Share

Bab 4

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-03 18:21:07

Bab 4

"Berusahalah menjadi yang terbaik sekalipun kamu harus berperang dengan egomu sendiri karena penyesalan selalu datang diakhir." Nisrina teringat ucapan Ferdy sesaat setelah sepasang kekasih itu pergi dari hadapannya.

Namun, tatapan mata Abisatya untuk Rania cukup membuat hati Nisrina kebat kebit. Sebagai seorang istri baru, mendapati sang suami menatap mantan kekasihnya sedemikian dalam dan hangat membuat segumpal daging dalam dadanya terasa sakit.

"Jangan lupa, ada Om dan Tante yang ada dipihakmu. Kamu istri sah, kamu menang meskipun hatinya belum jadi milikmu." Lagi, Ferdy memberikan semangat.

Nisrina merasa mendapatkan angin segar. Meskipun sakit, ia harus berusaha untuk menjadi istri yang berkesan untuk suaminya setelah penolakan itu terus diberikan oleh sang suami.

Dering ponsel yang menggema membuyarkan lamunan Rania dari ingatannya tentang kejadian beberapa waktu lalu bersama Ferdy. Ia segera meraihnya dan melihat layar yang sedang menyala itu.

"Mas Bian?" Dahi Nisrina mengerut. Akan tetapi saat ia hendak menerima panggilan tersebut, pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan sosok yang kini telah menjadi pendamping hidupnya.

Badan kekar itu berdiri diambang pintu sebab dering ponsel yang dibiarkan menyala oleh Nisrina. Otak Abi pun langsung menangkap sebuah kemungkinan yang mungkin saja sedang terjadi antara Nisrina dengan seseorang diujung panggilan itu.

Nisrina ragu hendak menerima panggilan itu. Ia terpaksa membiarkan ponselnya menyala tanpa jawaban dalam genggamannya.

Abisatya melirik ponsel yang sedang menyala itu. Ia abai dan segera meraih baju ganti yang sudah disiapkan Nisrina di atas ranjang dengan senyum menyeringai.

"Jangan sungkan padaku. Kalau itu telepon penting, terimalah. Bahkan jika itu dari kekasihmu sekalipun." Abi tersenyum miring. Ia merasa berhasil membuat Nisrina merasa tak nyaman dengan pernikahan ini.

Nisrina mengangkat dagunya seketika. Ia menatap Abi dengan sorot mata tak terima. "Sebagai seorang istri tentu aku harus menghargai suamiku. Tidak sopan jika menerima panggilan dari laki-laki lain di dalam kamar. Apalagi kamar ini masih dihias khas kamar pengantin baru."

Tidak lagi menggubris ucapan Abi, Nisrina bangkit dari duduknya. Ia meraih baju yang ada di dalam koper dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Ponsel yang menyala itu pun dibiarkannya tergeletak di atas sofa di dalam kamar. Tidak ada sedikitpun niatan dalam hati Nisrina untuk membalas atau menerima panggilan dari laki-laki lain setelah ia menyandang gelar seorang istri. Apalagi panggilan itu dari lelaki yang telah mencampakkannya.

"Untuk apa kamu menghubungiku lagi, Mas? Bukankah kedua orang tuamu lebih penting dari pada aku, yang hanya sebagai orang baru dalam hidupmu?" gumam Nisrina lirih. Ia menyandarkan badannya di balik pintu yang baru saja ia tutup.

Mata Nisrina memejam, merasai perihnya luka yang dengan sengaja ditorehkan oleh lelaki bergelar kekasih. Sekuat apapun ia mempertahankan hubungan, jika pasangannya tidak mau sama-sama berjuang, maka ia akan lelah sendiri.

Nisrina membiarkan tubuhnya luruh ke lantai. Betapa takdir tidak ada yang berpihak padanya. Betapa ujian hidup terus saja datang silih berganti. Pasangan yang ia kira bisa menjadi sandaran dan tempat berlabuh, nyatanya juga tak jauh beda dari sikap Bian padanya.

Berulang kali Nisrina mengembuskan napas kasar, sakit di hatinya tak juga hilang. Yang ada, dadanya kian sesak sebab rasa sakit yang datang bertubi-tubi.

