Home / Romansa / Ketika Istri Mulai Beku / 9 Pergi adalah Pilihan Saat Tak Dihargai

Share

9 Pergi adalah Pilihan Saat Tak Dihargai

Author: p.hara
last update Huling Na-update: 2023-04-14 21:22:23

Benar apa yang Riko bilang, aku telah salah mengartikan bentuk rasa terimakasih pada Tiara sehingga memasukkannya dalam kehidupan pribadiku dan mengabaikan Luna.

Selama ini istriku malah terang-terangan menunjukkan apa yang dirasakan, tapi aku selalu berkilah dengan dalih persahabatan dan balas budi.

Selama ini aku selalu memaksanya untuk mengerti posisiku. Sedangkan, posisi dan perasaannya selalu kunomorduakan.

"Jadi, ini yang membuat kamu berubah? Kamu kenapa sih, Sayang seperti nggak suka sama Tiara? Tiara hanya tinggal sebentar di rumah kita, apa salahnya.

Dia dan keluarganya sangat berjasa pada kita, harusnya kamu sadar itu dan berterimakasih pada Tiara. Bukan malah bersikap kekanakan seperti ini dan menuduhku yang bukan-bukan. Semalam itu nggak seperti yang kamu lihat, Luna. Aku hanya membantu Tiara ke kamarnya setelah terjatuh karena kepalanya sakit,"

Aku teringat perkataanku pada Luna, yang baru kusadari terdengar sangat egois dan menyakitkan.

Oh Tuhan.

Sekarang pertahananku mulai runtuh, andai saja aku bisa menarik kembali setiap ucapan yang menyakiti Luna. Andai saja aku sedikit lebih peka. Andai aku langsung pulang saat Luna memintanya melalui ujung telpon. Istriku tidak akan berubah, aku tidak akan kehilangan anak kami.

Ck, lagi-lagi aku membenarkan perkataan Riko. Kenapa baru sekarang aku menyadari, alasan Tiara ingin tinggal di rumahku tidak masuk akal sama sekali. Lalu, atas alasan apa Tiara melakukan semua itu? Tapi, biarlah aku mencaritahu soal itu nanti. Sekarang aku ingin fokus bagaimana memperbaiki hubunganku dengan Luna.

Semoga saja, dugaan Riko tidak benar, bahwa Tiara punya maksud tertentu.

Karena dibutakan oleh bentuk rasa terimakasih dan pekerjaan, membuatku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Tiara ketimbang istriku. Aku lebih mementingkan pekerjaan daripada kehamilannya. Lalu, menuduhnya membangkang ketika Luna protes.

Memojokkannya dengan dalih hukum agama ketika Luna melawan kehendakku. Tapi, giliran aku yang terpojok, malah menganggap hukum Tuhan sebagai angin lalu. Betapa aku sangat berdosa selama ini.

Betapa dangkalnya pikiranku yang mengira, bahwa ketika aku sudah mampu mencukupi Luna dengan materi, istriku sudah bahagia. Aku mengabaikan perasaannya yang entaj bagaimana, karena melihatku bersama wanita lain setiap hari.

Aku benar-benar merasa gagal. Sialnya baru sekarang aku sadar. Lagi-lagi karena perkataan Riko yang terus menampar kebodohanku. Tidak seharusnya aku berteman dengan lawan jenis sampai berakhir seperti itu, padahal aku sudah menikah.

Aku sudah memiliki Luna. Teman hidup yang paling inti dan akan selalu ada untuk membersamai dalam suka maupun duka. Yang selalu setia merawatku dengan tulus selama ini.

Tapi, aku malah dengan tega menyebutkan besarnya jasa Tiara padaku di depannya. Di depan wanita yang telah menyerahkan seluruh hidupnya pada laki-laki asing sepertiku.

"Maafin Mas, Lun! Mulai sekarang Mas akan memperbaiki semuanya."

