Share

batu sialan

Aku sangat senang mendapatkan ponsel bekas dari Bagas. Meski seken, tapi mereknya bukan kaleng-kaleng. Logo buah apel digigit menjadi tanda bahwa ponsel ini harganya cukup menguras kantong versi gue.

"Mbok, kok tiba-tiba Mas Bagas kasih pinjam ponsel ini?"

"Nggak pinjam, itu dikasih tadi waktu pulang," ucap Mbok lagi tapi aku nggak begitu yakin.

"Yakin Mbok ini dikasih? Mbok tahu ini harganya berapa?"

"Ya nggak lah. Mbok mana tahu itu harga ponsel, kalau harga cabe sama beras Mbok tahu."

Aku dan Simbok tertawa. Ternyata aku dan Simbok sama-sama kocak dan lugu, eh …

"Ini tuh harganya 17 juta, Mbok."

"Apa?! Ah, nggak usah bohong. Mana ada ponsel harganya segitu. Mbok tahunya ponselnya yang harganya 200 ribu," ucapnya santai lalu masuk kamar untuk menyibak ranjang bersiap tidur.

"Ih, nggak bohong, Mbok. Hp apa yang harganya 200 ribu? Hape yang layarnya hitam putih kek hidup Dara gini ya?"

"Iya." Lagi-lagi kami tertawa.

Kami merebahkan tubuh bersama. Meski ranjang berbunyi saat aku nai
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status