Share

Surat Riang

“Jangan nangis, Teh,” bisik Khair saat mereka berpelukan. “Khair enggak bawa sapu tangan.” Pemuda itu tertawa. Namun, matanya jelas berkaca-kaca. Dia juga merasa berat meninggalkan kakaknya.

Khaira menggelengkan kepala. “Awas kamu ... jangan kangen sama tumis kangkung Teteh loh, ya ...!”

Tanpa sadar keduanya sesenggukan.

“Khair mau minta sesuatu sama Teteh ....” ucap dia sebelum melepas pelukan.

“Apa?”

“Khair minta keponakan!” Dia terkekeh sambil mengusap bulir yang jatuh jatuh dari sudut matanya.

“Kamu mah ....” Khaira melepas pelukan sambil mencubit lengan adiknya.

Khair meringis.

“Kenapa?” tanya Ahsan khawatir.

“Khair lupa minum obat,” sahut Khaira sekenanya. Mukanya sudah kemerah-merahan menahan malu campur kesal. Jika tidak ingat bahwa hari itu adalah pertemuan terakhirnya dengan sang Adik sebelum pergi dalam

Eneng Susanti

Ini adalah akhir cerita Khair dan Khaira. Penulis sedang mempertimbangkan untuk membuat sekuelnya ... Saran dan pendapat sangat dibutuhkan, jadi jangan sungkan untuk memberikan ulasan atau menyapa penulis di IG: @gallery_nenknonk atau di Fb: Eneng Susanti. Terima kasih . Semoga cerita ini bisa diterima dengan baik, bisa menghibur sekaligus bisa memberikan hikmah bagi kita semua :)

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Maulidya Dya
Lanjut kisahnya khair dan riang dong kk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status