Ada beberapa perjuangan dan pengorbanan yang akan sampai pada titik merelakan, bukan karena lelah tapi memang ada beberapa hal yang tidak bisa digenggam dan diraih untuk mendapatkannya.
(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)
***
Sakit rasanya mengingat kata pedas yang terlontar dari mulut laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya tadi malam, dari laki-laki berstatus suami. Bahkan rasa itu seketika hilang, rasa yang baru tumbuh, mengagumi dalam diam saat Abizar memberi perhatian ketika ia sakit. Kecewa dan benci bahkan amarah tidak dapat ia kendalikan, bahkan Amirah mendapatkan dorongan untuk menampar laki-laki arrogant itu, selama ini Amirah adalah gadis lembut, sopan dan tidak pernah berbuat kasar, tapi karena amarah ia berani menampar laki-laki yang merupakan suaminya itu.
Amirah berkata lirih, "Pak dokter boleh menghinaku miskin, melecehkanku, bahkan tidak mengakuiku sebagai istri, tapi untuk mengatakan aku murahan karena telah memberikan mahkotaku pada suamiku sendiri aku tidak akan pernah terima. Hiks ...," tangisnya pilu. Amirah sakit hati dan kecewa.
Tak terasa Amirah sudah satu jam berada di kamar tidur meratapi hidup, bahkan ia lupa akan mengantarkan Ambar terapi. Untung saja Amirah segera menyadari kelalaiannya. Ia pun segera bersiap. Ia masih menunggu sang mama yang masih berada di kamar mengerjakan salat Dhuha sama sepertinya tadi. Sejak Amirah masuk ke dalam rumah itu, Ambar lebih mendekatkan diri pada Allah, ia suka sekali melihat Amirah mengaji. Ia ingin belajar mengaji pada sang menantu yang seorang Hafidzah lima juz itu.
Sampai di tempat terapi, Amirah menemani Ambar dengan telaten dan sabar, kali ini sang mama terlihat semakin semangat, Amirah turut bahagia dengan semangat Ambar untuk sembuh. Setelah hampir dua jam terapi pun selesai dan dokter ortopedi yang menangani bilang perkembangannya sudah sangat memuaskan, mungkin sekitar satu bulan akan bisa berjalan, Amirah dan Ambar sangat bersyukur, tak henti- hentinya mereka mengucap hamdalah.
"Mama tidak sabar, mengatakan berita bahagia ini pada Abizar, Nak," ungkap Ambar bahagia.
Deg ... Amirah merasa cemas, cemas akan nasib pernikahannya, Amirah bahagia Ambar akan sembuh, walau dengan begitu perjanjian itu akan berakhir, Amirah bingung harus mengatakan apa pada ummi dan abahnya nanti.
"I- iya, Ma. Pak dokter pasti bahagia," ucapnya terbata sambil tersenyum kikuk.
Malam pun tiba. Abizar turun dari mobil kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, dilihatnya Amirah sedang menyiapkan makanan di meja makan tanpa menyapa Abizar pun berlalu, segera naik ke atas menuju kamar untuk mengganti pakaian, Amirah mengetahui kedatangan sang suami sombongnya, tapi tak sedikit pun ia berusaha untuk menyapa. Toh, untuk apa menyapa, Amirah tahu meskipun ia menyapa Abizar tidak akan membalas sapaannya.
Setelah mengganti pakaian dengan pakaian santai rumahan Abizar turun menuju meja makan, di situ sudah ada sang mama yang tersenyum hangat melihat kedatangan putra kesayangannya. Ambar langsung memberitahu kabar bahagia tentang perkembangan kakinya. Abi yang mendengar itu sangat bahagia langsung mencium pipi sang mama sambil memeluknya.
"Semua ini tidak luput dari kerja keras Amirah, menantu mama yang cantik ini," ucapnya sambil memegang tangan Amirah lembut dan menekankan kata menantu mama. Hal itu membuat Abizar sedikit canggung dan pura-pura menggaruk kepala yang tidak gatal.
***
Dalam kamar Amirah masih mengacuhkan Abizar, begitu pula Abizar, masih dengan ekspresi dingin.
