Share

borongan

"Kak Bagas? Bukannya ponselnya ada pada Simbok? Apa sudah diretas kembali?" kelakarku. Aku memilih mencari tempat sepi untuk mengangkat panggilan Kak Bagas.

"Ra, kenapa kamu nggak kabari Kakak kalau mau pulang lebih awal? Bukankah kita sudah sepakat pulang ke rumahmu bersama?" cecar Kak Bagas. Bukannya menjawab pertanyaanku, Kak Bagas justru memberondongku dengan berbagai pertanyaan.

"Memang begitu? Maaf, Kak, Dara lupa, habisnya buru-buru sudah dijemput para adik-adik.”

“Iyakah? Adik atau kekasih yang Kakak tidak tahu?” Aku tertawa menahan rasa lucunya mendengar nada panik bercampur cemburu.

“Apaan sih? Dara itu punya adik sembilan, umurnya juga jaraknya dekat-dekat. Dara yakin, kak Bagas dengar dari tetangga kalau Dara dijemput bujang ganteng-ganteng. Ngaku nggak?”

Panggilan berubah menjadi video call. “Jangan bohong, Ra. Kakak nggak suka dibohongi,” ucapnya.

“Ya ampun Kakak, buat apa Dara bohong. Nanti aku kasih liat fotonya, aku sent deh jika perlu sekalian sama keluarga besar Dar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status