu untuk sebulan. Dan itu sudah kepotong untuk beli susu sama pampers," batin Ardan. Lelaki berkemeja biru itu menatap istrinya yang sedang asyik memberikan susu untuk putri mereka.

Setelah itu Ardan beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Baru saja Ardan masuk, tiba-tiba ponselnya berdering. Awalnya Resty hanya diam, tetapi benda pipih milik suaminya itu terus menjerit-jerit. Alhasil dengan terpaksa Resty mengangkatnya.

[Dan, uangnya jangan lupa ya, ini ibu sama kakakmu sudah dalam perjalanan]

[Mas Ardan lagi mandi, Bu]

[Oh ini kamu, bilang sama Ardan. Sekarang ibu sama kakaknya sedang dalam perjalanan]

[Iya, Bu. Nanti aku sampaikan]

Tiba-tiba saja panggilan terputus, selang beberapa menit Ardan keluar dari kamar mandi. Terlihat jika lelaki yang usianya sudah menginjak dua puluh delapan tahun itu tengah sibuk mencari baju. Karena memang Resty belum sempat menyiapkan baju.

"Mas, tadi ibu nelpon," ucap Resty. Mendengar itu Ardan menghentikan pergerakan tangannya.

"Nelpon, ngomong apa?" tanya Ardan.

"Katanya ibu sama kak Mita sedang dalam perjalanan. Kalau boleh tahu, memangnya ibu mau ngadain acara ya, kok .... "

"Bukan ibu, tapi kak Mita. Senin besok kan Lala ulang tahun. Itu sebabnya kak Mita memintaku untuk menyiapkan uang untuk biaya ulang tahunnya nanti." Ardan memotong ucapan istrinya, seketika Resty terdiam.

"Setiap kali keluarga kamu mengadakan acara, selalu kamu yang menyiapkan dana. Tapi giliran keluargaku yang ada acara, jangankan menyumbang dana. Pinjam saja tidak pernah dikasih, kamu memang egois mas. Aku memang terlahir dari keluarga tidak mampu, tapi aku masih punya harga diri." Resty membatin.

Hatinya sakit saat mengingat ibunya meminjam uang untuk biaya operasi ayahnya. Namun Ardan mengatakan jika uangnya sudah dipakai kakaknya untuk biaya ulang tahun anak pertamanya. Bukan itu saja, Resty juga dituntut untuk mengganti biaya operasi caesar dirinya saat melahirkan putri pertamanya.

Padahal itu sudah menjadi kewajiban suaminya, tetapi dengan enteng ibu mertuanya menagih uang tersebut, pasca selesai operasi. Hal tersebut, lantaran uang yang Ardan gunakan adalah uang bulanan yang setiap bulan diberikan untuk ibunya.

***

Hari telah berganti, pukul tujuh pagi Ardan sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Sementara Resty masih sibuk mengurus putrinya, usai sarapan Ardan bergegas untuk pergi, karena pagi ini ada meeting.

"Aku pergi sekarang." Ardan berpamitan.

"Iya, Mas. Hati-hati di jalan," sahut Resty. Setelah itu Ardan bergegas pergi, sementara setelah ini Resty juga akan bersiap untuk pergi bekerja.

Pukul setengah delapan Resty sudah siap untuk pergi, selama ia bekerja. Zara ia titipkan ke ibunya, dengan begitu Resty bisa bekerja dengan tenang. Selesai mengantar Zara, Resty bergegas pergi ke tempat kerjanya.

Sampai di tempat kerja, Resty langsung mendapatkan tugas untuk ikut mengantarkan pesanan makanan. Awalnya Resty ragu, karena ia merupakan karyawan baru, tetapi mau tidak mau Resty harus menurut apa kata bos.

Tepat jam makan siang, kini Resty dan dua orang teman kerjanya tiba di sebuah perusahaan yang memesan makanan. Setelah mobil terparkir di halaman depan, Resty ikut turun, setelah itu ia membantu temannya itu membawa makanan tersebut ke dalam.

Sementara itu, saat ini Ardan masih sibuk dengan beberapa pekerjaannya. Namun tiba-tiba pintu ruangan terbuka, seorang lelaki berjalan menghampiri Ardan dengan sedikit terburu-buru. Ardan yang menyadari itu seketika menoleh, tetapi ia kembali fokus pada layar laptopnya.

"Dan, tadi di bawah aku lihat istri kamu. Memangnya istri kamu kerja di .... "

"Jangan ngaco kamu, Resty itu di rumah, lagi ngurusin Zara. Paling kalau pergi ke rumah ibunya doang." Ardan memotong ucapan Romi, teman kerjanya.

