공유

2 ☆ Phobia

작가: Rosemarry
last update 최신 업데이트: 2023-09-17 10:21:07

Bibir keduanya saling menempel.

Aroma peppermint dan rose yang menguar, membuat Bara justru menginginkan hal yang lebih.

Buai hasrat sesaat membuat Bara membuka sedikit mulutnya, kemudian memasukan lidah tak bertulang itu kedalam bibir Kara, seorang Maid yang baru bekerja di rumahnya selama beberapa hari. Rasa manis bercampur sedikit getir dari sisa alkohol yang ia minum, mulai terasa menyapa indra pengecapnya.

Kara yang terkejut hanya bisa terdiam ketika lidah sang majikan mengeksplor, menyesap dan menggigit bibirnya tanpa permisi. Bahkan sampai saat Bara tersadar dan melepaskan ciumannya, Kara masih terdiam mematung di tempatnya tanpa mampu berbuat apa-apa.

"Sial! Apa yang baru saja kulakukan?" rutuk Bara dalam hati. "Aku, mencium pembantuku sendiri?"

Karena terlanjur malu atas sikapnya yang diluar kendali, Bara memilih untuk berpura-pura mabuk dan berjalan kembali ke kamarnya dengan sempoyongan. Dia bahkan membuat aktingnya menjadi semakin paripurna, dengan cara berpura-pura menabrakkan dirinya ke tembok.

Kara sendiri masih terdiam, antara terkejut dan bingung harus bersikap seperti apa. Jika dia marah atau menampar majikannya, itu artinya dia harus mencari pekerjaan baru lagi yang belum tentu lebih baik daripada pekerjaannya saat ini.

Sesaat setelah menutup pintu kamarnya, secara spontan Bara menyentuh bibirnya dan teringat dengan phobia aneh yang selama ini menghantui dirinya. Philemaphobia yang membuat Bara tak mampu mencium perempuan manapun, karena takut akan bakteri yang ada di dalam mulut.

Entah sudah berapa banyak dia mencoba berciuman dengan gadis yang ia pacari. Tapi tak ada satupun yang berhasil, termasuk dengan model terkenal yang kini menjadi kekasihnya.

Bara merogoh ponsel di saku celananya dan bergegas menghubungi psikiater terkenal yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

"Ansel, kau harus membantuku!" pinta Bara ketika panggilan mereka baru saja terhubung.

"Ada apa? Apa phobiamu kambuh lagi? Atau kau sedang mabuk?"

"Aku baru saja mencium seseorang!"

"Hah! Apa? Kau baru saja mencium siapa?" Pria bernama Ansel itu terkejut dan tidak percaya dengan ucapan Bara, dan mencoba menanyakannya lagi.

Bara berdecak kesal, "Seorang wanita! Apa kau tuli?!"

"Oke, cukup! Datanglah ke tempatku, besok!"

Disisi lain, Kara yang masih sangat terkejut kembali ke kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang dengan pandangan lurus ke depan namun terlihat tidak fokus. Perlahan dia memegang bibirnya dan mengusapnya dengan lembut.

Ingatan tentang rasa getir pahit yang bercampur dengan rasa manis memikat. Aroma woody dan apel, yang menyatu dengan napas hangat. Kara tiba-tiba terbayang akan gerakan lidah serta keahlian bibir Bara.

"Astaga! Tuan Bara mencuri ciuman pertamaku, tapi aku malah menikmatinya? Sepertinya aku benar-benar gila."

Kara berbaring di atas ranjang, menutupi tubuhnya dengan selimut dan mencoba untuk segera tidur. Namun sekeras apapun dia berusaha, gadis itu tetap saja tidak bisa terlelap bahkan hingga sang mentari datang menyapa.

Waktu telah menunjukan pukul 7 pagi, ketika Bara turun dengan kacamata hitamnya dan bergegas pergi meninggalkan rumahnya. Tak seperti biasanya, hari ini Bara memilih pergi tanpa menggunakan supir.

