Gadis itu tersenyum kecut. “Perusahaan tempat saya bekerja dulu itu tidak menerima mobil bekas, Om,” jawabnya singkat.
Mukanya tampak muram mengingat perusahaan yang memberhentikannya sepihak akibat berbulan-bulan dirawat di rumah sakit. Begitulah kalau bekerja ikut orang, sesalnya dalam hati. Bisa di-PHK kapanpun kalau dianggap tak berguna lagi.
Edward yang menyadari perubahan ekspresi gadis itu berusaha memancing, “Berapa lama kamu bekerja di tempat itu, Rose?”
“Dua tahun, Om.”
“Lumayan juga. Kenapa berhenti?”
“Saya diberhentikan, Om,” jawab gadis itu sambil menatap Edward. Sorot matanya tampak terluka. “Karena terlalu lama dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan setelah Papa meninggal itu.”
“Oh, kejam sekali, ya,” komentar lawan bicaranya menunjukkan keprihatinannya. &ldqu
“Gimana kalau setelah ini kamu kuajak melihat-lihat kantor tempatku bekerja? Supaya wawasanmu semakin terbuka mengenai bisnis asuransi,” usul Edward sembari tersenyum manis sekali, Rosemary jadi semakin sungkan. Sudah dibantu menjualkan mobil dengan harga tinggi dan ditraktir makan enak, masa mau menolak permintaan sesederhana itu? cetus gadis itu dalam hati.Mau tak mau dia mengangguk. Edward senang sekali. “Good, Rose. Mumpung masih muda, kamu harus mempertimbangkan segala peluang di depan mata. Ingat, kesempatan emas jarang datang dua kali. Begitu kamu melewatkannya, orang lain yang akan menggantikan dirimu meraih kesuksesan!”Gadis itu meringis. Dia tak mengerti maksud perkataan pria ini. Bagaimana dia bisa begitu yakin aku mampu mengikuti jejak kesuksesannya di bidang yang sama sekali asing bagiku? ucap hati kecilnya penuh tanda tanya.“Maafkan saya sebelumnya, Om,” katanya hati-h
Pria di hadapannya tersenyum lebar. Terlihat deretan gigi yang putih bersih menawan, Benar-benar kinclong Om Edward ini, puji gadis itu dalam hati. Dia benar-benar merawat dirinya dengan baik dari ujung rambut sampai ke ujung kaki!“Agen-agen senior atau yang sudah menjadi manajer biasanya tak sabaran menunggu proses administrasi diselesaikan oleh pegawai resmi kantor ini. Karena harus menunggu sesuai antrian. Tidak bisa langsung beres. Karena itu kalau sudah mencapai tingkat pendapatan tertentu mereka biasanya mempekerjakan sekretaris sendiri, khusus untuk mengurus administrasi tim mereka.”Rosemary terperangah.”Digaji sendiri, Om?” tanyanya spontan.Edward mengangguk. “Betul,” jawab laki-laki itu membenarkan. “Sekretaris itu digaji sendiri oleh agen senior atau manajer yang bersangkutan. Bu Teresa cuma menyediakan ruangan kerja, fasilitas listrik, dan wifi untuk kelancaran peke
Gadis itu menggeleng. “Saya dulu cuma pernah diajak Papa pergi sekeluarga ke Singapore dan Malaysia, Om,” akunya terus terang. “Karena dekat dan nggak butuh waktu lama mengunjungi tempat-tempat wisata di sana. Papa nggak suka ninggalin tokonya lama-lama.”Edward terkekeh. “Kelak kamu akan mendapatkan kesempatan berekreasi ke negara manapun yang kamu mau, Rose. Percayalah,” ucap pria itu penuh teka-teki.Rosemary jadi penasaran dibuatnya. Dia spontan bertanya, “Oya? Gimana caranya, Om?”Pertanyaan gadis itu tak terjawab oleh Edward karena tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan menyapa laki-laki itu, “Halo, Ward. Wah, baru balik dari Tiongkok sudah langsung aktif lagi. Hebat!”“Halo, Bu Tere. Iya, saya hari ini baru aktif lagi. Tadi siang habis mampir ke tempat nasabah yang mau nambah polis. Eh, nggak sengaja ketemu sama anak mantan
Lalu dia menggoda seniornya itu, “Kamu kok selalu bisa dapetin agen cantik dan mulus kayak gitu sih, Bang? Pintar banget! Kelihatannya dia gadis yang lugu.”“Jam terbang, Bro. Jam terbang,” seloroh Edward sambil terkekeh geli. Dia memang beberapa kali merekrut gadis-gadis muda nan menawan seperti Rosemary. Namun belum ada yang berhasil mengikuti jejaknya menduduki level manajer puncak. Cuma dua orang yang akhirnya mencapai posisi manajer level 2. Sisanya mundur teratur setelah menjual beberapa polis. Ada juga yang sempat berprestasi dan mendapatkan trip gratis ke luar negeri selama satu-dua tahun pertama. Namun akhirnya menghilang juga dari bisnis asuransi karena tak berhasil mempertahankan prestasinya.“Aku mempunyai firasat yang baik tentang Rosemary, Ward,” cetus Teresa bersungguh-sungguh. Edward senang sekali mendengarnya. Berdasarkan pengalamannya, firasat big boss seringkali menjadi kenyataan. &ldquo