Aku meremas rambut frustasi. Sembari menyakinkan diri, untuk menghadapi Luna apapun yang terjadi nanti. Dan memberi pengertian pada Tiara tentang statusku.

Untuk satu hal yang aku pilih, tentu saja ada hal lainnya lagi yang harus kukorbankan bukan? Semoga Tiara mengerti, bahwa aku memilih untuk tetap mempertahankan rumah tanggaku.

Aku mencintai Luna, tidak sanggup kehilangannya.

" Saran gue, setelah pembicaraan kita selesai, lo ke ruangan Direktur Utama!"

Perkataan Riko menarikku ke alam sadar. Walaupun aneh, tidak ada salahnya aku melakukan apa yang temanku katakan.

Setelah melirik arloji di tangan yang menunjukan jam kerja akan segera berakhir. Aku beranjak dari sofa dan keluar menuju ruangan Direktur Utama.

Saat hendak masuk ke dalam lift menuju lantai di mana ruangan Pak Handoko berada, ada pesan masuk dari istriku.

[Jika ada waktu pulanglah lebih awal hari ini. Maaf mengganggu! Kedepan, aku janji tidak akan melakukannya lagi.]

Jleb.

Aku senang Luna menyuruhku pulang. Tapi, isi pesannya membuatku sesak saat membacanya. Seolah ada tabir yang mulai dibentang, yang membuatku merasa sudah sangat jauh darinya.

Luna istriku, tentu saja dia tidak perlu minta maaf untuk menghubungi suaminya, untuk menyuruhku pulang atau apapun. Luna bebas melakukannya.

Apakah ini hasil dari kebodohanku selama ini? Ya Tuhan betapa aku sangat dholim sebagai suami.

Tanpa membuang waktu lagi, aku segera masuk dalam lift untuk turun ke lantai satu. Biarlah masalah Pak Handoko aku tanyakan lagi pada Riko besok. Sekarang aku harus segera pulang untuk menemui Luna.

Semoga istriku tidak marah lagi, semoga Luna mau memaafkanku.

"Maafin Mas, Lun! Mas sangat menyesal. Sayang, aku kita mulai semuanya dari awal! Aku mencintaimu."

"Aku sudah memaafkan Mas. Tentu saja aku mau. Ayo kita perbaiki semuanya! Aku juga sangat mencintai suamiku."

Dalam mobil aku sibuk membayangkan bagaimana aku dan Luna saling berpelukan dan dia memberiku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami. Sungguh itu manis sekali.

Aku harus cepat-cepat sampai ke rumah, Luna pasti sudah menungguku.

Tanpa sadar, aku semakin memperdalam injakan pada pedal gas untuk menambah kecepatan laju mobil. Rasa rindu pada Luna harus segera terobati. Aku sangat menyesal tanpa sadar telah mengabaikannya selama ini.

*****

Saat mobil memasuki halaman rumah. Aku bergegas turun dan masuk ke dalam mencari Luna.

Ruang tamu tampak sepi, apa Luna masih di kamar semenjak aku pergi setelah menamparnya. Ya Tuhan, aku sangat menyesal telah melakukannya.

Aku harus segera meminta maaf pada istriku.

Tiba di depan kamar kami, aku memutar handel pintu perlahan. Alhamdulillah, ternyata tidak terkunci. Mungkin Luna sudah memaafkan kesalahanku, tadi. Dan sekarang istriku sedang menantiku di dalam sana.

Bismillah.

"Sayang!" panggilku beriringan dengan pintu yang mulai terbuka.

Luna menoleh dengan beberapa pakaian miliknya yang berada di tangan, dan ada sebagian yang sudah berpindah ke dalam koper yang masih terbuka yang terletak di atas ranjang.

"Aku tidak bermaksud mengaggu waktu Mas. Tapi, orangtuaku sedang dalam perjalanan kemari. Rasanya tidak etis jika mereka menjemputku saat tuan rumah tidak ada."

Hatiku mencolos.

Ada apa ini?