Perlu setidaknya 45 menit perjalanan untuk sampai ke tempat Ansel bekerja. Itu sedikit lebih lama memang, karena jalanan cukup macet di beberapa ruas lantaran jam kerja.

Sebuah bangunan 3 lantai dengan desain kuno, bercat putih dan terletak di dekat jalan raya. Bangunan yang menjadi rumah sekaligus tempat Ansel membuka praktek. Cukup strategis meski desainnya terlalu kuno, menurut Bara yang selalu protes pada Ansel.

Bara turun dengan terburu-buru dari mobil, ketika ia sampai disana. Dipencetnya bel pintu beberapa kali dengan cepat, berharap bujangan muda itu segera membuka pintunya. Namun nyatanya, Bara harus menunggu beberapa detik hingga pintu bercat putih itu terbuka.

"Kau buru-buru sekali!" ucap pria dengan piyama hitam yang berdiri di ambang pintu.

Tanpa menangggapi omelan Ansel, Bara melangkah masuk sambil mendorong tubuh sahabatnya yang menghalangi jalan. Dia duduk di sofa dengan santainya. Ansel yang sebenarnya kesal pun tidak bisa melakukan apapun, lantaran Bara adalah salah satu investornya.

"Baiklah, ceritakan yang terjadi!"

Bara menarik napas panjang, kemudian mulai menceritakan tentang bagaimana dia bisa berakhir dengan mencium pembantunya sendiri. Dari awal dia masuk ke rumah, sebenarnya ia cukup sadar. Hanya saja, mata, tubuh, dan kepalanya tidak bisa berkoordinasi dengan baik.

"Lalu, bagaimana rasanya?" tanya Ansel yang membuat Bara berpikir jika itu adalah sebuah ejekan, hingga membuat Bara melepaskan kacamata dan menatapnya tajam. "Hei perjaka tua!" keluh Ansel kesal. "Aku tidak mengejekmu. Aku hanya ingin mengetahui respon tubuhmu!"

"Kalau itu—" Bara menyandarkan punggungnya sambil bersedekap tangan. "Sedikit manis," lanjutnya dengan perasaan ragu.

Ansel mengangguk, mencoba memahami hal yang terjadi pada Bara. Sebuah phobia aneh yang sudah menganggu pria itu selama belasan tahun.

"Kalau begitu, cobalah menciumnya seminggu sekali selama beberapa bulan. Mungkin itu bisa menjadi sebuah terapi untukmu," saran Ansel setelah memikirkan solusi untuk sahabatnya itu.

Mendengar ide gila Ansel membuat Bara refleks berdiri dari duduknya, "Kau gila?! Mana mungkin aku bisa melakukan itu dengan pembantuku sendiri?"

"Kalau begitu cobalah dengan Alexa atau wanita yang lain," ujarnya, "Itupun, kalau kau bisa."

Seakan mendapat pukulan telak, Bara tidak bisa berkata apapun lagi. Bukan tanpa alasan, tapu dia sudah mencobanya dengan lebih dari 20 wanita, tapi tak ada satupun yang berhasil.

Pada akhirnya, pria yang sudah tidak bisa berkata-kata itu bangkit berdiri. Dia pun pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Selama dua hari penuh, Bara tak bisa fokus pada pekerjaannya karena teringat dengan saran dari Ansel. Hingga akhirnya, malam itu setelah dia selesai bekerja, Bara memutuskan untuk memanggil Kara ke ruangannya.

"Tentang malam itu, aku minta maaf padamu," ucap Bara ketika seluruh keberaniannya terkumpul.

"A-apa?" Kara sedikit terkejut mendengar permintaan maaf dari majikannya. "Maaf, maksud saya ... itu tidak masalah. Anda mabuk malam itu."

Bara yang tadinya duduk di kursi ruang kerjanya, perlahan bangkit berdiri. Pria dengan kemeja putih itu berjalan, lalu bersandar di ujung meja. Dia terlihat menarik napas panjang, mengumpulkan semua keberanian untuk mengatakan keinginannya.

