“Kau mencuri?”
“Tidak.” Seorang wanita menahan Luna yang hendak kembali karena Hadar dan yang lainnya pasti mencemaskannya. Tapi dia begitu tidak beruntung, karena bertemu dengan Clara. Adik iparnya yang dulu menyanjungnya, tetapi sejak kedua keluarga berubah. Sifat semua orang juga berubah padanya. “Bagus. Setidaknya kau tahu itu perbuatan jahat.” Sarkasnya. “Menuduh orang lain juga kejahatan Clara!” “Kau membalas ucapanku? Kau berubah hah. Jadi, semakin tidak tahu diri.” Tawanya kemudian. “Ah kembali seperti anjing liar di jalanan!” “Menyedihkan Luna, aku kecewa.” Dia menatap Luna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemudian mengambil jarak dari Luna, seolah yang di depannya saat ini adalah lumpur. Setelah mengatakan itu, Clara meninggalkan Luna dengan koin yang ia lemparkan di lantai. Menggelinding jatuh tepat di depan kaki Luna. “Untuk sarapan.” Sinisnya. “Sial.” Desis Luna. Ia mengambil koin yang dilemparkan Clara lalu mengepalkan tangannya dengan kuat sebelum. “CLARA!” panggilnya. Clara berbalik namun yang terjadi berikutnya sungguh di luar prediksi Hadar. *** Di kediaman. Luna dikurung oleh Hadar dalam kamarnya, bukan tanpa alasan. Itu karena Luna terus memberontak dan tentu saja melukai dirinya sendiri. Bertengkar dan berkelahi dengan Clara dan teman-teman Clara. “Kau sudah tenang. Aku bisa mendengarkan mu sekarang.” “Kenapa kau menghentikanku Hadar?” “Membuat keributan dengan putri penguasa Eridani. Tentu saja tak akan ada yang membelamu, bersyukurlah Vega mengorbankan dirinya untuk menggantikan posisimu. Memang agak janggal, tapi syukurlah Clara menyelesaikan pesta minumnya sebelum bertemu denganmu, jadi masalah tidak akan diperbesar karena ia juga melakukan kesalahan.” “Aku juga keluarganya. Kenapa tidak ada yang membelaku? Kenapa juga kau bilang begitu.” “Benar. Kau tidak punya siapapun yang membelamu di sana. Meski kau ingin, tidak akan ada yang berubah.” “Kalau begitu kau bisa menarik batu aura yang letakkan pada tubuhku. Dengan begitu peramal akan melihatku sebagai orang yang benar.” “Dan meledakkanmu?” Hadar meraih tangan Luna dengan lembut, menatap mata gadis yang sebentar lagi akan menangis itu dengan tatapan lembut. “Ini salah ku, jika saat itu aku memilih Clara mungkin ini tidak akan terjadi.” “Jika kau tidak menargetkan keluargaku…” Luna menghentikan ucapannya saat matanya bertemu dengan Hadar. “Bicaralah.” “Aku butuh alasan.” “Eridani terlalu tinggi. Dalam kurun 5 tahun mereka berada di puncak, itu membuat bangsa kami menaruh kecurigaan. Mungkin, ada bangsa kami yang tawan? Tapi ternyata kami salah. Pada akhirnya bisnis menjadi seimbang kembali dimana bangsa kami bisa bertarung dan bersaing dalam batas tidak takut gagal atau hancur oleh manusia.” Dia kini menyentuh wajah Luna. “Luna.” Panggilnya lembut. “Kami sudah berhenti mengawasi Eridani, kami juga tidak melakukan sihir apapun pada keluarga mu hanya saja….” “Jadi masalahnya ada padaku.” “Ku anggap kau mengerti. Sekarang, bisa kita membuat janji untuk tak saling merugikan? Aku akan mencari jalan keluar agar kau diterima oleh keluarga mu kembali.” Meskipun itu hanya sebuah harapan dan bisikan penuh tipu daya. Bolehkah Luna terpengaruh dan berharap meski dibelenggu rasa sakit di dadanya. Luna menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Setelahnya Luna tertidur dalam pangkuan Hadar. Jendela terbuka dan Masuklah Vega dengan kaki telanjangnya, ia tak masuk lewat pintu karena Hadar menguncinya agar Luna tidak membuat