Setelah salat Isya dan murajaah ia menggelar kasur lantai dan segera tidur. Abizar melihatnya tidur meringkuk, melihat wajah polos tanpa make up membuatnya ingin mendekati Amirah, tapi karena ego ia menahan hasrat, Abizar berusaha untuk tidur. Namun, sulit sekali untuk memejamkan mata, begitu juga Amirah, sebenarnya ia belum bisa tidur, ia hanya berpura-pura memejamkan matanya, karena malas berurusan dengan laki-laki sombong yang omongannya tidak bisa di filter padahal seorang dokter. Tak tahan berpura-pura tidur ia duduk membelakangi Abi, melihat Amirah bangun Abizar kaget. Badan Amirah masih cekot-cekot semua, hal itu membuatnya sulit untuk memejamkan mata, meskipun rasa kantuk mendera, tapi tetap saja tidak bisa terlelap. Mereka kembali cekcok. Sama-sama tidak ada yang mau mengalah.
"Kenapa? Puas udah injak-injak harga diriku."
"Tadi pagi kamu menamparku, dan sekarang kamu berkata dengan kasar padaku, aku suamimu, yang harus kamu hormati, " ucap Abizar tak kalah sengit.
"Aku istrimu, yang juga masih punya perasaan meskipun aku sadar kamu tidak pernah menganggap diriku," ucap Amirah marah sambil berdiri di depan Abizar. Tak tahan melihat bibir Amirah yang marah-marah di depanya, tiba-tiba Abizar menarik Amirah ke depan tubuhnya.
"Kamu mau apa?" ucap Amirah takut.
"Menghukummu, yang sudah cerewet malam ini," ucapnya sambil mendekatkan wajahnya.
Hal itu membuat Amirah semakin takut. "Lepasin enggak?" berontaknya.
"Enggak akan," jawab Abizar tak kalah sengit.
"Ih, lepas!" teriaknya sambil memukul dada Abizar dengan tangan kanan sedang tangan kirinya masih dipegang erat Abizar. Wajah Abizar semakin mendekat. Hingga_ Cup ... Abizar mencium bibir Amirah, Abizar menciumnya sedikit lama, Namun. Amirah tak sedikit pun membalas. Amirah hanya mematung atas tindakan Abizar, tak tahu harus senang atau marah.
"Aku mencintaimu bukan karena siapa dirimu, tapi karena apa yang terjadi pada diriku saat bersamamu. Di situ aku paham arti sebuah kenyamanan, karena sebuah kenyamanan hadir dalam hidupku saat bersamamu." (Rayyan ~ Takdir Cinta)"Kamu telah mengganti mimpi burukku dengan mimpi indah, kekhawatiranku dengan kebahagiaan, dan ketakutanku dengan cinta tulus. Kamu hadir membawa secercah harapan. Harapan untuk memulai hidup baru bersamamu. (Afikah ~ Takdir Cinta)***Amirah panik saat ditelepon salah satu panitia penyelenggara pengajian yang biasa diikuti Vika, mengabarkan bahwa terjadi kecelakaan pada sang mertua.Amirah menyudahi rapat bulanan di yayasan dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat sang mertua dirawat, dirinya mencoba tenang dan tidak panik.Amirah sampai di rumah sakit, menanyakan ruangan sang mertua pada pihak resepsionis. "Permisi, mau tanya, dirawat di ruang mana korban penusukan tadi pagi?""Pasien masih ada di ruang IGD.""Terima kasih." Ia langsun
Sama seperti air yang bisa mengikis batu yang paling keras. Keikhlasan dan ketulusan juga bisa melembutkan dan meluluhkan hati yang paling dingin.Percayalah ....Berlaku baik kepada orang yang membenci, bukanlah perilaku palsu, jika hatimu ikhlas dan tulus melakukan kebaikan itu. Karena orang yang ikhlas tidak pernah kecewa dengan amal baik yang telah dia lakukan karena yakin Allah Maha melihat dan akan membalasnya dengan adil.***Setelah mendapatkan kesepakatan mereka semua pamit pulang. Kesepakatan akad pernikahan akan diadakan satu minggu lagi di masjid depan panti milik bu Rani. Dan satu bulan lagi resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan bersama resepsi Niken.Rayyan sangat bahagia tidak hentinya ia memamerkan senyuman di wajah tampannya.Amirah, Kenzo dan Renata turut bahagia melihat kebahagiaan Rayyan."Semoga lancar, sampai hari H ya, Kak," ucapnya."Aamiin ...," jawab semuanya yang ada di dalam mobil."Besok Kakak mampir ke rumah oma Ambar, bilang ke oma, papa dan mama