"Sebenarnya, aku memiliki phobia." Bara mencoba mengawali pembicaraan dengan membahas phobianya. "Aku sudah coba berkonsultasi dengan dokter tentang itu, dan—" penjelasan Bara terpotong.

Kara sendiri hanya menatap bingung pada sang majikan. Dia mencoba menebak-nebak dalam hati, tentang apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh majikannya itu.

"Dia tidak mungkin ingin memecatku kan?" pikir Kara dengan was-was.

"Bantu aku menghilangkan phobia sialan ini, dan aku akan memberimu bayaran yang mahal!"

Kara yang dari awal tidak mengerti maksud Bara, menjadi semakin tidak mengerti lagi dengan permintaan aneh sang majikan. Bara nyatanya cukup peka setelah melihat ekspresi bingung Kara.

"Jadilah kissing partnerku. Hanya satu kali dalam seminggu dan akan kuberikan berapapun yang kau mau."

Kedua manik mata Kara membulat penuh. Meskipun hanya lulusan SMA, Kara tentu saja mengerti arti dari kata kissing partner itu. Sebuah layanan yang tidak masuk akal dan sudah melampaui batas, menurutnya.

"Maaf, saya tidak bisa! Saya tidak mempermasalahkan kejadian malam itu, karena anda mabuk saat itu. Dan untuk perkataan Anda malam ini, saya akan anggap Anda tidak pernah mengatakannya."

Ditolak?!

Bara yang semula cukup percaya diri dengan tawarannya, kini hanya bisa ternganga ketika Kara mengatakan hal itu.

Dia bahkan tak berdaya saat gadis belia yang baru berumur 21 tahun itu memohon untuk undur diri dan keluar dari ruangannya.

"Apa aku tidak salah dengar?"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   118 ☆ End

    "Apa kau sungguh-sungguh meminta ku untuk mencarikan suami yang baik untuk kak Kara? Tadi sebelum aku masuk ke ruangan ini, aku melihat Will tengah mengusap pundak kakak ipar ku penuh kasih sayang, apa menurutmu dia pantas untuk menggantikan mu, kak Bara?" Tiba-tiba jari-jari tangan Bara bergerak, fungsi organ tubuh nya pun terdeteksi meningkatkan di alat-alat medis yang terpasang di tubuh nya. "Astaga! Aku baru tahu kalau Rasa cemburu bisa membawa orang kembali dari pintu kematian!" gumam G dalam hati dan menyerahkan Bara pada para dokter yang seharusnya, sebab G sudah harus kembali sebelum Dimitri terbangun dari tidurnya.keesokan hari nya ...."kau sudah bangun, sayang?" Terdengar suara Kara saat Bara membuka matanya."Sayang ..." ucap Bara sambil tersenyum."Ya tuhaaan!! terima kasih!! " ucap Kara penuh haru.Semua orang di dalam ruangan itu pun memanjatkan rasa syukur yang tak terkira karena Bara akhirnya sudah sadar."Ibu ...." Panggil Bara pada Evelyn."Ya sayang, apa kau but

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   117 ☆ Ms.G

    "Elbara Alexandrio dan William Torez, selamat datang!" Ujar Zico saat dirinya sudah terpojok di parkiran atas gedung itu usai lomba lari dengan Bara dan Will dari lantai bawah."Zico, menyerah lah. Tidak ada guna nya kau kabur lagi. Sudah tidak ada tempat untuk kabur." Ucap Will."Kabur? Untuk apa aku kabur?" Jawab Zico sambil tersenyum."Pra gila sepertinya tidak mempan dengan tausiyah seperti itu. Dia akan lebih mempan jika langsung berhadapan dengan ini." Ujar Bara sambil mengarahkan senjatanya pada Zico."Wow, senjata! Kau kira aku takut dengan senjata itu?!" tanya Zico tertawa sambil membuka jasnya.Saat Zico membuka jas nya terlihat lah ada sebuah bom yang terpasang di tubuh Zico. "Kau ingin menembak ku? itu artinya kau sengaja ingin membuat istri mu menjadi janda." Ucap nya sambil tertawa keras.Bara dan Will pun saling pandang."Sekarang kalian tidak punya pilihan lain selain membiarkan ku pergi." Ucap nya dengan senyum terkembang sempurna.Zico merasa dirinya sudah di atas a