Edward senang sekali menyaksikan antusiasme gadis di hadapannya. Dengan ceria dia lalu bercerita tentang asal-muasal dirinya dulu terjun ke bisnis asuransi.“Aku ini lulusan S1 jurusan Akuntansi. Tapi entah kenapa sejak kuliah aku lebih suka berorganisasi daripada mengikuti pelajaran di kelas. Lama-lama aku berpikir kenapa tidak memanfaatkan kemampuan sosialisasiku dengan berjualan saja. Akhirnya kucoba untuk berbisnis jual-beli ponsel bekas. Kebetulan aku memang suka sekali dengan hal-hal yang berbau teknologi. Ternyata jual-beli ponsel bekas itu menguntungkan juga. Bertahun-tahun kutekuni hingga setelah lulus kuliah kuputuskan untuk membuka toko ponsel beserta aksesorisnya di P-Mall.”Cerita Edward terhenti sejenak akibat kehadiran pelayan yang membawakan minuman pesanan mereka. Pria itu menyeruput es cendolnya sebentar lalu meneruskan kisahnya, “Dua tahun setelah tokoku buka, aku memutuskan untuk menikah. Istriku bekerja
Ya, Mama-lah sekarang yang menjadi orang terdekatku. Menggantikan Papa dan Owen, batin gadis itu berbesar hati. Aku butuh dukungan keluarga agar tak mudah patah arang dalam menjalankan bisnis yang terkenal menghadapi banyak penolakan ini.Gadis itu tiba-tiba terkejut saat merasakan tangan kokoh Edward menepuk-nepuk punggung tangannya di atas meja. Sontak ditariknya tangannya. Pria matang itu pun mengambil posisi mundur. Dia tersenyum penuh kebapakan.“Jangan kuatir, Rose. Seperti yang Om tadi bilang, kamu takkan dilepas begitu saja. Akan Om pantau. Takkan Om tinggalkan….”Rosemary menatap nanar laki-laki itu. Dia orang yang baik. Aku tak boleh berburuk sangka, pikirnya berusaha berpikiran positif. Om Edward-lah orang yang pertama kali memberi bantuan padaku semenjak aku tiba di Surabaya hari ini. Siapa tahu dialah juruselamat yang dikirimkan Tuhan untuk menolongku.Gadis itu lalu m
Dalam hatinya wanita itu tak menyalahkan sanak saudara yang menjauh dari mereka. Dia mendesah. Ditatapnya Rosemary sendu, “Di Surabaya nanti kamu mau memprospek siapa, Nak?” tanyanya ingin tahu.Sang putri tersenyum. “Rose bisa memprospek teman-teman di kos, ibu kos, teman-teman kuliah, dan rekan-rekan kerja dulu, Ma. Selain itu Rose juga bisa keliling-keliling toko seperti yang dulu dilakukan Om Edward. Nasabah-nasabahnya lho, tidak semua diperoleh dari keluarga ataupun referensi. Banyak yang dari orang tak dikenal juga,” papar gadis itu penuh percaya diri.Ibunya tersenyum. Dia senang anaknya yang baru pulih dari sakit parah ini mulai bersemangat kembali menata hidupnya. “Baiklah, Rose. Mama percaya kamu bisa menjaga diri. Sudah bertahun-tahun juga kamu hidup mandiri di Surabaya. Mama support kamu sepenuhnya untuk menjadi agen asuransi. Doa Mama selalu besertamu, Nak,” pungkas wanita itu dengan besar hat
“Bu Martha bisa saja. Maaf ya, mengganggu datang siang-siang begini. Semoga Ibu tidak sibuk. Lho, ini Olivia, adiknya Rosemary? Sudah besar….”Gadis yang disebut namanya mengangguk. Dia tersenyum manis. Diulurkannya tangannya pada sang tamu. “Benar, Om. Saya Olivia, adik di bawah Kak Rosemary langsung. Adik bungsu kami, Nelly, masih belum pulang sekolah,” sahutnya lugu.Olivia ini pembawaannya seperti mamanya, komentar Edward dalam hati. Tipe ibu rumah tangga sejati. Bukan wanita karir seperti kakaknya. Barangkali kalau keluarganya masih kaya, gadis ini tidak berada di rumah siang-siang begini, melainkan menemani mamanya shopping di mal!“Silakan duduk, Om,” ucap Rosemary sopan. “Silakan diminum. Maaf, cuma ada air mineral.”“Hehehe…, memang itu yang Om butuhkan, Rose. Air mineral biar sehat. Terima kasih.”