Share

Bab 16 Terlalu Intim

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-01-08 21:29:25

Maya membuka pintu rumah dengan pelan. Lampu ruang tamu masih padam, menandakan Bima belum juga pulang. Maya melirik jam di dinding—sudah hampir tengah malam.

Langkahnya terdengar sayup di lantai kayu menuju dapur. Sepanjang perjalanan pulang, Maya berharap suara teleponnya tadi bisa membuat Bima cepat kembali. Tapi yang dia dapatkan hanya panggilan yang sengaja diputus.

Maya menghela napas panjang, membuka lemari es dan mengeluarkan botol air. Dia berdiri di depan jendela, menatap gelapnya malam di luar sana. Pikirannya terus berputar.

“Dia pasti sibuk,” Maya mencoba meyakinkan diri sendiri.

Dengan langkah gontai, Maya mematikan lampu dapur dan berjalan menuju kamar. Saat merebahkan diri di kasur, matanya tertuju pada sisi ranjang yang kosong. Dimana Bima sekarang?

***

Dua jam berlalu, suara pintu depan berderit pelan. Maya membuka mata, menajamkan pendengaran saat langkah kaki Bima terdengar mendekat. Dia pura-pura terlelap. Namun ketika Bima masuk kamar, aroma parfum yang begitu f
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 17 Menahan Malu

    Maya tiba di rumah Sulastri dengan membawa beberapa bahan makanan yang diminta sebelumnya. Saat dia melangkah masuk ke ruang tengah, suasana rumah sudah mulai sibuk dengan persiapan acara 7 bulanan Vina. Sulastri terlihat sedang mengatur beberapa dekorasi, sementara kerabat lainnya sibuk di dapur.“Akhirnya datang juga,” kata Sulastri dengan nada datar. “Cepat bantu mereka di dapur. Banyak yang harus disiapkan,” perintahnya dengan culas pada Maya.Maya tersenyum kecil dan mengangguk. “Baik, Bu,”Saat Maya hendak melangkah ke dapur, pintu utama kembali terbuka. Semua orang—termasuk Maya, menoleh. Nina masuk mengenakan gaun anggun berwarna merah marun yang tampak terlalu mewah untuk acara sederhana seperti itu. Dia membawa sebuah bingkisan. Kemudian tersenyum lebar seperti tamu kehormatan.“Nina? Kamu datang juga?” seru Sulastri cukup keras. Dia segera mendekati Nina, menuntunnya masuk seolah-olah Nina adalah anggota keluarga yang sangat penting.“Selamat siang, Tante,” Nina menyapa den

    Last Updated : 2025-01-09
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 18 Belum Selesai

    "Bima, tidak perlu marah begitu. Nina kan cuma mau membantu," tukas Sulastri, mencoba mencairkan suasana.Namun, Bima tidak menjawab ibunya. Dia memalingkan wajah dan berjalan pergi, meninggalkan Nina yang tampak kebingungan dan kesal.Bima melangkah menuju dapur, tempat Maya berdiri. Tatapan matanya sejenak beralih ke arah Bima yang mendekat, tapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Bima menghela napas, lalu mendekat. "Aku tahu tadi kamu sibuk bantu-bantu. Maaf kalau kamu jadi repot. Aku tidak tahu acara ini akan sebesar ini," katanya pelan, mencoba membuka percakapan.Maya hanya mengangguk kecil. "Tidak masalah. Toh, cuma diminta bantu-bantu sedikit. Aku istri kamu, kan? Wajar kalau aku disuruh-suruh," jawabnya.Sementara itu, Nina berdiri di ruang tamu, memandang ke arah dapur dengan ekspresi kesal. Tangannya mengepal erat, bibirnya mengerucut."Nina, jangan ambil hati. Bima memang keras kepala, tapi dia akan tahu mana yang lebih baik untuknya," bujuk Sulastri.Namun, Nina tida

    Last Updated : 2025-01-09
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 19 Keuntungan Tersembunyi

    Malam itu, Bima pulang lebih awal dari biasanya. Dia melihat Maya sedang duduk di ruang keluarga, membaca buku. Maya menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka, tetapi ekspresinya tetap dingin ketika memandang Bima.Bima berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya. "May, aku ingin kita bicara,"Maya meletakkan bukunya dan menatap Bima. "Tentang apa?"Bima menghela napas, lalu menggenggam tangan Maya dengan hati-hati. "Tentang kita,” Dia sengaja diam sejenak. “Aku sadar selama ini aku banyak salah. Aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin hubungan kita kembali seperti dulu,"Maya terdiam, mencoba membaca ketulusan di wajah suaminya. "Kamu yakin? Aku sudah terlalu sering kecewa,"Bima mengangguk. "Aku yakin,” sahutnya. “Aku ingin kita memulai lagi. Aku akan berusaha untuk menjadi suami yang lebih baik,"Maya akhirnya mengangguk kecil. Matanya berkaca-kaca saat memandang Bima. “Kamu tahu, aku selalu peduli padamu. Atas semua hal. Tapi aku merasa … setelah kamu semakin sukses, kamu juga

