Share

Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan
Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan
Penulis: AskaraPati211

Bab 1 : Ilmu Membelah Lautan dan Langit

“Masuk lah Cu” ucap pria sepuh itu, kemudian dia mempersilahkan Askara untuk memasuki gubuknya.

Mereka pun duduk di bangku rotan yang sudah peyot dan tampaknya tidak beberapa lama lagi bangku itu akan segera hancur.

“Ada apa Kakek memanggil Askara?” tanya pemuda itu dengan senyuman hangat kepada pria sepuh yang duduk di sampingnya.

“Kakek ingin memberikanmu ilmu pamungkas yang mampu membelah lautan dan langit hanya dengan sekali ayunan tangan Cucuku” jawab pria sepuh itu dengan nada yang tegas dan berwibawa.

“Ilmu yang mampu membelah lautan dan langit hanya dengan sekali ayunan tangan, kuat sekali ilmu itu Kek” balasnya dengan nada yang menunjukan akan kekaguman dengan ilmu yang akan di warisi oleh pemuda itu.

“Lalu, kapan Askara akan mempelajari ilmu itu Kek?” tanya Askara dengan nada yang semangat, karena dia tidak sabar untuk mempelajari ilmu pamungkas tersebut.

Kakek itu tersenyum, “Hari ini, pas di malam hari kamu harus bertapa untuk mencapai kewaskitaan ilmu membelah lautan dan langit, nama ilmu pamungkas itu adalah Ajian : Dastha Madyantara (Penghancur Semesta)” jawabnya dengan rinci.

“Baik, Kek” balas Askara dengan senyum hangat terpatri di pipinya.

Malam Hari

Dua individu dengan perbedaan usia yang cukup jauh terlihat berjalan di jalan setapak menuju air terjun yang terletak di lereng gunung. Keduanya membawa lentera lilin sebagai sumber cahaya dalam perjalanan mereka.

“Jadi, Askara akan bertapa di air terjun Kek?” tanya pemuda itu yang sudah mengetahui bahwa mereka akan pergi ke tempat air terjun.

“Benar, Cucuku. Di tempat itu kau akan melakukan bertapa selama beberapa hari. Ingatlah untuk terus membaca amalan yang telah kuberikan, dan jangan membuka mata sebelum menemukan inti kewaskitaan ilmu pamungkas tersebut. Akan banyak godaan yang menghalangimu, namun kau harus mampu mengatasinya untuk mencapai  ilmu pamungkas tersebut” jawab Kakek dengan penjelasan yang mendalam, membuat pemuda itu memahami tantangan yang akan dihadapi kedepannya.

Setelah beberapa lama menapaki perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya mereka mencapai tempat air terjun yang akan di gunakan oleh pemuda itu untuk bertapa agar mendapatkan ilmu pamungkas yang sakti mandraguna.

“Duduk lah di puncak air terjun itu Cucuku lalu bertapalah kamu disana!” ucap Kakek itu memberikan perintah kepada Askara, kemudian pemuda itu mengangguk paham.

“Baik lah, Kek” balas pemuda itu, kemudian dia menaiki  tebing curam untuk mencapai ke puncak air terjun, kemudian dia bertapa dengan khidmatnya.

Bibirnya bergerak mengucapkan amalan atau mantra yang terus berulang dia kumandangkan, membuat sekujur tubuhnya di lapisi oleh energi mistik yang membuat makhluk tak kasat mata tertarik untuk mendekati pemuda tersebut.

Beberapa malam telah berlalu, pemuda itu masih tetap tekun membaca amalan tersebut tanpa henti. Matanya terkatup rapat, ia merasakan sesuatu yang besar dan panjang melilit tubuhnya dengan kuat.

“Ah, apakah ini? Siapa atau apakah itu yang melilit tubuhku? Lilitannya begitu kuat,” gumam pemuda itu dalam hati.

“Aku harus kuat dan tak boleh menyerah, apapun yang terjadi aku harus tetap kuat menghadapi rintangan yang aku hadapi!” ucap Askara dengan tekad kuat di dalam hatinya, ia membulatkan tekadnya untuk terus maju dan menghadapi segala rintangan yang dia hadapi saat ini.

Lilitan makhluk itu semakin kuat hingga beberapa menit pemuda itu tak mampu bernapas, lalu perlahan lilitan itu menghilang. Pemuda itu dapat bernapas dengan lega, ia lalu mengatur nafasnya agar kembali stabil.

“Lilitan itu telah hilang, mari fokus kembali pada amalan dan pertapaanmu, Askara!” ucap pemuda itu dengan mantap di dalam hatinya, ia kembali memfokuskan dirinya pada pertapaannya yang sempat terganggu oleh hal yang tak terduga.

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian mengerikan di mana tubuh Askara terlilit oleh makhluk melata yang kuat. Askara kembali menyelami kedamaian dalam pertapaaannya, namun saat ini, ia dihadapkan pada fenomena yang luar biasa.

Cahaya kuning kemerahan memenuhi langit malam, dan suara desiran daun serta kicauan burung begitu jelas di telinganya.

Desiran daun yang jatuh dan suara kicauan burung yang berada jauh dari tempat itu yang begitu jelas di telinga Askara, membuatnya sedikit takut dengan fenomena aneh yang menerpa dirinya.

Penglihatan Askara semakin jelas walaupun dia menutup matanya, dia dapat melihat cahaya itu masuk kedalam dirinya, membuatnya merasakan sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya.

“Sakit sekali! Aku ingin berteriak, namun itu hanya akan menghancurkan pertapaanku selama beberapa hari ini,” gumam pemuda itu dalam hati, sambil terus merapal amalan meskipun rasa sakit sedang melanda.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status