"Aku serius, aku benar-benar lihat Resty ikut bawa makanan yang kantor kita pesan. Kalau kamu nggak percaya, ikut aku sekarang." Romi menarik tangan Ardan. Alhasil Ardan memilih untuk menurut, ia bangkit dan mengikuti langkah Romi.

Setibanya di bawah, mata Ardan menangkap sosok wanita yang sangat ia kenal. Dan detik itu juga kemarahan Ardan memuncak saat mengetahui istrinya bekerja sebagai pengantar makanan yang biasanya bekerja di rumah makan catering.

"Resty, kamu benar-benar memalukan, bisa-bisanya kamu bekerja seperti ini. Apa kurang uang yang setiap bulan aku berikan." Ardan menarik tangan Resty, hingga makanan yang ada di tangannya jatuh ke lantai. Seketika mereka terkejut dengan kejadian yang terjadi.

Resty menoleh ke arah suaminya. "Untuk apa malu, karena pekerjaan yang aku kerjakan itu halal. Seharusnya kamu tanya pada dirimu sendiri, pak Ardan yang terhormat. Jika uang yang kamu berikan itu cukup untuk biaya hidup istri dan anakmu, maka istrimu tidak akan pernah melakukan pekerjaan ini."

Detik itu juga Ardan bungkam, malu itu yang ia rasakan, bagaimana tidak malu. Karena ucapan istrinya memang benar adanya, dan kini semua karyawan di kantor tahu jika istri bosnya telah menelantarkan istri serta anaknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Akhir Kisah

    Waktu berjalan begitu cepat, keesokan harinya tepatnya pukul sepuluh siang Resty sudah diperbolehkan pulang. Sejujurnya Resty meminta pulang sedari tujuh pagi tadi, tapi dokter belum mengizinkan. Setelah kondisinya benar-benar sudah pulih, baru dokter mengijinkannya untuk pulang."Dafian nggak rewel kan, Mas?" tanya Resty, memang Dian membawa pulang cucunya terlebih dahulu, itupun atas saran dokter. "Nggak kok, kata mama anteng," jawab Dony. Mendengar itu, hati serta pikiran Resty menjadi tenang. "Lalu bagaimana dengan Zara." Resty kembali bertanya."Zara juga nggak rewel kok, malah kata mama seneng banget," sahut Dony."Syukurlah, auh." Resty hampir saja terjatuh jika Dony tidak sigap. "Sayang kamu baik-baik saja kan?" tanya Dony dengan raut wajah khawatir. "Aku nggak apa-apa kok, Mas. Cuma tadi rasanya tiba-tiba sedikit pusing," jawab Resty sembari memijit pelipisnya. "Kita kembali ke .... ""Enggak apa-apa kok, Mas. Aku mau pulang, aku ingin melihat putra kita." Resty memotong

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Penyesalan & Kebahagiaan

    Dua jam telah berlalu, kini Ardan sudah dibawa ke rumah sakit jiwa. Awalnya polisi akan membawanya ke kantor polisi, tetapi setelah diperiksa. Kondisi kejiwaan Ardan terganggu, itu sebabnya polisi membawanya ke rumah sakit jiwa.Sementara itu, saat ini rumah Rena banyak pelayat yang datang saat mendengar kabar Serly meninggal dunia. Bahkan Haris yang mendengar kabar tersebut ikut hadir bersama dengan keluarganya. Mengingat jika Serly juga pernah menjadi bagian dari keluarganya.Setelah pemakaman selesai, Hesti meminta Haris dan sekeluarga untuk mampir lagi ke rumah. Hesti ingin meminta maaf pada mereka, terutama pada Resty, mantan menantunya yang pernah ia sia-siakan. Hesti juga ingin meminta maaf pada Dony."Resty, tolong maafkan semua kesalahan ibu dan sekeluarga. Tolong maafkan kesalahan Ardan juga, mungkin apa yang kami alami adalah karma. Karena kami sering menghina kamu dan juga menyia-nyiakan kamu," ungkap Hesti dengan penuh penyesalan. Bahkan air matanya tak berhenti menetes,