    Last Updated : 2025-01-10
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 20 Firasat Buruk

    Bima duduk di sebuah ruangan yang penuh dengan tumpukan berkas dan dokumen. Di tangannya ada sebuah map tebal berisi informasi yang baru saja dia dapatkan setelah berhari-hari menyelidiki."Jadi ini alasan Maya begitu tertutup tentang keluarganya," gumam Bima sambil membaca isi dokumen itu.Dokumen itu menyebutkan bahwa Maya adalah anak tunggal dari Rizal Alendra, pemilik sebuah perusahaan besar di bidang properti bernama Alendra Group. Perusahaan ini pernah menjadi salah satu yang terkemuka di tanah air, sebelum akhirnya mengalami kejatuhan akibat kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tua Rizal dan Desi Alendra.Kecelakaan itu terjadi lebih dari satu dekade lalu, di sebuah jalan tol yang lengang saat malam hari. Sebuah truk kehilangan kendali dan menghantam mobil yang ditumpangi orang tua Maya. Maya—yang saat itu masih remaja berhasil selamat karena tidak ikut dalam perjalanan tersebut.Bima membaca lebih lanjut. Ada beberapa aset keluarga Rizal Alendra yang masih tersembunyi

    Last Updated : 2025-01-10
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 21 Merayakan Pernikahan

    Seminggu kemudian, rumah Bima dipenuhi dengan suara tawa dan obrolan. Meja makan dipenuhi hidangan mewah, dari makanan pembuka hingga dessert yang menggugah selera. Bima berdiri di dekat pintu masuk, menyambut keluarganya yang datang satu per satu. Maya ikut menyambut di sebelahnya."Akhirnya kalian mengadakan perayaan seperti ini. Sudah lama sekali tidak ada acara keluarga di rumahmu, Bim," komentar Sulastri saat masuk ke dalam rumah."Iya, Ma. Ini untuk merayakan enam tahun pernikahan kami," ujar Bima dengan nada bangga. Dia melirik Maya dan menggenggam erat tangan istrinya itu."Kau pasti sangat menghargai istrimu," komentar Harjono sambil menuangkan minuman ke gelasnya. Bima tersenyum tipis. "Tentu saja, Pa. Maya pantas mendapatkan yang terbaik,""Bagus kalau kau mulai sadar, Bima. Istrimu sudah sangat sabar selama ini," timpal Sulastri.Maya sedikit tersipu. Selama menikah dengan Bima, Sulastri tidak pernah memujinya secara terang-terangan seperti ini."Gaunmu cantik sekali, Kak

    Last Updated : 2025-01-11
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 22 Keluarga Sempurna

    Sulastri yang mendengar suara keras Nina dari ruang makan segera bangkit dan berjalan cepat ke arah pintu. Matanya melebar saat melihat Nina berdiri di luar dengan wajah penuh air mata.“Ada apa ini?” teriak Sulastri. Dia menghampiri Nina, sambil melirik Bima yang tampak kaku di ambang pintu.Nina menatap Sulastri dengan mata merah banjir air mata. “Tante ... aku hamil. Anak ini ... anak Bima!” serunya dengan suara yang bergetar.Sulastri membeku sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Apa? Apa maksudmu, Nina? Hamil? Anak Bima?”“Ya, Tante,” kata Nina, suaranya semakin lantang. “Kalau Tante tidak percaya, tanyakan saja padanya!” Dia menunjuk Bima dengan tangan gemetar.Sulastri menatap Bima, yang masih berdiri kaku. “Bima! Apa maksud semua ini? Apa yang Nina katakan benar?” tuntutnya.“Ma, ini bukan waktu atau tempat untuk membahas ini,” kilah Bima.“Jawab Mama, Bim!” desak Sulastri dengan mata melotot tajam.“Tante, aku tidak akan berdiri di sini jika bukan kare

    Last Updated : 2025-01-11
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 23 Buktikan Pada Mereka

