Beranda / Pendekar / Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan / Bab 1 : Ilmu Membelah Lautan dan Langit

Share

Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan
Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan
Penulis: AskaraPati211

Bab 1 : Ilmu Membelah Lautan dan Langit

Penulis: AskaraPati211
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-19 00:30:54

“Masuk lah Cu” ucap pria sepuh itu, kemudian dia mempersilahkan Askara untuk memasuki gubuknya.

Mereka pun duduk di bangku rotan yang sudah peyot dan tampaknya tidak beberapa lama lagi bangku itu akan segera hancur.

“Ada apa Kakek memanggil Askara?” tanya pemuda itu dengan senyuman hangat kepada pria sepuh yang duduk di sampingnya.

“Kakek ingin memberikanmu ilmu pamungkas yang mampu membelah lautan dan langit hanya dengan sekali ayunan tangan Cucuku” jawab pria sepuh itu dengan nada yang tegas dan berwibawa.

“Ilmu yang mampu membelah lautan dan langit hanya dengan sekali ayunan tangan, kuat sekali ilmu itu Kek” balasnya dengan nada yang menunjukan akan kekaguman dengan ilmu yang akan di warisi oleh pemuda itu.

“Lalu, kapan Askara akan mempelajari ilmu itu Kek?” tanya Askara dengan nada yang semangat, karena dia tidak sabar untuk mempelajari ilmu pamungkas tersebut.

Kakek itu tersenyum, “Hari ini, pas di malam hari kamu harus bertapa untuk mencapai kewaskitaan ilmu membelah lautan dan langit, nama ilmu pamungkas itu adalah Ajian : Dastha Madyantara (Penghancur Semesta)” jawabnya dengan rinci.

“Baik, Kek” balas Askara dengan senyum hangat terpatri di pipinya.

Malam Hari

Dua individu dengan perbedaan usia yang cukup jauh terlihat berjalan di jalan setapak menuju air terjun yang terletak di lereng gunung. Keduanya membawa lentera lilin sebagai sumber cahaya dalam perjalanan mereka.

“Jadi, Askara akan bertapa di air terjun Kek?” tanya pemuda itu yang sudah mengetahui bahwa mereka akan pergi ke tempat air terjun.

“Benar, Cucuku. Di tempat itu kau akan melakukan bertapa selama beberapa hari. Ingatlah untuk terus membaca amalan yang telah kuberikan, dan jangan membuka mata sebelum menemukan inti kewaskitaan ilmu pamungkas tersebut. Akan banyak godaan yang menghalangimu, namun kau harus mampu mengatasinya untuk mencapai  ilmu pamungkas tersebut” jawab Kakek dengan penjelasan yang mendalam, membuat pemuda itu memahami tantangan yang akan dihadapi kedepannya.

Setelah beberapa lama menapaki perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya mereka mencapai tempat air terjun yang akan di gunakan oleh pemuda itu untuk bertapa agar mendapatkan ilmu pamungkas yang sakti mandraguna.

“Duduk lah di puncak air terjun itu Cucuku lalu bertapalah kamu disana!” ucap Kakek itu memberikan perintah kepada Askara, kemudian pemuda itu mengangguk paham.

“Baik lah, Kek” balas pemuda itu, kemudian dia menaiki  tebing curam untuk mencapai ke puncak air terjun, kemudian dia bertapa dengan khidmatnya.

Bibirnya bergerak mengucapkan amalan atau mantra yang terus berulang dia kumandangkan, membuat sekujur tubuhnya di lapisi oleh energi mistik yang membuat makhluk tak kasat mata tertarik untuk mendekati pemuda tersebut.

Beberapa malam telah berlalu, pemuda itu masih tetap tekun membaca amalan tersebut tanpa henti. Matanya terkatup rapat, ia merasakan sesuatu yang besar dan panjang melilit tubuhnya dengan kuat.

“Ah, apakah ini? Siapa atau apakah itu yang melilit tubuhku? Lilitannya begitu kuat,” gumam pemuda itu dalam hati.

“Aku harus kuat dan tak boleh menyerah, apapun yang terjadi aku harus tetap kuat menghadapi rintangan yang aku hadapi!” ucap Askara dengan tekad kuat di dalam hatinya, ia membulatkan tekadnya untuk terus maju dan menghadapi segala rintangan yang dia hadapi saat ini.

