Share

[5] Ayo Ayang!

Alvero Husodo sedang melancarkan aksi ngambek pada kedua orang tuanya. Hal ini disebabkan karena Ray Husodo- sang daddy yang bertindak plin-plan. Laki-laki itu sekarang telah menjadi penghianat pertama di segala bangsa yang Vero ketahui. Ray mulai mendaftarkan diri jadi pengikut setia Mellia yang menolak untuk mendukung dirinya. Alhasil kini Vero memutuskan kabur saja dari rumah. Ia berdiam di dalam apartemen yang Ray belikan.

“Sepi nggak ada Daddy..” keluh Vero. Biasanya jika malam tiba ia akan merangsek ke tubuh sang daddy. Menjahili laki-laki itu karena tidak ada agenda main dengan Axel dan Justine.

Malam semakin larut tapi Vero sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Anak pertama pasangan Raynald dan Mellia Husodo itu masih memikirkan kesialan yang ia dapat. Andai sang daddy tak menyuruh dirinya pulang, ia pasti sedang bermesraan dengan Stefany saat ini. “Ah! Padahal tadi gue diajakin masuk ke kamar dia loh!” kesal Vero. Semua itu gagal akibat panggilan Lord Husodo. Coba saja daddy-nya tak membuat ulah besok pasti mereka telah menikah, batin Vero.

“Huf!! Ray.. Ray! Bucin banget deh lo ke Mellia.” Decak Vero sok menjadi anak kurang ajar diantaranya Mommy dan Daddynya.

“Gue enaknya ngapain ya?” Ia berguling seperti seekor babi yang dipanggang sebelum memutuskan memilih posisi tengkurap. “Chat Stefany aja kali ya.” Pekiknya semakin tak masuk akal. Siapa tahu Stefany mau membalas. Vero akan mencoba peruntungannya malam ini.

[Jodoh masa depan akoh] : Ayang, aku gabut. Liat nih nggak bisa tidur. Temenin!!!!!!!

Vero mengarahkan kamera depan dan memfoto dirinya sendiri di atas ranjang. Ia lantas mengirimkan gambar tangkapan mandirinya ke kolom chat bersama Stefany.

[Jodoh masa depan akoh] : sent!

Vero tanpa sadar menggigit bibir. Ia yakin jika Stefany tak akan membalas pesan yang dirinya kirimnya. Vero sudah sering- hampir setiap hari malah mendapati semua pesannya berakhir hanya dengan dua tanda centang biru.

 [Jodoh masa depan akoh] : Ayang, ih! Aku kabur dari rumah demi bisa hamilin kamu

Satu notifikasi dari Stefany membuat mata Vero membeliak. Ia kaget karena Stefany membalas pesannya.

[Jodoh masa depan]

Gila!

Vero terkikik. Ia tak menyangka jika Stefany baru mengetahui kegilaannya. “Gemes banget deh ah nih anak! Masa gue chat panjang balesnya satu kata doang.” Diantara rasa bahagianya Vero turut serta memberikan kritikan tajam.

“Nggak papa Ver.. Dia mau bales aja harusnya lo bikin tumpeng tujuh hari tujuh malem.” Racau Vero pada diri sendiri. Ia merubah posisi tubuhnya menjadi terlentang. Dua jempol Vero mengambang. Ada jeda beberapa saat karena aksi sok keren Vero. Ia sempat berpikir beberapa saat, namun ternyata otaknya sedang susah diajak bekerja sama untuk membuat topik agar bisa terus berkirim pesan.

[Jodoh masa depan] Dimana Yang?Mau nyusul, Abang rinduuuu!

Stefany mengirimi Vero lokasi terkini dirinya. Sontak saja Vero bangkit dan mengumpat karena mengetahui keberadaan Stefany.

"Nih cewek gue pesantrenin juga ya! Bukannya tidur di kosan malau dugem. Awas aja jadi bini gue, gue kunci dalem kamar tiap hari." racau Vero lalu bersiap-siap untuk menyusul Stefany. Vero mengambil jaket yang ia letakan di atas sofa ruang tamu. Ia juga mencari kunci mobilnya.