    Di lantai dua, Maya berdiri membeku di balik pagar tangga. Dia menggenggam erat pegangan kayu, mencoba menahan tubuhnya agar tidak limbung. Setiap kata yang keluar dari mulut Sulastri menusuk hatinya seperti pisau."Anak ... penerus ... keluarga sempurna," Kata-kata itu bergema di pikiran Maya.Maya mengepalkan tangannya, kuku-kukunya hampir menancap ke kulit. Napasnya tersengal, bukan karena lelah. Melainkan karena rasa marah dan kecewa yang begitu besar.Dia mengintip dari celah tangga, melihat Sulastri meninggalkan Bima di sofa. Lalu pria itu hanya terduduk dengan kepala tertunduk. Maya berharap, setidaknya Bima akan membelanya. Tapi tidak. Bima membiarkan ibunya mendikte kehidupan mereka.Tanpa menunggu lebih lama, Maya berbalik masuk ke kamarnya. Menutup pintu dengan suara pelan agar tidak menarik perhatian siapa pun. Namun, begitu pintu terkunci, dia melepaskan semua perasaannya. Air mata mengalir deras di pipinya, dan dia terduduk di lantai. Tubuhnya gemetar menahan emosi."Mun

    Last Updated : 2025-01-12
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 24 Memberimu Kebahagiaan

    “Bima?!” Nina menjerit. Dia mengguncang tubuh Bima yang tergeletak di lantai ruang tamu. “Apa yang terjadi? Kenapa kamu tidur di sini?"Bima mengusap wajahnya, mencoba mengumpulkan kesadaran. Tanpa menjawab pertanyaan Nina, dia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Nina mengikutinya, menatap Bima yang tampak begitu rapuh.“Kamu kenapa?” tanya Nina dengan wajah cemas.Bima berhenti di depan wastafel, menggenggam erat gelas yang dia pegang. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya dengan nada ketus.Nina mendekat, menyentuh lengan Bima dengan lembut. “Aku mencemaskanmu. Aku takut sesuatu terjadi di rumah,”Bima menepis tangannya dengan kasar. “Cemas? Harusnya kamu sadar, kamulah yang menyebabkan rumah ini hancur!”Mendengar itu, Nina tersentak. Wajahnya berubah masam. "Jadi sekarang semua ini salahku? Bim, kamu yang selalu bilang kalau kamu tidak bahagia dengan Maya. Kamu yang mendekati aku. Jangan menyalahkan aku untuk pilihan yang kamu buat sendiri,"Bima menatap Nina de

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 120 Penuh Kebanggaan

    Bima melangkah masuk ke ruang kerjanya di kantor yang sempat kosong selama beberapa hari. Beberapa staf menyambutnya dengan senyum kaku, tidak berani bertanya.“Selamat pagi, Pak Bima,” sapa para staf. Meski banyak diantara mereka yang cukup penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.Raka yang sedang sibuk di depan layar komputernya, mendongak terkejut ketika melihat Bima lewat di hadapannya sebelum melangkah masuk ke ruang kerja dengan tenang.“Mas Bima?” panggil Raka. Berdiri dari kursinya. “Kamu sudah masuk lagi?”Bima mengangguk kecil. “Terlalu banyak yang harus dibereskan di kantor,”Raka maju beberapa langkah, masih dengan ekspresi bingung. “Tapi … bagaimana kabar Nina?” bisiknya.Bima tersenyum tipis. “Kamu tahu dia sedang tidak bersamaku, kan?”Raka menatap kakaknya lama, sebelum akhirnya mengangguk ragu. “Kalau begitu, aku siap membantu apapun yang kamu butuhkan,”Bima menepuk bahu Raka pelan. “Kamu sudah membantu banyak,” timpalnya. “Bagaimana Abi? Apa dia mencariku?”“Di

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 119 Bukan Salahmu

    Rumah besar itu sunyi, seolah kehilangan napas setelah semua kekacauan yang berlangsung tadi. Abi sudah tertidur di kamarnya, setelah susah payah Sulastri mencoba untuk mengalihkan fokusnya pada Nina.Bima duduk di ujung sofa, membungkuk. Wajahnya tertutup kedua tangan. Napasnya berat, seolah menahan beban yang sudah terlalu lama menghimpit dadanya. Setelah memastikan Abi benar-benar terlelap, Sulastri kembali ke ruang tengah dan menatap Bima yang kini tampak begitu rapuh.“Sekarang kamu sendirian di rumah ini, Bim,” tukas Sulastri. “Apa rencanamu selanjutnya?”Bima mengangkat wajahnya perlahan. “Ma, aku belum bisa. Aku belum sanggup menjaga Abi, setelah semua yang terjadi. Setelah mengetahui kebenarannya,” Suaranya parau. “Kumohon… bawa Abi… bawa Abi tinggal bersama Mama untuk sementara waktu, sampai—”“Kamu yakin?” sambar Sulastri. Bima mengangguk perlahan. Nyaris seperti orang yang sedang menahan tangis. “Aku hanya takut dia menjadi korban dari semua kekacauan dan kebohongan ini.