Bersambung ...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayi Asmiyah
apakah sy harus beli koin.. tolong Bos
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Istri Mulai Beku    70 Denaya Murka

    Tidak sesuai ekspektasi, Mimi—sang manager kepercayaan Denaya kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong. Bahkan saat di jalan tadi, Mimi sempat khawatir membayangkan bagaimana bosnya akan mengamuk. Mengingat watak Denaya yang emosian dan tidak sabaran, Mimi sudah bisa membayangkan bagaimana hasilnya nanti.Watak yang kurang menyenangkan itu selama ini ditutupi oleh kecantikan, ketenaran dan kehormatan sebagai istri seorang Abinawa selama ini. Dan tentu saja mata Abinawa juga tertutup oleh cinta—sehingga buta dengan akhlak istrinya yang kurang terpuji. Namun, itu sebelum tabir terkuak. Sebelum Baby Shanum datang ke dunia ini dan segala misteri di balik kehadirannya. Sekarang mata Abinawa sudah terbuka lebar, pun hatinya yang tak lagi tersisa rasa cinta, melainkan kebencian yang tidak dapat dijelaskan dengan kata. Buktinya hampir saja Baby Shanum melayang ke sungai di malam yang lalu, andai saja gadis yang dianggapnya malaikat tidak datang menghampiri. Ruhi Ghumaisya. Menurut Ab

  • Ketika Istri Mulai Beku    69 Usapan Tanganmu

    "Bibi sedang apa?" tanya Ruhi pada Bi Yuyu—asisten rumah tangga di rumah Abinawa. "Eh, Non Ruhi, ini Bibi ingin memasak untuk makan siang," jawab wanita paruh baya itu yang tampak cekatan mengeluarkan beberapa bahan makanan yang hendak diolah dari kulkas. Ruhi yang melihat Bi Yuyu tampak sibuk perlahan mendekat untuk membantu. Perkenalan mereka sudah dimulai beberapa saat yang lalu, saat Ruhi beranjak ke dapur untuk membuat susu Baby Shanum. Yang Bi Yuyu ketahui, Ruhi adalah pengasuh Baby Shanum seperti yang dijelaskan gadis itu. Meski Bi Yuyu sempat heran dan berpikir keras, bagaimana majikannya bisa menemukan seorang pengasuh secantik Ruhi.Karena memang tampak dari wajah dan penampilannya kalau Ruhi bukanlah orang susah yang perlu berkerja sebagai pengasuh bayi untuk bertahan hidup. Namun begitu, alasan sesungguhnya hanya Abinawa dan Ruhi yang tahu. Tidak. Abinawalah yang paling tahu penyebab gadis bernama lengkap Ruhi Ghumaisya berada di rumahnya saat ini. "Bibi mau masak apa

  • Ketika Istri Mulai Beku    68 Permintaan Abinawa

    Tangan Ruhi mulai bergerak perlahan mengusap punggung laki-laki yang sedang menangis dalam dekapannya. Abinawa, ya. Laki-laki asing yang ditemuinya semalam dan sekarang akan berada di bawah atap yang sama dengannya. Pertemuan mereka bahkan belum sampai 24 jam. Namun, entah magnet apa yang menarik kedua untuk menjadi selengket itu."Dia pengkhianat. Kenapa setiap wanita yang kutemui semuanya jahat?" "Siapa bilang? Mamaku sangat setia dengan Papa. Percayalah, Pak, tidak semua wanita itu sama. Mungkin saja, mereka yang kemarin hadir dalam hidup Pak Abi hanya untuk jadi pembelajaran, atau bentuk teguran dari Tuhan atas kesalahan yang Bapak perbuat di masa lalu yang mungkin tidak Bapak sadari," jelas Ruhi dengan pelan. Berharap apa yang disampaikannya sampai ke otak laki-laki itu. Laki-laki yang sedang hancur itu. Entahlah, semalam bertemu dengan Abinawa sudah membuat Ruhi merasa sedikit lebih dewasa dari usianya. Menghadapi orang yang sedang tidak bisa berpikir jernih memang butuh ke