“Dimana sih woi?! Calon bini gue lagi happy-happy nih! Masih aja lo ilang kunci mobil!” ia terus mengomel karena tak kunjung menemukan kunci mobilnya. “Mikir Ver.. Terakhir di..” Vero mengumpat keras. Ia lalu berjalan menuju lemari es di dapur apartemennya.

“Nah ini dia!” pekik Vero. Setelahnya tentu Vero berlari sekencang mungkin untuk sampai di basement. Ia lalu melajukan mobilnya tanpa memikirkan jarum speedometer. Keinginan untuk menyeret Stefany membuat Vero seratus persen sadar dalam mengemudi. Ia tak akan bertemu malaikat maut sebelum menyeret pulang calon istri masa depannya.

"Minggiiiiirrrrr, anak Daddy mau lewat." teriak Vero agar lautan manusia di hadapannya menyingkir secepat mungkin. Tak ada tanggapan, Vero lalu membalikkan tubuh. Ia melirik pada beberapa orang di belakangnya memberi kode pada mereka agar melakukan apa yang Vero minta tadi sebelum masuk ke dalam kelab.

Satu orang pergi meninggalkan Vero, setelah itu terdengarlah suara dari pengeras jika semua orang harus menyingkirkan dari hadapan Vero. Laki-laki suruhan Vero turut memberikan ancaman kalau mereka akan jatuh miskin dadakan. Tentu saja perintah itu langsung dituruti!

Lautan manusia mendadak menjadi barisan antri sembako. Mereka sangat tertib dan memberikan jalan yang luas untuk sang pangeran Husodo. Vero mengedarkan pandangan matanya. Ia masih sulit mencari keberadaan Stefany karena mungkin gadis itu juga ikut menepi, memberi ia akses untuk melewati dance floor.

"Stefany Sayaaaaaaaaaang! Ayo pulang!" teriak Vero membahana. "Stefanyyyy pulang apa aku bikin ini tempat kocar-kacir!" Vero memberikan ancaman. Sejak ia kecil cara tersebut benar-benar sangat mutakhir untuk membuat semua orang tunduk.

Tentu saja kecuali Stefany dan orang-orang terdekatnya..

"Eh, Eh, nama gue Siti bukan Stefany woiii!" panik Stefany ketika salah satu temannya mendorong tubuhnya agar keluar dari barisan.

"Woi, ah, Sialan!" maki Stefany. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian dan malam ini Vero sukses membuatnya menjadi bintang yang ditatap horor oleh semua manusia.

"Ayo, pulang! Kamu mau minum, aku beliin sepabriknya buat kamu. Minum di apartemen aku!" hardik Vero lalu menyeret kasar tubuh Stefany. Stefany yang ingin memberontak seketika ciut karena melihat empat orang bertubuh besar yang mengelilingi Vero. Sialan, batinnya. Tahu vero akan berbuat hal gila, Stefany tak akan memberikan lokasinya pada Vero.

"Ayo, Ayang! Ih!" rengek Vero membuat Stefany semakin malu.

"Mbak ikut aja. Nanti pacarnya ngamuk loh. Kita kesini mau seneng-seneng Mbak. Bukan mau liat drama pertengkaran kalian." celetuk salah satu pengunjung membuat Stefany kalah dan akhirnya mengikuti langkah kaki Vero yang dijaga empat orang bodyguard.

"Kamu beliin saya whiskey. Antar ke apartemen saya. Biar kobam ini cewek satu. Beraninya dia pakai pakaian kurang bahan gini di tempat umum lagi!” geram Vero sembari menatap tajam penampilan Stefany dari ujung kepala hingga kakinya.

“Berani pakai pakaian gini lagi aku bakar kamu ya!” teriak Vero murka. Ia benar-benar tak suka melihat wanita yang telah mencuri perhatiannya memakai pakaian tak layak pakai.

Stefany bergidik mendengar ucapan Vero. Entah mengapa nyalinya jadi ciut seketika.

God! God! Moga abis ini onderdil dalem gue nggak dijual-jualin sama si Vero. Gue belom siap mati, Tuhan!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status