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 118 Yang Tersisa

    Bima berdiri di ujung tangga. Tatapannya terbelah dua—antara ibunya yang berdiri dengan tubuh bergetar karena marah, dan Nina yang berdiri kaku di dekat pintu. Matanya merah tapi rahangnya mengeras."Ada apa ini?" tanya Bima, matanya langsung menajam ke arah ibunya. "Ma, kenapa Mama teriak-teriak seperti ini?"Sulastri mengangkat wajah. “Bima... Mama tidak bisa diam lagi. Mama tidak bisa terus berpura-pura semua baik-baik saja,” Dia melangkah pelan mendekati anaknya, lalu menunjuk Nina. “Perempuan ini sudah menghancurkan hidupmu. Dia berselingkuh. Sama laki-laki itu—Femil!”Bima mengernyit, matanya bergeser ke Nina. "Apa?" gumamnya nyaris tidak terdengar.Nina buru-buru melangkah naik dua anak tangga. Mendekat pada Bima, mencoba meraih tangannya. “Sayang, jangan dengarkan Ibu! Dia salah! Dia hanya mau memecah kita!”Sulastri menepis tangan Nina sebelum sempat menyentuh putranya. “Kamu jangan sentuh anakku lagi!” bentaknya. “Femil sudah ditangkap karena mencoba membunuh Maya! Dan sebel

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 117 Bermain Kotor

    Pagi yang biasanya tenang di kantor Bima berubah tegang saat dua orang polisi berpakaian sipil datang dan langsung menuju ruangannya. Para pegawai saling bertukar pandang, bertanya-tanya dalam diam. Bima yang sedang duduk di balik meja, menatap tamunya dengan alis terangkat. Meski tetap menyambut dengan tenang.“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya sopan.Salah satu polisi menunjukkan lencananya. “Kami dari satuan investigasi tindak kriminal ekonomi. Kami ingin meminta waktu Bapak sebentar untuk memberikan keterangan. Terkait kasus saudara Femil Arzeta,”Bima sempat terdiam, wajahnya mengeras. “Silakan duduk. Keterangan seperti apa yang Anda butuhkan?”Polisi itu mengeluarkan map dari tas dan meletakkannya di atas meja. “Femil menyebut nama Anda dan istri Anda, Nina, dalam pengakuannya. Dia mengatakan bahwa selama beberapa waktu terakhir, aktivitasnya—termasuk transaksi finansial—berkaitan dengan istri Anda. Bahkan ada dugaan bahwa dana milik Anda disalahgunakan untuk kepentingan priba

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 116 Selalu Ada

    Maya menoleh, melihat Reza berdiri di antara dirinya dan Femil yang kini terkapar di tanah. Wajah Reza merah padam, matanya menatap Femil dengan marah.Femil meringis, mencoba bangkit. Tapi Reza sigap menginjak lengannya, mencegahnya mengambil kembali pisaunya.“Kau pikir bisa lolos setelah mencoba membunuh Maya?” bentak Reza.Femil menyeringai, meski napasnya tersengal. “Aku tidak akan pernah berhenti,”Reza mengepalkan tinju, tapi Maya buru-buru menarik lengannya. “Jangan, Reza. Kita harus melaporkannya ke polisi,”Mata Reza masih penuh amarah, tapi dia mengangguk. Dia meraih ponselnya, bersiap menghubungi pihak berwenang.Tepat ketika Reza hendak menelepon polisi, Femil tiba-tiba bergerak cepat. Dengan kekuatan yang tak terduga, dia meraih pisaunya kembali dari tanah dan menyerang Reza.“Reza, awas!” teriak Maya panik.Reza sempat menoleh, tapi Femil sudah lebih dulu melayangkan pisaunya ke arah dada Reza.Reza menghindar ke samping, tapi pisau itu tetap berhasil menggores lenganny