Lilitan makhluk itu semakin kuat hingga beberapa menit pemuda itu tak mampu bernapas, lalu perlahan lilitan itu menghilang. Pemuda itu dapat bernapas dengan lega, ia lalu mengatur nafasnya agar kembali stabil.

“Lilitan itu telah hilang, mari fokus kembali pada amalan dan pertapaanmu, Askara!” ucap pemuda itu dengan mantap di dalam hatinya, ia kembali memfokuskan dirinya pada pertapaannya yang sempat terganggu oleh hal yang tak terduga.

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian mengerikan di mana tubuh Askara terlilit oleh makhluk melata yang kuat. Askara kembali menyelami kedamaian dalam pertapaaannya, namun saat ini, ia dihadapkan pada fenomena yang luar biasa.

Cahaya kuning kemerahan memenuhi langit malam, dan suara desiran daun serta kicauan burung begitu jelas di telinganya.

Desiran daun yang jatuh dan suara kicauan burung yang berada jauh dari tempat itu yang begitu jelas di telinga Askara, membuatnya sedikit takut dengan fenomena aneh yang menerpa dirinya.

Penglihatan Askara semakin jelas walaupun dia menutup matanya, dia dapat melihat cahaya itu masuk kedalam dirinya, membuatnya merasakan sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhnya.

“Sakit sekali! Aku ingin berteriak, namun itu hanya akan menghancurkan pertapaanku selama beberapa hari ini,” gumam pemuda itu dalam hati, sambil terus merapal amalan meskipun rasa sakit sedang melanda.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 53 : Naga Taksaka

    Sorot mata Askara terpaku dengan sinisme dan ketajaman yang menusuk, memancarkan aura kepuasan yang sulit disembunyikan. Senyuman mencolok terukir dengan apik di bibir pemuda itu, memberikan kesan bahwa dia menikmati melihat musuhnya terbakar amarah karena tingkah lakunya. Dalam pandangan sinisnya yang tajam, mata Askara menembus ke dalam jiwa musuhnya, mencerminkan kepuasan tak terduga yang tersirat di dalamnya. Serentak, senyumnya yang menggoda memperkuat kesan bahwa ia benar - benar menikmati momen ketegangan dan kesal yang melanda musuhnya akibat ulahnya sendiri. Mata yang tajam dan sinis itu seperti memancarkan pesona tersendiri, mengejek dan menantang musuhnya dengan sikap yang begitu jelas. Setiap gerak wajahnya, dari sorot mata tajam hingga senyuman yang menantang, memberi kesan bahwa dia menikmati setiap detik dari situasi yang telah dia ciptakan. “Menghancurkan empat senjata pusaka yang berada di langit malam” ucap Askara, lalu ia mulai melafalkan mantra dengan cepat. Tib

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 52 : Pertempuran Para Pendekar Seperguruan

    Awan hitam melingkupi langit dengan kuasa yang mencekam, menciptakan suasana yang gelap dan misterius. Gemuruh guntur menggelegar di langit, saling bersahutan dengan kekuatan yang menggetarkan bumi. Di tengah keheningan menakutkan, tiga senjata pusaka yang dimiliki oleh perguruan Ratri bergetar dengan intensitas yang meningkat, seakan - akan merasakan beban berat yang mereka tanggung. Mereka bergetar karena menahan serangan penghancur yang tak terkira kuatnya dari keris Krastala, senjata yang telah menjadi legenda dan paling terkenal di antara semua senjata pusaka yang pernah ada. Ketika serangan penghancur itu mendekat, aura kekuatan yang menakutkan memancar dari keris Krastala. Gelombang energi yang menggetarkan ruang dan waktu terlepas dari bilahnya yang perkasa. Cahaya kebiruan yang melingkupi senjata itu memancarkan kekuatan yang tak tergoyahkan, seakan-akan menjadi penanda akan kehancuran yang akan datang. Namun, di hadapan serangan dahsyat ini, tiga senjata pusaka milik pergu

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 51 : Pertempuran Pemegang Senjata Pusaka

