“Iya Ayah. Begini saja, ayah kirimkan file nya ke email aku, nanti aku kerjakan semuanya dari sini,” ucap Dimas yang kini sedang menerima panggilan dari sang ayah.
“Kamu itu sebenarnya ada dimana sih, Dim? Ini sudah lebih dari tiga hari loh kamu menghilang. Setiap Ayah tanya kamu dimana, kamu tidak pernah menjawab. GPS ponselmu juga mati. Apa kamu sengaja mematikannya agar Ayah tidak bisa melacak dimana keberadaanmu?” gerutu sang Ayah dari balik telepon itu.
Dimas tersenyum mendengar ucapan sang Ayah. Iya, memang benar. Setelah dirinya mengambil keputusan untuk tinggal disini untuk beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, Dimas sudah mengantisipasi semua yang memungkinkan keberadaan dirinya diketahui oleh sang Ayah.
“Bukan begitu Ayah. Hanya saja Dimas sekarang sedang berada di kota terpencil. Sinyal pun agak susah disini.”
“Ya sudah sekarang katakan kamu ada dimana dan kapan akan pulang? Lagipula apa yang sedan
Beberapa tahun yang lalu...“Baiklah kita tutup pengajian ini dengan hamdallah. Alhamdulillahirobilallamin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,” ucap penutup dari sang kiyai. Semua jemaah pun menjawab salam tersebut. Mereka pun berdiri bersiap untuk segera pulang lagi ke rumah mereka masing-masing.Setiap satu minggu sekali, tepatnya setiap hari Jum’at sore, masjid Al-Muhajirin selalu mengadakan pengajian. Masjid Al-Muhajirin merupakan mesjid terbesar yang ada di kota B, khususnya di daerah sekitaran Panti Asuhan. Umi Nayla sangat beruntung karena dengan kegiatan ini, dia bisa mengajak para anak asuhnya untuk terus mengikuti pembekalan batin itu. Semua anak asuh Umi Nayla, selalu datang ke sana untuk mengikuti pengajian itu. Baik yang laki-laki ataupun perempuan, baik yang masih kecil ataupun yang sudah besar, semua diwajibkan untuk mengikuti pengajian itu.Rania dan saudara-saudaranya yang lain yang seumuran dengannya malah sudah terg
Semakin lama kedekatan antara Yusuf dan Rania pun semakin erat saja. Kini keduanya sudah bisa saling terbuka satu sama lain. Yusuf yang awalnya hanya pendiam tapi ternyata aslinya laki-laki itu sangat hangat dan perhatian. Begitu juga dengan Rania. Gadis yang awalnya sangat dingin itu nyatanya dia adalah gadis yang bawel dan ceria juga. Iya keduanya memiliki rahasia sendiri dengan sifatnya. Bukan maksud keduanya menyembunyikan identitas akan tetapi memang seperti itulah sifat mereka, pendiam jika kepada orang yang tak dikenal, dan hangat kepada orang yang sudah dikenal.Umi Nayla selalu mendidik semua anak asuhnya agar bisa hidup mandiri dan juga pintar. Itu sebabnya dirinya selalu berusaha menyekolahkan semuanya hingga ke tingkat paling tinggi. Beruntung jika sang anak pintar dan akhirnya mendapatkan beasiswa, seperti hal nya Rania. Karena kepintarannya Rania pun berhasil mendapatkan beasiswa dari sekolahnya untuk melanjutkan belajar hingga ke perguruan tinggi.Sejak
“Aku tidak peduli dengan pekerjaanku sebagai penjual minuman. Yang jelas Rania adalah milikku. Dia adalah calon istriku. Jadi tidak ada satu orang pun yang boleh menyentuhnya,” tegas Yusuf.Ada rasa tekejut di hati Rania saat mendengar Yusuf berkata seperti itu. Dengan lantang laki-laki itu berkata kalau dirinya adalah miliknya. Tapi sejak kapan? Mengungkapkan rasa di dalam hati juga belum pernah terjadi diantara mereka. Entah itu hanya sebuah gertakan saja dari Yusuf ataukah memang pernyataan secara tidak langsung, Rania tidak tau. Yang jelas, dia sangat bersyukur karena Yusuf sudah datang menyelamatkannya dari laki-laki seperti Bian.Mendapat pukulan telak dari sang kakak sepupu dan juga mendengar pernyataan kepemilikan atas Rania, membuat Bian murka. Dia pun berdiri tegak dan hendak memukul Yusuf dengan membabi buta. Akan tetapi emosi tidak bisa mengalahkan segalanya. Tak ada satu pun pukulan dari Bian yang mengenai tubuh Yusuf, membuat laki-laki itu sem
