"Bagaimana ini Tya?" "Sudahlah Mbak, jangan terlalu dipikirkan! Biarkan Mas Seno yang menanggung. Kalau aku boleh saran lepaskan saja Mas Seno, Mbak. Semenjak tahu mengenai perlakuan buruk Mas Seno, kepada Mbak Niken aku sudah tidak respect lagi kepadanya. Aku takut kalau Mas Seno akan menyakiti Mbak lagi." "Aku sebetulnya juga sudah tidak ingin meneruskan hubungan ini dengan Mas Seno,Tya. Tapi, aku tidak tega dengan Hani. Aku tak tega jika Hani tahu Ibu dan Ayahnya sudah tidak bersama." "Tapi coba pikirkan baik-baik, Mbak! Aku juga tidak memaksa. Aku soalnya sangat kepikiran jika Mbak Niken masih bertahan dengan Mas Seno. Coba bayangkan jika Hani tahu kalau selama ini Mbak Niken diperlakukan dengan kasar. Sampai sekarang pun Mbak Niken juga tidak beri nafkah." "Iya Tya." Niken terlihat cemas ada perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Sebenarnya saat dia datang di rumah Bu Rahmi dia berencana akan menggugat cerai suaminya. Tapi saat setelah melihat anaknya dia kembali mengurung
[Klunting]Terdengar pesan dari aplikasi berwarna hijau di HP Hamid.Pesan itu dari istrinya, Ria. Dengan secepat kilat dia mengambil HPnya dan segera membaca pesan dari istrinya itu.Biasanya setiap akhir bulan Ria menanyakan jatah bulanannya, namun ini berbeda baru tengah bulan dia sudah menanyakan kepada Hamid, lantaran sisa uang bulanan yang Hamid berikan hanya separohnya saja, dan dia berjanji untuk memberikan sisanya hari ini.[Mas, hari ini jangan lupa transfer ya, SPP Fahmi sudah nunggak 3 bulan dan harus segera dilunasi. Kalau tidak dibayar nanti Fahmi tidak bisa ikut ujian sekolah.][Iya dek, aku usahakan hari ini uangnya aku transfer. Maafin mas ya dek, selama ini uang yang mas kirim belum bisa memenuhi semua kebutuhan kalian dan bahkan sering telat.][Iya mas, aku tunggu yaa!]Setelah membaca pesan dari istrinya tak terasa air mata Hamid menetes juga, rasa sedih berkecamuk di dalam hati Hamid. Dia merasa bers
'Apakah dia sangat marah? biasanya semarah apapun, dia selalu memberi kabar kepadaku, tidak pernah seperti ini. Ya Allah, jaga Ria ya Allah, aku sangat khawatir kepadanya.'sejenak Hamid terdiam memikirkan Ria."Halo mas Hamid, mas... mas.. mas Hamid masih ada di sana kan?"---"Iya Tya, mas dengar.""Kelihatannya mas Hamid sangat khawatir, emang ada apa mas dengan kak Ria?""Mmmm... tidak apa-apa Tya, cuman mau tanya ke kak Ria, tadi kak Ria sudah pergi ke ATM apa belum. Karena tadi pagi kak Ria bilang ke mas katanya pergi ke ATM sekalian mau service HP, ke tempat Sari. Aku khawatir uangnya kurang."Jawab sekenanya Hamid supaya Tya tidak ikut khawatir.'Maaf ya Tya, mas Hamid terpaksa bohong ke kamu. Mas tidak ingin jika masalah ini sampai terdengar oleh ibu, ibu mertua.'"Oalah, iya mas. Mas Hamid tidak usah khawatir insya Allah kalau sama Kak Sari aman mas. Kak Sari dan kak Ria kan sudah kayak saudara se
'Sudahlah Hamid jangan berpikir yang aneh-aneh. Mungkin Ria sedang butuh waktu untuk sendiri, menghilangkan kekecewaannya padamu. Kalau hatinya sudah tenang pasti dia akan menghubungimu.' batin Hamid yang berusaha menjernihkan pikirannya.Sebetulnya dari awal Ria kurang setuju dengan langkah yang diambil Hamid, bekerja di posisi sekarang ini (sebagai kuli bangunan). Beberapa kali Ria dan Hamid beradu pendapat, bahkan sampai sekarang pun perdebatan itu masih sering terjadi.Ria menginginkan Hamid untuk bekerja di tempat yang lebih baik lagi. Namun, Hamid masih teguh dengan pendiriannya, bertahan sebagai kuli bangunan. Bukan karena Ria kurang bersyukur, namun mengingat biaya hidup dan sekolah anak yang tidaklah sedikit. Apalagi kalau sampai ibu Ria mengetahui Hamid sering memberi nafkah kurang. Masalah yang lebih besar akan menghampiri mereka, bahkan masalah itu bisa membuat rumah tangga mereka retak.Sebelumnya, saat usaha Hamid mulai terlihat kurang baik,