keributan yang lebih parah lagi. “Kau sudah sampai?” Tanya Hadar pada Vega yang hanya menatap Luna iba. “Jika suatu hari nanti hatinya benar-benar hancur. Akankah kau memperbaikinya Hadar? Jika tidak, sebaiknya kau berhenti sekarang.” Hadar terdiam. “Jangan membantunya. Biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri, karena waktu pasti akan memihaknya. Kebohongan keluarganya tetap akan terbongkar dan Luna pasti bisa membalas mereka dengan kemampuannya sendiri.” sahut Hadar. “Bagaimana dengan rahasia bangsa kita?!” “Itu hanya alasanmu Hadar, kita mengenal Luna. Dan ia tidak akan melakukan hal yang jelas merugikannya dan keluarganya di saat ia tahu siapa kita yang sebenarnya.” Vega menjelaskan meski ia juga tak ingin jauh dari Luna. “Jangan memetik jika mencintainya. Biarkan ia tumbuh meski tanpa adanya hadirmu. Hadar, kau bisa menarik batu aura yang kau ledakan padanya. Kau jelas bisa melakukan itu tanpa menghancurkan tubuhnya!” Dia hanya, tidak mau mengeluarkannya—sambung Vega membatin. Bersambung….Selamat membaca.Kain yang dibungkus asal pada tangan Luna lepas. Perlahan senyuman pada wajah Vega berubah saat melihat tiga cincin yang ada pada jari Luna yang terluka.Seperti bekas seseorang mencoba untuk melepasnya secara paksa. “Apa ini?” Vega bertanya sambil mengerutkan kedua keningnya pada Luna yang terlihat sedang menelan salivanya kasar.“Tunggu itu…”Igel mendekat, dia mengamati cincin yang coba Luna sembunyikan.“Ini bukan apa-apa. Igel, lepaskan tanganku.”“Kau menyakiti Lunaku.” Hadar berucap sambil mencengkram pergelangan tangan Igel. Ia menatap Igel seperti ingin membunuhnya saat ini juga.Hadar tahu kalau mereka sangat penasaran tapi itu membebani Luna. Dan Hadar tidak menyukainya.Igel yang takut menarik tangannya dari Luna. “Maafkan aku.”“Tidak apa-apa…” ucapan Hadar berhenti saat mata tajam itu menatap ke arah cincin yang ada di tangan Luna. “Boleh ku lepaskan?” tanya Hadar.Dengan cepat Luna menggelengkan kepalanya. Dan itu membuat reaksi yang lainnya terlihat sa
Selamat membaca.Menyadari adanya masalah. Luna buru-buru menutupi cincin yang ada pada jarinya dengan selimut agar Hadar tak mengetahuinya.Setelah hari yang panjang, Luna hampir kesulitan untuk melanjutkan tidurnya namun karena kelelahan. Dia tertidur dengan sendirinya, untungnya Hadar tak tidur dengannya semalam. Dan hanya berjaga sebentar saja.“Huh! Syukurlah.” Luna sangat bersyukur.Dia menatap ke arah jam kuno yang terpasang dekat pintu masuk kamar, sebelum melempar selimut dan bergegas ke kamar mandi.Di kamar mandi.“Sttt!” Luna merintih sakit.Darah perlahan menetes dari pergelangan tangannya. Karena ia tak berhati-hati dalam melangkah. Itu menjadi masalah besar bagi Luna. “Sial! Apa yang harus ku lakukan?” Panik. Luna memikirkan sebuah ide untuk menutupi pergelangan tangannya yang terkilir dan sedikit terluka.Buru-buru ia membuka lemari dan merobek beberapa pakaian guna membuat sarung tangan yang tidak akan dicurigai oleh mereka semua nantinya.“Menyebalkan.”“Apanya yang