Pagi itu semua penghuni panti baru saja menyelesaikan sarapan pagi bersama. Pagi itu langit sangat cerah. Dan pagi itu adalah pagi pertama dimana Dimas bisa melihat Rania yang kembali ceria seperti sedia kala. Gadis itu benar-benar telah menepati janjinya semalam bahwa dirinya tidak akan terus terpuruk, tidak akan terus bersedih dan akan menjadi Rania yang ceria kembali, demi sang anak Rizky dan juga demi orang-orang yang selama ini sangat menyayanginya.Gadis itu begitu sigap membantu Kak Reni membereskan semuanya. Semua anak panti juga sudah pergi untuk bersekolah. Kini di rumah hanya ada Dimas, Kak Reni, Umi Nayla, Rizky, Rania, dan juga Lestari yang sengaja izin untuk tidak bekerja hanya karena ingin bersama dengan Dimas.Rizky sangat senang bermain dengan Umi Nayla. Sedangkan Dimas, laki-laki itu terus saja mendekati Rania, menggodanya dan terkadang menjahilinya, membuat Kak Reni tertawa dengan tingkah dua sejoli ini. Sejak kecil pasangan ini memang selalu saja te
Karena merasa khawatir dengan sang ibu mertua, Rania pun mengajak Dimas untuk pulang ke rumahnya siang harinya. Dimas langsung bersemangat untuk menyanggupinya karena sejujurnya setelah Lestari mengungkapkan perasaanya kepadanya, membuat laki-laki itu menjadi merasa tak nyaman untuk tinggal disana lama-lama.Umi Nayla dan juga Kak Reni merasa sedih dengan keputusan Rania karena mereka masih kangen dengan Rizky, akan tetapi mau bagaimana lagi, mereka semua sudah tidak memiliki hak lagi untuk mengatur wanita itu karena sekarang dirinya sudah berkeluarga. Walaupun sang suami sudah tidak ada, akan tetapi mereka juga sadar kalau kini sang ibu mertua hanya tinggal sendiri dan hanya Rania lah yang wanita itu milikki saat ini.Siang itu juga Rania dan Dimas berpamitan kepada Umi Nayla, Kak Reni dan para anak panti yang kebetulan sudah pulang sekolah. Semua orang mengantarkan kepulangan mereka kecuali Lestari. Gadis itu sama sekali tidak mau keluar dari dalam kamarnya walaupun
“Sepi sekali ya, Kak? Ibu kemana ya?” tanya Rania saat mereka sudah sampai di halaman rumahnya akan tetapi tidak ada tanda-tanda kalau ibu Tyas ada disana. Padahal sebelumnya Rania berfikir kalau Ibu Tyas pasti akan menyambutnya dari depan pintu, mengingat tadi Umi Nayla bilang kalau beliau akan mengabari ibu mertuanya itu tentang kepulangannya.“Entahlah, kakak juga gak tau. Ayo kita lihat ke dalam saja!” ajak Dimas sambil mengambil alih Rizky yang asalnya berada di gendongan Rania, kini beralih ke gendongan laki-laki itu.Mereka berdua pun berjalan bersama menuju ke dalam rumah. Saat tangan Rania menyentuh gagang pintu, ia sangat terkejut karena pintu itu tidak tertutup dengan sempurna, masih terbuka sedikit. Rania menatap laki-laki di sampingnya dengan raut wajah bingung karena tidak seperti biasanya ibu mertuanya itu membiarkan pintu rumahnya terbuka.Rania dan Dimas pun mulai melangkah masuk ke dalam, akan tetapi tidak ada siapa-siap
Melihat ada tulisan nama sang ayah muncul dari layar ponselnya, membuat Dimas kaget. Kenapa sang ayah menghubunginya disaat yang tidak tepat? Kenapa dia meneleponnya disaat dirinya sedang bersama Rania. Lagi pula ada apa lagi ayahnya itu menghubunginya lagi?Setelah mendapatkan izin untuk berpindah tempat ke halaman rumah sebentar, laki-laki itu pun langsung mengangkat panggilan tersebut.“Assalamualaikum. Iya Ayah kenapa?”Dimas mendengarkan apa yang diucapkan oleh Ayah Deni dengan sangat serius. Beberapa kali dia mengerutkan keningnya disana dan beberapa kali juga dia mengepalkan tangannya menahan emosi. Sepertinya telah terjadi sesuatu di sana yang membuat Dimas berubah menjadi gelisah.“Baik Ayah, Dimas pulang sekarang juga,” ucapnya dan langsung menutup panggilan itu.Sejenak laki-laki itu pun berfikir. Dia tidak pernah menyangka kalau dirinya harus kembali meninggalkan Rania secepat ini. Dia bahkan belum genap satu har
Pagi itu di rumah keluarga besar Pratama atau lebih tepatnya rumah Kakek dari Bian yang masih berdiri kokoh di kota B. Walaupun sudah tidak ditempati oleh keluarga akan tetapi di rumah itu masih ada yang mengurusnya. Kini rumah besar itu bak sebuah villa, tempat dimana keluarga Luki ingin bersantai.Kakek Bian hanya memiliki dua orang anak laki-laki. Ridho sebagai anak sulung dan Luki sebagai anak bungsu. Sejak dulu sang kakek adalah orang yang baik. Dia tidak pernah memandang orang dari statusnya. Dia suka menolong sesama yang sekiranya membutuhkan bantuannya. Sifat baik sang ayah nyatanya hanya turun kepada sang anak pertama saja, Ridho. Sedangkan Luki sendiri memiliki sifat keturunan dari sang Ibu yang angkuh, sombong dan juga selalu menomor satukan dunia.Walaupun berbeda sifat, orangtua Luki dan Ridho, mereka sama-sama setia. Bisa saling menghormati dan menghargai perbedaan pola mikir mereka masing-masing. Tapi tidak dengan kedua anaknya. Sejak kecil baik Ridho at