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 115 Ikut Campur

    Raka tampak semakin gelisah. Sejenak dia mengelus tengkuk, seakan mencoba untuk menata hati sebelum bicara."Maya, aku butuh perlindunganmu," ujar Raka.Maya mengernyit. "Perlindungan?"Raka mengangguk, ekspresinya tegang. "Aku akan mengungkap sebuah rahasia. Rahasia yang bisa membuatku dalam bahaya,"Jantung Maya berdegup lebih cepat. "Apa maksudmu? Rahasia apa?"Raka menatapnya dalam-dalam. Lalu menunduk sesaat seolah sedang mempertimbangkan kata-katanya. "Ini soal Nina… dan sesuatu yang lebih besar dari itu,"Maya bisa merasakan ketakutan dalam suara Raka. Dia bukan pria yang mudah takut. Tetapi kali ini, wajahnya menunjukkan kecemasan."Aku akan memberitahumu semuanya sekarang. Aku tahu sesuatu yang akan mengubah segalanya," lanjut Raka. "Dan aku butuh tempat yang aman. Aku tidak bisa pulang ke rumah. Femil sudah mengancam akan membunuh istri dan anakku jika aku buka mulut,"Maya mengepalkan tangannya di atas meja. “Apa yang kamu tahu?”Raka menarik napas dalam-dalam sebelum menja

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 114 Membuka Percakapan

    Femil berdiri dengan santai. Senyum tipis penuh kemenangan terukir di wajahnya. Sementara Nina menyilangkan tangan di dada, memandang Maya dengan tatapan penuh kebencian.“Pergilah. Jika kau masih sayang nyawamu,” ancam Femil sekali lagi.Maya menatap keduanya dengan tajam sebelum menghembuskan napas panjang. Dia melangkah mundur, lalu berbalik menuju pintu keluar.Saat tangan Maya menyentuh kenop pintu, dia berhenti sejenak dan berkata tanpa menoleh. “Aku akan mendapatkan rumahku kembali, entah bagaimana caranya. Nikmati kemenangan sementara kalian,”Setelah itu, Maya membuka pintu dan melangkah keluar tanpa menoleh lagi.Begitu Maya benar-benar pergi, Nina berbalik dan langsung meraih tubuh Femil. Melingkarkan lengannya di leher pria itu. Senyum kemenangan terukir di wajahnya.“Kita berhasil menyingkirkannya,” pekik Nina, tubuhnya menempel erat pada Femil.Femil terkekeh, tangannya otomatis melingkari pinggang Nina. Menariknya lebih dekat. “Tentu saja. Aku akan melakukan apapun untu

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 113 Mengganggu Nina

    Maya menekan bel. Butuh beberapa saat sebelum pintu terbuka, dan sosok yang muncul di hadapannya adalah seseorang yang sudah tidak asing lagi—Nina.“Maya?” Nina terdengar terkejut, alisnya berkerut. Jelas, dia tidak menyangka Maya akan datang.Maya menatap Nina tanpa gentar. “Aku datang untuk mengambil kembali rumahku,”Nina tertawa sinis, menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu dengan tangan terlipat di dada. “Rumahmu? Rumah ini milik Bima sekarang. Kau tidak punya hak lagi di sini,”Maya menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan amarahnya. “Rumah ini masih atas orang tuaku. Aku tidak pernah menyerahkannya secara legal pada siapa pun. Jadi, aku akan mengambilnya kembali,”Mata Nina membulat. “Kau pikir semudah itu? Bima yang tinggal di sini, aku istrinya, jadi—”“Tidak ada hubungannya,” potong Maya tajam. Nina terdiam, rahangnya menegang. Sejenak ekspresi panik terlihat di wajahnya. Sebelum dia kembali memasang senyum liciknya.“Dengar, Maya. Aku tidak peduli. Yang jelas, rumah ini s

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 112 Diam Saja

    “Saya ingin bertemu dengan Ibu Maya Anindita. Tolong sampaikan bahwa ini terkait dengan Pak Bima,” Arman menyebutkan nama dan tujuannya.Resepsionis itu mengangguk, lalu menghubungi seseorang melalui telepon internal. Tak lama, seorang asisten menghampiri Arman. Dan mempersilakannya masuk ke ruangan Maya.Ketika pintu terbuka, Arman melihat Maya yang sedang duduk di balik meja. Mengenakan blus putih dan blazer krem, tampak anggun seperti biasa.Maya mendongak, sedikit terkejut melihat kedatangan Arman. “Arman? Ada apa?”Arman melangkah masuk dan menutup pintu sebelum duduk di kursi di hadapan Maya. Dia menatap wanita itu dengan serius, lalu meletakkan map di atas meja.“Aku datang atas permintaan Bima,” kata Arman tanpa basa-basi.Maya menghela napas, menyandarkan punggungnya ke kursi. “Bima… bagaimana keadaannya?”“Dia sudah lebih baik. Tapi dia masih dalam pemulihan,” jawab Arman. “Dan salah satu hal pertama yang dia ingin selesaikan adalah soal rumah ini,”Maya mengerutkan kening.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status