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Ardan Depresi

    Setelah menanda tangani surat persetujuan, kini mereka tengah menunggu di depan ruangan operasi. Ardan dan Rena hanya bisa berharap agar operasi berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja Rena teringat akan Mita yang sampai saat ini mereka belum tahu keadaannya."Kenapa, Kak?" tanya Ardan yang melihat kakaknya tiba-tiba gelisah. "Kita belum tahu bagaimana dengan keadaan Mita," jawab Rena. Mendengar itu Ardan hanya menghela napas. "Nunggu operasi ibu selesai operasi, setelah itu kita tanyakan kondisi Mita," lanjutnya. Sementara itu Ardan hanya mengangguk, setelah itu ia menyenderkan kepalanya di sandaran kursi."Kenapa semenjak aku menyia-nyiakan Resty dan juga Zara masalah selalu datang. Terlebih setelah Resty mengetahui rahasia yang selama ini aku simpan." Ardan membatin, jujur ia merasa bersalah atas perbuatannya pada Resty serta putrinya dulu."Apa ini karma untukku dan juga keluargaku. Selama ini kami selalu berbuat jahat pada Resty." Ardan kembali membatin, lalu mengusap wajahnya d

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Karma untuk Hesti

    Resty tersenyum. "Itu tidak akan pernah terjadi, kamu pikir aku akan luluh dengan ancamanmu itu. Dengar ya, Mas. Aku bersedia memaafkan semua kesalahan kamu dan juga keluargamu. Tapi tolong, jangan pernah usik hidupku lagi, aku sudah bahagia bersama dengan mas Dony."Ardan menggeleng. "Aku tidak percaya, kamu tidak bahagia, kamu hanya akan bahagia hidup bersamaku. Resty, Sayang kembalilah padaku, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kamu seperti dulu. Aku berjanji."Ardan bangkit dan hendak menyentuh pipi mulus mantan istrinya. Dengan cepat Resty menepisnya dengan kasar. Bahkan dua bodyguard yang sedang berjaga langsung menghampiri majikannya untuk melindunginya."Nyonya cepat masuk," titah Jony, salah satu bodyguard yang bertugas untuk menjaga rumah. Dengan segera Resty bangkit dan berlari masuk ke dalam. Sementara itu, Ardan yang hendak mengejarnya, dengan kasar Jony mendorongnya hingga jatuh."Cepat pergi dari sini, jika masih sayang pada nyawamu," ujar Beni, bodyguard yang ikut

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Tawaran Gila Ardhan

    Hari telah berganti, pagi ini Hesti tengah pusing dengan masalah yang menimpa anak-anaknya. Mulai dari anak pertamanya hingga anak ketiganya, yaitu Ardan. Kepala Hesti rasanya ingin meledak saat memikirkan berbagai masalah mereka."Jadi kak Rena semalam nggak pulang, Bu?" tanya Ardan. Saat ini mereka tengah menikmati sarapan bersama, tetapi hanya Hesti dan kedua anaknya. Karena Rena tidak pulang, entah ke mana anak itu."Iya, Rena benar-benar membuat ibu pusing. Anak itu biang masalah yang terjadi di keluarga kita," keluhnya. Karena semenjak ketahuan selingkuh, Rena benar-benar berubah. Wanita itu sering pergi pagi dan pulang larut malam, bahkan terkadang tidak pulang seperti semalam."Udah coba, Ibu telpon." Mita menimpali."Nomornya nggak aktif," sahut Hesti. Wanita itu memijit pelipisnya yang tiba-tiba sangat sakit. Hesti tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena setelah Rena dan Dion resmi bercerai, mereka harus mengembalikan uang yang pernah Rena pinjam dulu."Ibu sudah pernah me

  • Ketika Istri Menolak Uang Bulanan dari Suaminya   Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    "Ya sudah, kalau begitu kami pamit dulu. Ingat ya, kalau kamu tidak mengembalikan uang itu, saya akan menuntut kamu," ucap Mira, seketika Rena dan yang lainnya terkejut mendengar hal tersebut. Terlebih Rena, wanita itu pusing harus mencari uang sebanyak itu ke mana.Setelah urusan mereka selesai, kedua orang tua Dion bergegas untuk pulang. Kini Ardan dan ibunya tengah bingung, bagaimana caranya untuk mengembalikan uang itu. Andai saja Rena tidak berbuat ulah, mungkin Dion tidak akan menceraikannya. Karena bagi Hesti, menantunya itu sumber uang, tapi dasar Rena saja yang tidak bisa memanfaatkan."Coba saja kamu tidak berbuat ulah, Dion pasti tak akan menceraikan kamu. Kalau sudah begini siapa yang rugi," ungkap Hesti. Beruntung jantungnya tidak kumat saat mendengar kabar tersebut."Mas Dion itu terlalu sibuk sama pekerjaan, dia nggak ada waktu untuk Rena," belanya. Sesungguhnya bukan masalah itu saja yang membuat Rena berpaling, tetapi Rena yang memang matre membuatnya mencari kesenang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status