Mungkin aku bukan yang terbaik bagimu, tapi yakinlah akan ketulusanku karena bagiku, mencintaimu adalah bahagiaku.Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku karena mencintaimu merubahku menjadi orang yang sempurna di matamu. Engkau laksana mentari yang memberi sinar menemani hariku, mencerahkan hidupku dan laksana pelangi yang memberi warna dalam hidupku, teruslah bersamaku hingga menuju surgaNya kelak. (Rayyan~ Takdir Cinta)***Mentari indah bersembunyi dalam peraduannya, malu- malu menampakkan sinarnya. Pagi ini Rayyan seperti biasanya sudah rapi dengan kemeja navy dan celana bahannya bersiap untuk bekerja, pikirannya sudah tenang setelah ayah dan bundanya memberi keputusan akan mengantarnya untuk mengkhitbah Afikah hari ini. Tentunya tanpa sepengetahuan omanya. Biar kan oma nya menjadi urusan kedua orang tuanya.Setelah menghabiskan sarapannya Rayyan dan Renata segera bersiap untuk berangkat. Tak lupa mereka berpamitan kepada keempat orang yang sang
Aku ingin mengatakan padamu bahwa di mana pun aku berada, apapun yang terjadi, aku akan selalu memikirkanmu, dan waktu yang telah kita habiskan bersama adalah waktu yang paling membahagiakan untukku, apalagi saat trauma itu hilang darimu.Aku tidak merencanakan untuk jatuh cinta padamu. Semua terjadi begitu saja. Cinta datang tanpa kuundang dan mencintaimu mengalihkan sebagian duniaku. (Rayyan- Takdir Cinta) ***"Maaf sebelumnya aku ganggu kamu," ucapnya. "Tidak mengganggu kok," jawab Afikah. "Se-sebenarnya aku ke sini ingin mengatakan sesuatu pada mu hal yang sejak dulu tersimpan di sini," ucapnya sambil menunjuk dadanya.Afikah heran dengan apa yang dikatakan Rayyan. "Maksud pak dokter?""Aku hanya ingin kamu tau kalau aku jatuh cinta padamu," ungkapnya. Afikah spechlesh. Ia terkejut dengan pernyataan Rayyan. "Ma-maaf apa pak dokter yakin?" tanyanya terbata."Bismillah atas izin Allah, saya yakin dengan perasaan ini, aku jatuh cinta padamu dan berniat mengkhitba
Cinta bukanlah memiliki dan dimiliki. Namun cinta adalah pengorbanan dan perjuangan. Bahkan cinta mengajarkan arti kesabaran dan juga pengorbanan yang tulus karena semua itu akan mendapatkan timbal balik darinya.***Satu minggu berlalu.Hari ini haru Minggu. Hari ini adalah jadwal terapi Afikah yang pertama. Gadis itu menunggu Renata di depan gerbang panti. Sebelumnya Renata sudah menelponnya dan menyuruhnya untuk segera bersiap. Tidak mau Renata malah balik menunggunya dirinya segera bersiap.Selang beberapa menit menunggu mobil Rayyan sudah sampai tepat di depan Afikah. Renata segera keluar dari mobil itu dan diikuti Rayyan."Assalamu'alaikum, Kak. Maaf menunggu lama ya! Apa kak Afikah sudah siap?" tanya Renata."Wa'alaikumussalam, nggak lama kok, iya saya sudah siap!" jawab Afikah."Ayo, kita berangkat sekarang! Kebetulan dokter Brian sudah menunggu," ucap Rayyan.Afikah mengangguk.Renata membuka pintu belakang dan langsung duduk dengan santainya. Afikah yang melihat pintu mobil
Cinta itu penuh pemberian, bukan meminta untuk diberikan. Cinta itu penuh ketulusan, bukan penuh dengan paksaan.Saat seseorang mencintai, mereka tak harus mengatakannya. Karena dengan perlakuannya kita akan menyadari bahwa dia mencintaimu.***Rayyan menggendong tubuh Afikah dan memasukkannya ke dalam mobilnya, di dalam mobil sudah ada Renata yang siap untuk memangku kepala Afikah. Selang beberapa saat mereka sampai di rumah sakit milik keluarga mereka. Setelah sampai Rayyan kembali menggendong Afikah. Rayyan segera memanggil perawat laki-laki untuk menyiapkan brangkar. Afikah kini berada di ruang IGD dan segera mendapatkan perawat.30 menit Afikah mendapatkan perawatan, dokter jaga yang menanganinya keluar."Bagaimana keadaannya, Dok," tanya Rayyan khawatir. "Alhamdulillah, pasien tidak apa-apa, sekarang sudah siuman, setelah di infus tadi. kalau dokter Rayyan mau melihatnya silahkan," ucap dokter Rendi. Dokter Rendi heran melihat Rayyan yang terlihat sangat panik apalagi selama