(Bab ini mengandung unsur adegan Explicit 21+ diharapkan kebijakan dalam membaca.)
Maudy berdiri dan membuka blazernya. Varsha sudah tahu, pasti Maudy hendak menyogok dengan tubuhnya. Varsha menaikan sudut bibirnya, apakah ia akan tergoda?
"Tuan, ruangan ini cukup panas bukan?"
Maudy yang hanya mengenakan tanktop dan rok itu mendekati Varsha, ia duduk di samping Varsha dan menarik dasi Varsha. Aroma parfum mewah tercium, gadis itu sengaja memakai parfum dengan wewangian yang menggoda pria. Varsha hapal betul aromanya.
Rupanya parfum bisa menjadi alat politik!
"Benarkah, aku merasa pendingin ruangan sangat nyaman. Bukankah kau terlalu berlebihan?" Varsha menyeringai.
Maudy menarik roknya hingga terbuka seluruhnya. Ia ha
"DOOORRRR!!!"Tembakan yang di arahkan Varsha tepat sasaran. Orang-orang di sekitar area menembak itu bertepuk tangan. Varsha selalu membidik tepat sasaran, bahkan dalam jarak jauh sekalipun."Anda penembak yang jitu," Frans menerima senjata yang diserahkan Varsha.Varsha menghela napas, ia menoleh dan mendapati Ayahnya berjalan menghampiri Varsha. Varsha membungkukkan badannya."Sudah lama kita tidak bicara, nak." Tuan Giandra menatap Varsha seksama.Varsha terdiam, ia mencoba menaikan sudut bibirnya."Maaf Ayah, pekerjaanku sedikit mengganggu belakangan ini." Varsha menggamit tangan Tuan Giandra dan menempelkan kening di atas punggung tangan beliau.Tangan Tuan Giandra terul
"Varsha, bagaimanapun sisi diriku ada dalam dirimu meskipun aku mati. Jangan lari, kau adalah aku."Varsha yang tengah tertidur langsung tersentak karena mendengar suara Fabian yang muncul dalam mimpi. Napasnya terengah-engah dan keningnya bercucuran keringat. Bagaimana bisa Fabian hadir dalam mimpinya seperti itu? Mengerikan! Varsha tidak ingin lagi pria itu hadir sekalipun hanya mimpi semata.Sungguh sial, apa ini rasa ketakutan yang muncul pasca membunuh seseorang? Kondisi psikologis macam apa ini? Padahal Varsha sebelumnya berkal-kali membunuh seseorang, akan tetapi, baru kali ini ia merasakan ketakutan.Varsha memutar bola matanya, ia menatap ke luar balkon kamar yang tertutupi oleh gorden berwarna coklat emas, waktu masih menunjukan pukul empat pagi, suasana sepi itu membuat Varsha urung untuk beranjak.
Nyonya Keiyona menatap seksama para dewan Suryakancana Group. Orang-orang itu merupakan bagian dari perusahaan yang berfungsi sebagai pengatur, pelaksana dan juga penasihat bagi sang penguasa.Kali ini adalah bahasan mengenai sokongan perusahaan sekaligus rencana pernikahan Alindra dan Varsha. Nyonya Keiyona menatap seksama para pria sebayanya itu."Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bila putri saya, Alindra akan menikah dengan Tuan Varsha dari Triasono group. Hal ini memang disebut sebuah ketidaksengajaan, karena pada awalnya pernikahan direncanakan antara Tuan Han dan Alindra." tutur Nyonya Keiyona memulai pembicaraan.Beberapa dewan sudah sigap menatap Nyonya Keiyona. Mereka ingin tahu apa yang dikehendaki sang Ratu perusahaan tersebut."Pernikahan dengan kompetitor bukan yang pertama kalin
Sidang para setan! Varsha lama-lama merasa tidak suka dengan keadaan di mana dirinya di hakimi layaknya anak kecil. Jika ia di angkat menjadi seorang penguasa, kenapa ia masih harus menerima keputusan para orangtua?Saat kemarin ia melakukan kesalahan dengan menghamili Alindra, ia harus menanggung paksaan untuk menikah. Lalu, kali ini apalagi? Varsha sudah dengan kerelaan hati memberikan sisa hidupnya untuk menikahi Alindra!"Pernikahan tidak bisa terjadi." Nyonya Keiyona menyesap tehnya dan mengangkat dagu. "Alindra tidak akan pernah menikah denganmu sekalipun ia hamil." Nyonya Keiyona menghela napas.Varsha menaikan alis. Sudah ia duga bahwa wanita ini penuh tipu muslihat. Nyonya Keiyona terlihat jinak, namun, ia jauh lebih berbahaya. Apa yang tengah direncanakannya hingga membuat keputusan seperti itu?