"Dasar aneh!" umpat Abi setelah melihat sang istri masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah cepat. Bahkan mengabaikannya yang sedang berbicara.

Dering ponsel Abi mengalihkan emosinya pada sang istri. Dahinya mengerut membaca nama yang tertera dalam layar.

"Ada apa, Ma?" ujar Abi setelah panggilan tersambung.

"Eemm ... anu, Mama bisa minta tolong ngga?"

Abi melihat jam yang bertengger di atas ranjang. "Tolong apa, Ma?"

"Bisa cek kan dompet Mama tadi di kamar tempat kita dirias ngga? Dompet Mama ngga ada di tas. Takutnya ketinggalan. Kalai ada, besok aja kamu antarkan sekalian antar Nisrina ke butik langganan Mama."

"Butik?"

"Iya, ada satu gaun yang Mama pesan buat dia untuk acara keluarga nanti."

"Baiklah. Aku cari dulu dompetnya sekarang."

Setelah panggilan terputus, terdengar seseorang mengetuk pintu kamar. Abi bergegas membukanya sebelum ia turun ke lantai bawah untuk mencari dompet mamanya.

"Permisi, Pak. Ini kayaknya ada barang keluarganya yang tertinggal," ujar seorang petugas kebersihan.

"Oh iya. Baru saja saya mau cari kesana. Makasih ya?" ucap Abi. Ia membuka dompet mamanya dan mengambil selembar uang berwarna biru sebagai ucapan terima kasih.

"Makasih, Pak." Petugas itu berujar sebelum pergi dari hadapan Abisatya.

Petugas itu pergi bersamaan dengan Nisrina yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia melihat Abi dengan tatapan penasaran.

"Siapa, Mas?"

"Petugas kebersihan. Dompet Mama ketinggalan, dia antar ke sini," ucap Abi sambil menutup pintu kamar.

"Oh iya, Mama minta aku buat antar kamu ambil baju di butik langganannya besok."

"Baju?"

"Iya."

Tak lagi menjawab ucapan Nisrina, Abi merebahkan dirinya di atas ranjang. Ia tak peduli pada wanita yang baru saja menyandang gelar sebagai seorang istri itu.

Keesokan harinya, Abi mengantar Nisrina sesuai permintaan mamanya. Akan tetapi baru saja mobil melaju, ponselnya berdering. Nama Rania muncul dalam layar.

Abi segera menerima panggilan tersebut. Tak peduli ada Nisrina yang duduk di sebelahnya.

"Iya, Sayang?" jawab Abi setelah panggilan terhubung.

"Sayang, kamu semalam ngga ngapa-ngapain kan?"

"Enggak, Sayang. Ngga terjadi apa-apa semalam."

Nisrina mencebikkan bibirnya. Telinganya panas mendengar kalimat sayang yang terlontar daro bibir dua sejoli itu.

Namun, Abi tak peduli.

"Aku lagi jalan, setelah ini aku jemput kamu."

"Berapa lama? Aku udah kangen," rengek Rania manja.

"Sebentar. Cuma ke butik aja," ucap Abi sambil melirik Nisrina kesal. Ia merasa wanita di sebelahnya itu merepotkan dan membuat waktu untuk kekasihnya jadi terganggu.

"Beneran ya? Habis itu langsung jemput aku."

"Iya, Sayang. Kamu jangan khawatir." Abi segera menutup panggilannya. Ia tak mau mendengar rengekan Rania ketika dirinya tak bisa berbuat apapun.

Melihat wajah Abi yang kesal itu, Nisrina tak mau diam saja.

"Turunkan aku saja, biar aku cari taksi." Nisrina berujar dengan ragu. Ia menggigit bibir bagian bawahnya karena cemas dengan jawaban yang akan keluar dari bibir sang suami.

"Kamu yakin?"

"Mengapa tidak!?" balas Nisrina setengah hati. Meskipun hatinya berat mengatakan hal itu, ia ingin membuktikan ucapan Ferdy bahwa dirinya memang mendapatkan tempat di hati suaminya.

