"Alindra, apa kamu mendengar bunyi bagaimana senjata api di sekitarmu?" tanya Tuan Elvano pada Alindra yang saat itu masih berusia 17 tahun.
Alindra menarik senapannya dan tersenyum ke arah sang Ayah. Ia melepas kacamatanya dan memandangi sang Ayah dengan seksama.
"Ayolah Ayah, aku telah terlatih sejak kecil. Pendengaranku, pengelihatanku, telah terlatih untuk kegiatan menembak. Tentu saja tidak termasuk dengan menembak gebetan." Alindra terkekeh.
Tuan Elvano mengusapi Alindra dengan senyuman. Tuan Elvano kemudian memeluk Alindra dengan erat.
"Putriku sayang, suatu hari lindungi seseorang karena keahlianmu ini. Aku bangga kau menjadi seseorang yang peka dan pemberani. Kelak kau akan dikenang banyak orang sebagai perempuan paling kuat yang ada di muka bumi ini." ujar Tuan Elvano.
Di dunia antah berantah penuh tipu-tipu selalu menghadirkan sejuta misteri yang tidak dapat terpecahkan. Varsha berdiri dengan tegak, sebilah pedang tergenggamnya dengan sangat erat. Kedua bola matanya yang semula basah karena air mata, kini hanya nampak emosi terkelola dalam tatapannya.Beberapa orang dari pihak Triasono Group telah berhasil meringkus orang-orang yang berkaitan dengan pembunuhan berencana. Suasana malam itu hujan gerimis, akan tetapi para pengawal sengaja menghidupkan dua buah api besar di sana.Berbaris orang-orang yang terikat dengan tali di sekujur tubuhnya. Para pengawal kemudian membuka penutup wajah pelaku tersebut. Diantaranya adalah para petinggi Suryakancana Group yang termasuk orang kepercayaan Nyonya Keiyona.Ironis, rencana pembunuhan itu gagal dan berakhir tewasnya bagian dari Suryakancana Group. Nyonya Keiyona yang berada di lokasi eksekusi nampak sangat terkejut."Berani sekali kalian melakukan tindakan kejahatan seperti ini. Kurang apa selama ini perus
Varsha menyesap batang rokoknya perlahan di ruangan milik Ayahnya. Ruangan itu sudah menemani sang Ayah untuk melakukan banyak sekali aktifitas dan juga pekerjaan. Varsha baru mengenal sang Ayah sebentar. Akan tetapi ia sudah harus dihadapkan pada perpisahan yang menyedihkan.Varsha menatap foto yang selalu Ayahnya pajang di meja. Foto itu bukanlah foto Ayah dan Nyonya Geiska, melainkan foto Ayah dan Ibu kandung dari Varsha. Ibu dan Ayahnya adalah pasangan serasi, sang Ibu yang kelihatan cantik dan ceria sementara Ayahnya yang gagah dan tampan. Varsha merasa semakin sedih, mengapa ia tidak seberuntung orang-orang? Ternyata benar yang dikatakan sebuah lagu, bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga. Ia memiliki uang sebanyak apa pun tidak bisa membeli kedua orangtuanya kembali.Varsha membuka laci meja kerja sang Ayah, nampak sebuah buku harian milik sang Ayah di sana. Varsha membo
Enam tahun kemudian."Triasono Group dikategorikan sebagai perusahaan nomor satu di Indonesia mengalahkan Suryakancana Group yang semula menempati posisi pertama dalam kurun waktu 20 tahun. Kini Suryakancana Group harus rela menggeser posisi itu untuk Triasono Group yang meraih berbagai macam penghargaan serta pencapaian yang luar biasa. Di balik semua kesuksesan itu, berdiri sosok Pemimpin yang tegas serta adil dan memakmurkan para karyawannya. Seperti apa sosok Tuan Varsha Wiriadinata di mata para karyawan?"Nyonya Keiyona menghela napas panjang sambil menatap Tuan Han. Enam tahun berlalu sejak lelaki itu hanya memakai nama kepemimpinannya. Lelaki itu mendesah panjang, menerima kenyataan di pemberitaan televisi."Suryakancana Group tidak pernah mengalami penurunan seperti ini, Han. Bagaimana bisa Suryakancana Group harus menempati pos
"Memang manusia harus menikah?" tanya Varsha siang itu dengan nada datar. Frans yang tengah meneguk gelas kopi Americano itu tersedak kala Varsha menanyakan perihal pernikahan. Varsha terkekeh sambil menyesap batang rokok beraroma cengkeh favoritnya. Siapa sangka bahwa penguasa seperti Varsha malah merokok kretek? "Mengapa Tuan bertanya demikian?" Frans mengerjapkan matanya. "Kakek menyuruhku menikah, aku tidak pernah berpikiran untuk menikah sejak Alindra pergi. Bahkan keinginanku untuk menemui Syahna juga berkurang. Apakah aku normal?" Varsha bertanya pada Frans. "Jika Tuan masih ereksi saat melihat wanita seksi, itu tandanya Tuan normal. Namun, jika Tuan ereksi saat melihat laki-laki dewasa tak memakai pakaian. Tuan tidak normal." Mendengar itu Var
"Aku tidak mengerti. Kenapa bisa ada orang yang melupakan semudah itu seseorang? Manusia memang diciptakan untuk melupakan hal-hal penting dalam hidupnya, tapi kenapa Syahna semudah itu melupakanku?"Pertanyaan Varsha sore itu membuat Frans terdiam. Ia pribadi tidak tahu kenapa Syahna bisa begitu berubah. Entah karena pemerkosaan yang dilakukan Fabian masih membekas. Atau memang sejak awal Varsha akan menikah Syahna memutuskan melupakan Varsha, tidak ada yang tahu pasti."Kurada ada sesuatu yang mengubahnya." Frans berusaha menjawab pertanyaan Varsha dengan bijak. "Jika memang ia bukan yang terbaik, maka Tuan bisa memilih yang jauh lebih baik."Varsha mendesis. Ia sudah tidak pernah memikirkan wanita jika saja Kakek tak memintanya untuk segera menikah. Sejujurnya Varsha enggan, baginya menjadi penguasa sudah cukup menyedihkan. Ia tidak ingin men
Varsha menaruh sebuket bunga di atas pusara sang Ayah dan mendiang calon pengantinnya. Pemakaman sang Raja dari Triasono Group sudah selesai, makam kedua orang penting dalam hidup Varsha itu pun menjadi saksi bagaimana lelaki 28 tahun itu sendirian bertemakan kesedihan."Tuan, kami akan menunggu di dekat mobil." Frans membungkukkan badannya hingga kemudian punggung tinggi tegap itu berlalu dari hadapan Varsha.Varsha menunduk, memejamkan mata dan mengucapkan do'a-do'a untuk membuat arwah dari jasad orang-orang penting itu lebih tenang. Hati Varsha campur aduk, ia tidak tahu apa yang dirasakan dirinya saat itu. Sedihkah? Atau bagaimana? Sejak ia kehilangan banyak hal Varsha tidak tahu lagi apa yang ada dalam dirinya."Waktu berlalu sudah sangat lama sejak aku menginjakkan kaki di kehidupan asliku menggantikan Fabian. Waktu telah menggerus perasaan serta pola pandangku terhadap dunia secara cepat, akan tetapi aku merasa masih sebagai anak lelaki yang mudah bersedih karena sesuatu yang k
"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m