selamat membaca.Kehadiran bangsa Mimosa tentu saja menimbulkan pertanyaan besar bagi orang baru seperti Lerna—dia berpikir kalau kekuatan yang dikumpulkan oleh Hadar melebihi bantu sandungan juga pilar terkuat yang pernah diciptakan.Dalam hal ini. Mata Lerna tertuju pada Luna, satu-satunya orang yang mungkin menjadi dalang dalam semua ini.Kini ia bisa sedikit percaya pada semua yang ia lihat kala itu.Bangsa Mimosa muncul namun Hadar melihat pemimpin mereka. “Dimana…”“Maaf. Kami sedang berduka.”Mendengar itu Hadar tak bertanya lebih karena ia pasti sudah mengetahui dan membuat rencana untuk kelangsungan hidup bangsa mereka.Tetapi Hadar cukup senang karena mereka tetap datang seperti yang telah dikatakan sebelumnya. “Kami akan membantu mendapatkan Val. Sebagai gantinya, temukan orang-orang yang memegang pengawasan atas hutan ini.”Bangsa Mimosa yang bisa berubah wujud jelas bisa membantu untuk mengintai tanpa ada tahu.Mereka setuju. Dan kelihatannya Luna cukup senang akan bantua
Selamat membaca.Saat hari semakin malam. Diantara pohon-pohon, seorang pria melesat dengan sangat cepat ke area Villa. Di dekat pegunungan dia berhenti.“Aku hanya bisa mengantar kalian sampai disini.”Setelahnya dia kembali pergi.Luna menganggukan kepalanya sekali penuh hormat sebelum ia tersenyum pada Lerna yang terlihat sangat sedih, ketika melihat punggung Antares menjauh darinya.Tapi ini adalah pilihannya. Antares memilih untuk mengikuti perintah raja dan ratu dan Lerna memutuskan untuk mengikuti Luna. Karena ia tak ingin berakhir mengenaskan.Memang pada awalnya Lerna tak percaya pada Luna bahkan sejak awal mereka bertemu, Lerna tak begitu peduli tapi saat Luna memainkan perannya dia tidak ingin mengambil pilihan yang salah lagi.Kehadiran Luna pada perbatasan perlindungan membuat Igel memberi izin untuk melepas sebagian kekuatan.Sambil bergandengan tangan Luna membawa Lerna bersama dengannya. Dengan malu Lerna meraih tangan Luna.***Beberapa menit setelah Lerna bergabung.
Selamat membaca.6 jam kemudian. Luna berbaring di atas tempat tidur, dia tidak pernah merasa sesakit dan selemah ini sebelumnya.Pipinya terus merona dan otaknya sepertinya sudah sangat kacau.Andro dan Horna, Igel menemani Luna, Clara membantu Luna minum dan Vega serta Ella menjaga pintu agar tetap tertutup.“Tulang mu patah, ku rasa kalian sudah bermain tanpa menggunakan otak dan kesadaran kalian.”“Ini berlebihan.” Clara meneguk salivanya kasar, dia berujar sambil menatap paha Luna. Sebelum tatapannya tertuju pada Igel. “Aku takut.”“Aku tak akan mematahkan tubuh mu, aku bukan Hadar.”Sementara mereka sangat serius, Luna malah tertawa dan itu membuat Vega dan Ella naik darah karena Luna terlalu bebas membiarkan Hadar. Mereka sangat lah marah. “Kami tahu emosi kalian sedang baik-baik saja tapi perhatikan tubuhmu.”Em. Sebenarnya Luna sudah meminta untuk berhenti pada Hadar, tapi Hadar tak membiarkannya berhenti dan akhirnya enam jam itu menjadi maut. Luna harus bersyukur karena ha
Selamat membaca.Ini adalah suatu keuntungan bagi Luna, karena Hadar selalu menuruti dan mengikuti apa yang ia mau.Dia cukup senang sekarang, sebuah senyuman manis merekah di sudut kedua bibirnya.Luna segera meraih gagang pintu jendela, akan tetapi senyumnya tiba-tiba saja menghilang saat ia merasakan tangan Hadar yang sedang melingkar pada pinggang rampingnya.Mendapati hal itu. Luna menoleh sedikit ke arah Hadar yang malah semakin memeluknya dengan erat. Dalam hati Luna berujar, “habis lah aku!” Sesalnya kemudian.Dia mencoba untuk tetap tenang. “Hadar?”“Hm?”“Apa kau sedang mencoba untuk menahanku?”“Tidak.”Jawaban yang masuk akal tapi. APA MAKSUDNYA INI?! Luna menghela nafasnya kasar dan Hadar juga mengikuti apa yang Luna lakukan. “Aku tidak boleh?” tanya Luna setengah memelas. Tahu kalau Hadar pada akhirnya tidak setuju dan hanya memancingnya untuk menggali kebenaran tanpa bertanya sedikit pun.Maaf kan dia Val. Dia terlalu percaya diri, meski saat ini Luna pasti akan berada