Share

kosong

“Mantra pergi dulu, Bun. Ayo, Ga.” Aku menaiki motor berboncengan dengan Gala. Dia adikku yang kelima dan merupakan lelaki yang mendekati kata sempurna. Ganteng, pendiam, putih, anaknya selalu rapi dan suka akan kebersihan. Mungkin gen keturunan Bunda kebanyakan turun ke Gala daripada aku.

Perjalanan semakin terik, udara dan polusi mulai tak nyaman di hidung mungilku ini. Keringat juga sudah mulai membanjiri, ah .. demi motor dan ponsel aku rela seperti ini. Jarak yang dilalui masih lumayan jauh, tetapi aku sudah gerah duluan.

“Mampir dulu ke warung makan ya, Gal? Kita istirahat dulu. Ngga baik naik motor kalau badan udah letih,” ajakku.

“Ya, Mbak. Tapi setengah jam lagi kita pasti sampai,” ucap Gala.

“Ya, tapi Mbak haus pengen minum.”

Akhirnya Gala mengalah dan menurutiku beristirahat. Jarak Jakarta Bogor sebenarnya tak lama bagi mereka yang sudah terbiasa pulang pergi. hanya saja, aku sudah lama tak melewati rute ini sehingga aku sedikit nyeri pinggang saat kembali ke kota asalku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status