  • Ketika Istri Mulai Beku    67 Pelukan

    Degub jantung Ruhi semakin cepat saat jaraknya dengan Abinawa tinggal beberapa senti saja.Takut? Tentu saja. Namun, melihat raut wajah menyedihkan dan tatapan putus asa dari laki-laki berusia 30 tahun itu mendorong Ruhi untuk berbuat nekat.Ya. Nekat melakukan hal seperti yang biasa dilakukan pada Dipta, papanya. Deg. Seketika Abinawa menegang, saat Ruhi mulai memeluknya. Jarum jam seperti berhenti berdenting. Seolah dunia Abinawa terhenti beberapa saat. Itu gila. Tapi, seperti itulah pemandangannya. Akal sehat Abinawa tidak bisa berfungsi beberapa saat, pun degub jantungnya yang mulai mengencang.Seperti yang terjadi pada Ruhi, namun, gadis itu memilih bersikap tenang. Seiring dengan tangan mungilnya yang mulai bergerak menepuk-nepuk punggung tegap dalam balutan kemeja mahal itu. "Maaf." Gadis itu berucap lirih. Saat itulah kesadaran Abinawa mulai kembali sepenuhnya. Laki-laki itu sampai beberapa kali mengerjapkan matanya. "Maaf, sudah membuat Pak Abi sedih. Aku ... menyesal

  • Ketika Istri Mulai Beku    66 Putuskan Pacarmu

    "Maaf," cicit Ruhi dengan tatapan penuh rasa bersalah pada laki-laki yang masih berdiri di hadapannya. "Tidak masalah untuk kali ini. Tapi, lain kali jangan berniat meminta hal-hal di luar kemampuanku." Abinawa kini sudah duduk di samping Ruhi yang sedang menyusui Baby Shanum. Bayi itu tampak anteng dalam dekapan gadis berusia 21 tahun itu, bahkan mulai tertidur lagi. "Pak, dia mulai tertelap lagi," ujar Ruhi menoleh ke arah Abinawa."Bayi dengan usia segitu memang wajar jika terus tertidur. Selama dia masih tidur dalam keadaan normal dan tidak ada gangguan medis apapun kamu tidak perlu khawatir.""Gangguan seperti apa, Pak, misalnya?""Gangguan kesehatan, seperti penyakit kuning atau infeksi lainnya yang membuat bayi tertidur lebih lama," jelas Abinawa membuat Ruhi diam-diam mengaguminya. Jarang-jarang ada laki-laki yang tahu banyak hal tentang bayi.'Sepertinya Pak Abi memang sudah mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk menjadi seorang ayah. Kasihan dia. Kenapa istrinya tega

  • Ketika Istri Mulai Beku    65 Perkara Memberi Susu

    Pagi hari.Setelah pamit pada Ruhi, Abinawa segera keluar dari apartemen untuk membeli beberapa keperluan Baby Shanum, seperti diaper, susu, baju ganti serta tissue basah. Karena tidak membawanya dari rumah saat pergi semalam.Tentu saja tidak membawanya, karena kepergian Abinawa semalam dengan membawa Baby Shanum dalam keranjang bayi adalah untuk membunuhnya. Siapa sangka jalan ceritanya telah berubah karena bertemu dengan Ruhi yang baru pulang dari membeli nasi goreng. Berniat membunuh bayi, Abinawa malah berakhir di apartemen seorang gadis. "Sepertinya sudah semua." Abinawa memeriksa isi dari beberapa kresek di tangannya. Setelah mendapatkan semua keperluan Baby Shanum, laki-laki itu segera melajukan mobilnya untuk kembali ke apartemen. Dia melajukan mobilnya sampai mengebut, karena mengetahui di sana Ruhi sudah menunggu kedatangannya sejak tadi. .Setelah menekan bel, dan pintu terbuka dari dalam. Abinawa terkejut melihat Baby Shanum yang menangis kencang dalam gendongan Ruhi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status