Setelah selesai mengantarkan makanan ke rumah Fahmi, Tya langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah. Tya segera memarkirkan sepeda motornya di garasi dan bergegas masuk ke dalam rumah."Barusan ada tamu, Bu?" Ria mendapati Ibunya yang sedang membersihkan gelas dan merapikan meja."Iya, barusan pulang.""Tamunya sia...?" belum selesai berbicara. Pertanyaan Tya dipotong ibunya."Tya, kakakmu tadi ada di rumah gak?""Gak ada Bu. Kata Fahmi dia sedang pergi, lagi ada urusan.""Kemaren pas Hamid telfon dia servis HP, sekarang sedang ada perlu. Jangan-jangan benar apa yang dikatakan .....""Jangan-jangan apa Bu? barusan Ibu bilang apa? kalimat terakhir Tya gak dengar."" Enggak, Ibu gak bilang apa-apa. Disana ada Irsyad temannya Fahmi, kan? Irsyad itu tidur di sana, nemenin Fahmi, Ria sudah 3 hari ini tidak ada di rumah. Aku sudah tahu semua mengenai masalah Ria.""Memangnya kak Ria pergi kemana, Bu? yang ibu maksud
Jam menunjukkan pukul 9:35 pagi. Ria sudah tiba di rumah. Kemudian dia membuka tasnya untuk mencari kunci. Kunci masih belum dia dapati, tiba-tiba Bik Murti datang dan menyodorkan bon belanjaan. Iya begitulah Bik Murti kalau berkaitan dengan uang langsung nomor satu."Mana uangnya, ayo bayar." Bentak Bik Murti dengan suara lantangnya.Seketika Ria mengambil dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang. Di sisi lain Bik Murti melihat isi dompet Ria dengan penasaran. Dia melihat beberapa lembar uang merah dan biru di dalam dompet Ria."Ini Bik uangnya." Ria memberikan uang berwarna merah sebanyak 4 lembar dan 1 lembar uang berwarna biru. "Hitung dulu Bik, takutnya kurang."Bik Murti dengan secepat kilat menyambar uang itu."Sudah pas." Sambil memasukkan uang dari Ria kedompetnya."Hasil jual d**i selama tiga hari, dapatmu banyak juga ya?""Astagfirullahhaladzim, apa yang Bik Murti bicarakan ini?.""Aku bicara ap
'Alhamdulillah ya Allah, terimakasih sudah mengabulkan do'a hamba, sekarang hamba bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.' Ria tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Walau usianya sekarang sudah menginjak 35 tahun, dia masih bisa mendapatkan pekerjaan. Ini tidak lain adalah atas bantuan sahabatnya yaitu Sari orang yang sangat berjasa dalam hidupnya.Hari ini adalah hari pertama Ria bekerja sebagai kasir di rumah makan. Kali ini dia kebagian shift pagi."Bu, pagi-pagi kok sudah rapi, mau kemana?"Tanya Fahmi keheranan melihat ibunya sudah berpakaian rapi dan wajahnya kelihatan lebih cantik daripada biasanya."Kamu lupa ya? hari ini kan hari pertama ibu bekerja.""Oh iya, aku lupa.""Doakan ya nak, semoga kerjaan ibu lancar, bisa memenuhi semua kebutuhan kita. Kita gak usah lagi telfon ke ayah minta jatah bulanan. Mau dikasih ya syukur gak dikasih pun kita tidak usah minta.""Iya Bu."Di tempat k
'Atau jangan-jangan mas Seno mengetahui sesuatu tentang akun tersebut. Atau bahkan mungkin dia mengenalnya. Apa dia sengaja baru memberitahuku sekarang, karena dia takut kalau aku akan tersinggung. Tapi kenapa dia berani menjelek-jelekkan sepupunya sendiri kepada aku? aku kan suaminya.Yang jelas aku sangat yakin istriku bukan tipe orang seperti itu. Aku sudah melihat sendiri di aplikasi itu, Ria tidak menanggapi komentar akun [R. Ardiansyah] dan tidak berbalas pesan dengannya. Itu sudah cukup bagiku untuk mempercayai Ria. Menendengarkan mas Seno malah bikin pusing.' Batin Hamid setelah mentelaah cerita dari mas Seno.Hamid tidak mau ambil pusing dengan omongan mas Seno. Dia lebih percaya dengan istrinya. karena kesetiaannya sudah tidak usah diragukan lagi. Kalau memang istrinya itu suka main belakang, pasti sejak lama Hamid sudah berstatus du*a."Sudahlah mas, jangan bahas itu aku tidak mau memikirkan hal yang aneh-aneh. Sekarang sudah waktunya kerja mas. Aku d