    Dalam keheningan yang tegang, Jaya Danu melantunkan mantra dengan suara yang penuh kekuatan, menggugah energi magis yang tersembunyi di dalam dirinya. Dari pergelangan tangannya, sebuah cahaya berkilauan mulai memancar, tumbuh semakin besar hingga menyinari seluruh ruang lingkupnya. Cahaya itu kemudian meredup dengan perlahan, mengekspos sebuah senjata pusaka yang luar biasa sebuah tombak yang memancarkan cahaya kuning kemerahan yang begitu menggoda mata. Tombak itu menyimpan kekuatan yang tak tergoyahkan, bergetar dalam aura keperkasaannya yang menghebohkan. Kilauan cemerlang yang memancar dari senjata pusaka itu menembus kegelapan, mencerminkan keberanian dan kekuatan yang melebihi batas. Mata Jaya Danu menajam, melintasi sekelilingnya yang dipenuhi oleh puluhan pendekar berilmu tinggi, yang secara berhati - hati mengelilingi mereka. Dalam tatapan tajamnya, terpancar keberanian yang tersembunyi dan tekad yang tak tergoyahkan. Cahaya tombaknya melintas di sekitar tempatnya berpijak

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 50 : Senjata Pusaka

    Askara menghentikan mobil mewah buatan Eropa tepat di depan pintu rumah Lisa. Gadis jelita itu dengan anggun turun dari kendaraan, memancarkan pesona yang memukau. Mata lentiknya memandang wajah tampan Askara dengan tatapan hangat, seakan menyirami hati pemuda itu dengan kasih sayang yang tulus. Sorotan mata Lisa, yang mengalir dengan kelembutan dan keceriaan, mencerminkan kehangatan yang mengalir dalam setiap sudut hatinya. Tatapannya seperti sinar matahari yang menerangi ruangan, menghadirkan kilauan kebahagiaan di wajah Askara. Dalam pandangan mereka, terpancar keakraban dan kedekatan yang dalam, seolah mengikat dua jiwa yang telah saling memahami. Saat mereka bertatap muka, suasana terisi dengan sentuhan kehangatan. Lisa memancarkan aura yang mempesona, dengan setiap gerakan anggunnya yang menarik perhatian. Mata mereka terhubung dalam satu ikatan yang tak terucapkan, mengalirkan energi positif yang memancar dari hati mereka. “Jadi, apa kalian tidak mau mampir Askara dan Ayu, l

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 49 : Persiapan Melawan Pemegang Keris Krastala

    Dengan tatapan tajam yang menusuk kegelapan malam, laki - laki itu mengangkat tangan dan secara magis menggepakkan sepasang sayap anginnya. Seperti kilatan cahaya yang meluncur di antara bintang-bintang, ia melintasi langit malam yang terhampar dengan keindahan tak terkira. Setiap gerakan sayapnya menghasilkan suara angin yang berirama, seakan menyapa ribuan bintang yang bersinar dengan gemerlap di langit. Ia meluncur dengan kecepatan yang tak terbayangkan, menyusuri lapisan atmosfer yang melayang di antara cahaya bintang-bintang yang memancar. Tanah pun seolah berguncang dengan kekuatan energi yang dikeluarkan oleh sayap anginnya. Dalam sekejap, laki - laki itu mendarat dengan kelembutan yang sempurna di sebuah tempat yang menakjubkan. Di hadapannya, terdapat sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi di tengah malam yang sunyi. Bangunan tersebut menawarkan kombinasi sempurna antara kemegahan dan keaslian tradisional. Dinding-dindingnya yang kokoh menggambarkan kejayaan masa lalu

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 48 : Dua Ajian Kuno

    Pemuda itu menatap dengan tajam ke arah bilah keris pusakanya, lalu dengan sangat lembut ia mengelusnya sambil membaca mantra dengan cepat. Bilah keris itu berpendar dengan intensitas merah menyala, dan dari sana mengalir keluar asap tipis yang mengambang di sekelilingnya. "Askara, kau akan mati di tempat ini!" ucap Arya dengan tegas, lalu dengan penuh ketegasan ia mengarahkan Naga tersebut untuk menyerang Askara. Dengan kecepatan yang luar biasa, Naga angin meluncur menuju pemuda itu. Moncongnya terbuka lebar, memperlihatkan putaran angin yang berputar dengan cepat di dalamnya. Jika ada makhluk hidup yang terjebak di dalamnya, tubuhnya akan terbelah menjadi beberapa bagian dengan kejam. “Kangsanaga Waskita: Genggahan Pambelah Wadra (Senjata pusaka: Tebasan yang membelah udara)” ucap Askara dengan penuh kekuatan, saat ia mengayunkan dengan lincah keris Krastala ke arah Naga angin tersebut, menciptakan tebasan yang membelah udara. Dalam langit senja yang mempesona, dua ajian yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status