Varsha membuka kamarnya diiringi langkah kaki Alindra yang turut mengikutinya. Varsha menyunggingkan senyum, ia menang."Mulai hari ini Nona akan tinggal di sini, segala kebutuhan Nona akan kami penuhi. Jangan khawatir," tutur Frans sambil membungkukkan badan.Alindra mengangguk dengan senang. Ia bagaikan merpati lepas dari sangkar emas, namun, Alindra kali ini benar-benar berada di bawah pengawasan Varsha. Varsha tidak ingin anak dan calon istrinya itu mendapatkan penderitaan dengan rencana Nyonya Keiyona terhadapnya."Jadi, kita akan melaksanakan pernikahan di mana?" tanya Alindra sambil duduk di tepian ranjang.Varsha melepaskan jam tangannya dan meletakkan di atas meja. Ia juga belum mempersiapkan apa-apa yang harus dilakukan untuk pernikahan. Terutama karena pernikahan mereka belum mendapatkan rest
"Tuan, ada Tuan Elvano datang hendak menemui anda," Frans menuturkan kalimatnya sambil membungkukkan badan.Varsha yang tengah sarapan bersama Alindra saling berpandangan. Apakah ada yang hendak beliau katakan kembali soal mereka berdua? Ck, Varsha sebenarnya sudah enggan untuk berdebat. Namun, bagaimana lagi? Tuan Elvano adalah Ayahanda Alindra dan berhak untuk menemui mereka berdua."Persilakan masuk." Varsha memandang Frans.Tak lama kemudian, Frans muncul bersama Tuan Elvano yang tengah memegang buket bunga berwarna merah. Bagaimanapun, ia adalah Ayah dari putri yang sangat disayanginya. Alindra sontak berdiri dan memeluk sang Ayah kala pria berusia senja itu mendekat."Ayah, kenapa Ayah kemari?" Alindra memandang seksama kedua bola mata Ayahnya.Tuan Elvan
Pernikahan antara Varsha dan Alindra dilaksanakan di Hotel Triasono Group dengan dekorasi outdoor. Entah mengapa, Alindra lebih memilih menikah di ruangan terbuka dengan dekorasi bunga-bunga indah yang membuat aroma beragam itu menyerbak ke setiap hidung tamu yang berdatangan. Gadis itu terlihat sangat bahagia. Walau hatinya memilih Fabian sebagai satu-satunya pria, akan tetapi di hadapannya telah berdiri seorang pria yang tengah mengulurkan tangan dan memberinya tanggung jawab terindah yang selalu ia impikan. Tak terkecuali Varsha. Ia telah mengubur banyak hal di kehidupannya yang semula sangat buruk dan mencoba menjalani getir kehidupan baru yang mungkin saja akan mengubah segalanya. Varsha tidak pernah berharap banyak, ia hanya berharap kebahagian akan selalu menyertai setiap langkah dalam tanggung jawabnya. Varsha menatap pantulan diri
"Alindra, apa kamu mendengar bunyi bagaimana senjata api di sekitarmu?" tanya Tuan Elvano pada Alindra yang saat itu masih berusia 17 tahun.Alindra menarik senapannya dan tersenyum ke arah sang Ayah. Ia melepas kacamatanya dan memandangi sang Ayah dengan seksama."Ayolah Ayah, aku telah terlatih sejak kecil. Pendengaranku, pengelihatanku, telah terlatih untuk kegiatan menembak. Tentu saja tidak termasuk dengan menembak gebetan." Alindra terkekeh.Tuan Elvano mengusapi Alindra dengan senyuman. Tuan Elvano kemudian memeluk Alindra dengan erat."Putriku sayang, suatu hari lindungi seseorang karena keahlianmu ini. Aku bangga kau menjadi seseorang yang peka dan pemberani. Kelak kau akan dikenang banyak orang sebagai perempuan paling kuat yang ada di muka bumi ini." ujar Tuan Elvano.