Tanpa disangka, Abi benar-benar menghentikan laju mobilnya. "Seharusnya memang begitu. Biar aku bisa segera berjumpa dengan Raniaku."

Hati Nisrina makin kesal mendengar ucapan Abi. Tanpa permisi, ia keluar dari dalam mobil.

Namun baru saja Nisrina menutup pintu mobil, seseorang menghampirinya dengan semangat.

"Sayang!" panggilnya yang seketika membuat Nisrina menoleh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali Ā Ā Ā Bab 87

    Bab 87Abi benar-benar mengantar Nisirina pulang. Ia merasa tak mampu menahan wanita itu untuk menuruti keinginannya setelah permintaan maaf yang dia ucapkan.Sebagai seorang suami, Abi merasa gagal. Semakin merasa gagal lagi setelah melihat respon Nisrina usai ia meminta maaf.Sebuah pesan dikirim Nisirina untuk seseorang. Ia pun menahan bibirnya untuk tidak banyak bicara di dalam mobil. Rencananya berhasil membuat Abi merasa menjadi orang yang telah abai pada tanggung jawab.Sebagai lelaki, Nisrina mau Abi gentleman. Sebentar lagi ia akan memasuki babak baru dalam hidupnya. Apa jadinya seperti kepala keluarga jika selalu mengandalkan orang tuanya untuk menyelesaikan masalah. Nisrina wanita yang mandiri dan tegas. Ia mau lelaki yang menjadi suaminya adalah lelaki yang tegas, berwibawa dan mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Sayangnya, suami yang ia dapatkan jauh berbeda dari apa yang ia inginkan.Setibanya di rumah Nisrina, tampak banyak orang yang berada di rumah itu."Kok rumah

  • Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali Ā Ā Ā Bab 86

    Bab 86Bu Rumaisha seketika menoleh setelah mendengar suara laki-laki yang sangat dikenalnya itu. Senyum sumringah seketika terkembang di wajahnya yang masih tampak cantik meski termakan usia."Duduk sini, Nak. Mama sudah pesan makanan buat kamu," titah Bu Rumaisha sambil menepuk kursi yang ada di sisi meja sebelahnya.Wajah milik Abisatya itu seketika berubah canggung. Ia kepayahan mengatur napas yang memburu bercampur kaget karena pemandangan di depannya."Iya, Ma," ucap Abi salah tingkah. Ia canggung duduk di sisi Nisrina yang langsung menunduk setelah pandangan mereka bersitatap."Kapan jadwal kamu periksa, Sayang?" tanya Bu Rumaisha pada Nisrina yang tak kalah salah tingkahnya."Sebelum balik kemarin udah periksa, Ma. Tapi kayaknya harus cari dokter lagi di sini buat persiapan lahiran beberapa bulan lagi.""Waah nanti kabari Mama ya? Mama pengen antar kamu. Mama pengen tahu gimana wajah cucu Mama itu. Ganteng apa cantik.""Selama periksa Nisrina ngga pernah tanya, Ma. Biar jadi s

  • Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali Ā Ā Ā Bab 85

    Bab 85"Masya Allah anakku," teriak Bu Rumaisha saat melihat wanita hamil yang ada di depannya. Ia merentangkan tangannya untuk memeluk menantunya itu.Tangis Nisrina pecah seketika. Ia tak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa hatinya kesepian dan merasa butuh pelukan keluarga. Bu Rahmi sudah melakukannya, tapi tentu beda dengan mereka yang sudah kenal lebih lama dan terikat tali pernikahan seperti Abi dan keluarganya."Mama, maafkan Rina," ucap Rina dalam pelukan Bu Rumaisha."Enggak, Nak. Kamu ngga salah. Abi yang salah. Tapi tenang, Mama sudah marahi dia. Sudah Mama hajar dia sampai kapok," balas Bu Rumaisha dengan tegas dan mantap."Mama hajar Mas Abi?" tanya Rina mengulang ucapan mertuanya. Kepalanya mendongak, menatap wajah yang sedang berbicara itu untuk mendapatkan kejelasan.Ekor mata Bu Rumaisha melirik ke arah laki-laki paruh baya di sampingnya. "Itu, dia yang hajar sampai berdarah wajahnya.""Papa hajar Mas Abi?" tanya Rina setelah pandangannya mengikuti arah mata Bu Ru

  • Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali Ā Ā Ā Bab 84

    Bab 84Nisrina sedang bersiap untuk kembali ke rumah kedua orang tuanya. Sudah terlalu lama ia meninggalkan rumah itu tanpa penghuni. Ia tak lagi mendapatkan alasan untuk menghindar dari orang-orang di masa lalunya. Akan tetapi, untuk kembali ke rumah Abisatya itu tak mungkin dilakukan sebab hubungan keduanya masih terbilang panas."Kamu jadi pergi, Nak?" Bu Rahmi menghampiri Nisrina di ruang tengah. Nisrina yang sedang duduk sambil memegang ponsel seketika mendongak, melihat sosok yang baru saja datang ke rumahnya."Jadi, Bu. Rina harus kembali. Tidak mungkin Nisrina selamanya ada di sini, toh badan Rina sudah sehat. Mbak Nur saya ajak ikut pulang tapi beliau tidak bisa.""Nur masih ada keluarga di sini. Ngga bisa pergi begitu saja.""Iya, Bu. Rina paham.""Ibu pasti akan merindukanmu, Nak," sahut Bu Rahmi dengan tatapan sendu. Ia lantas duduk di samping Nisrina yang sudah lebih dulu menggeser badannya."Ibu ngga ikut antar Rina?" tanya Nisrina saat perempuan paruh baya itu sudah du

  • Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali Ā Ā Ā Bab 83

    Bab 83Bu Rumaisha tak sengaja menemukan story Nisrina yang baru saja di posting itu. Dengan penuh semangat, beliau membukanya untuk melihat apa yang dibagi menantunya setelah sekian lama tak sapat dihubungi.Sebuah video yang menampakkan perut besar Nisrina yang sedang bergerak-gerak membuat Bu Rumaisha tersenyum penuh rasa haru."Pa, bangun, Pa!" bisik Bu Rumaisha tak sabaran. Ia menepuk-nepuk pundak suaminya untuk menunjukkan video tersebut."Apaan sih, Ma! Papa ngantuk!" elak Pak Gunawan menepis tangan Bu Rumaisha agar tak mengganggu tidurnya."Pa, lihatlah. Kita akan punya cucu, Pa!" Bu Rumaisha tak putus asa untuk membangunkan sang suami."Abi juga sudah bilang kemarin. Menantumu saja pergi dan menghilang, bagaimana kita bisa ketemu sama dia." Pak Gunawan kembali memejamkan matanya."Tapi ini story di nomor yang lama, Pa. Kayaknya sudah aktif lagi. Coba lihat dulu," ucap Bu Rumaisha makin memaksa.Tak punya pilihan lain, Pak Gunawan pun mengubah posisi tidurnya. Ia melihat layar

  • Ketika Mantan Kekasih Suamiku Kembali Ā Ā Ā Bab 82

    Bab 82Nisrina menatap geram wajah yang sedang ada di depannya. Ia tak menyangka jika kebaikannya dianggap seolah membuka celah untuknya bisa kembali dekat."Rin!" panggil Bian saat Nisrina berlari menjauh dari hadapan laki-laki itu.Tak peduli suara teriakan Bian, Nisrina berlari menuju sebuah angkutan umum yang tak sengaja berhenti tak jauh dari rumahnya."Cepat berangkat, Pak!" titah Nisrina setelah ia duduk di atas kendaraan roda empat itu.Nisrina kepayahan mengatur napas. Bahunya naik turun sebab ritme jantungnya tak tak beraturan. Dalam hati Nisrina merasa kesal pada Bian. Ia merasa telah kecolongan terhadap lelaki yang ia kira bisa dijadikan teman baik.Beberapa saat setelah duduk, perut Nisrina terasa nyeri. Tak biasanya ia merasakan nyeri yang hebat seperti itu.Sekuat tenaga Nisrina berusaha menahan rasa nyeri di perutnya itu hingga suara teriakan orang yang duduk di depannya membuat Nisrina terkaget."Mbak, di kakinya ada darah," ucap seorang wanita berhijab.Nisrina refle

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status