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   116 ☆ Zico

    "Kau tidak bisa keluar begitu saja. Mereka bisa mengenali mu." ujar Kara lalu memandang ke sekeliling tempat itu hingga akhirnya dia melihat baju ok yang masih terlipat."Kau kenakan ini dulu. Baru setelah itu kita keluar." Ujar Kara.Gabby pun menuruti perkataan Kara untuk mengenakan pakaian yang ditunjukkan Kara."Bagaimana? Udah oke?" tanya Gabby sambil memasang maskernya."Sudah. Begini lebih baik." ujar Kara, Mereka berdua pun keluar dari ruangan itu.Gabby dan Kara berjalan biasa. Untungnya warna baju mereka sama jadi tidak ada yang curiga."Kita lewat sana saja." Tunjuk Gabby."Kenapa tidak lewat sebelah sana saja?" Tunjuk Kara pada arah yang sebaliknya."Aku tadi dari arah sana kak. Tidak ada ada apa-apa disana. Hanya jalan buntu." ucap nya pelan."Benarkah?" Tanya Kara."Ya ampun kak ... benar." Jawab Gabby meyakinkan kakak iparnya.Gabby dan Kara pun kembali berjalan. Setelah mereka berjalan cukup lama akhirnya mereka sampai ke pintu keluar yang ada di belakang gedung itu."

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   115 ☆ Kabur

    Kara mencoba berpikiran positif. Hingga tiba-tiba seseorang muncul dari belakang mobil dan membekap mulut Kara dari belakang tanpa Kara sadari."Tuan Zico, wanita ini cantik juga." Ujar anak buah Zico."Ck! Kau jangan macam-macam. Atau tuan Leon akan menghabisi mu!" jawab Zico, yang tak lain adalah paman dari Kara. Dia yang dulunya hidup nyaman, kini harus menjadi buron. Terlihat dari penampilannya yang sudah tidak seperti dulu lagi.Mobil itu pun melaju kencang keluar dari kota itu, menuju sebuah gedung yang kelihatan nya seperti gedung farmasi dari luar.******Saat ini, Bara dan Elka sudah berada di dalam mobil.Di saat Elka sedang menelpon anak buahnya untuk menanyakan apakah ada informasi, telpon Bara berbunyi."siapa?" tanya Elka."Ayah." Jawab Bara dengan wajah tegang."Bara kau dimana saja?!!" teriak Alfred pada putra nya begitu Bara mengangkat telpon itu."Aku sedang mencari Kara bersama dengan Elka, Ayah.""Aku sudah tahu! Kara memang di culik oleh Zico atas perintah organis

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   114 ☆ Diculik

    Kara menganggap ini hanya wujud dari sikap protektif seorang Elbara.Bara sadar kalau dia tidak akan bisa berdebat dengan ibu hamil ini. Jadi Bara putus kan untuk membiarkan Kara pergi tapi diam-diam mengikuti Kara.Untuk urusan keselamatan Kara dan calon anaknya, Bara tidak mau hanya mengandalkan para bodyguard nya. Jadi selain para bodyguard itu, dia pun akan mengawasi Kara dari jauh."Dasar keras kepala!!" Bara menyubit hidup Kara."Jam berapa kau dan Moon akan pergi?""Setelah menghabiskan sate ini bersama mu." Jawab Kara dengan senyum terkembang di wajahnya sebab akhirnya dia bisa bekerja seperti pekerja lainnya."Baik lah. Tapi berjanji lah kau harus berhati-hati. Sebab di dalam perut mu saat ini ada calon anak kita." Ujar Bara sambil mengelus perut Kara."Siap pak bos!" canda Kara lalu mengambil sate tadi dan mulai makan siang zuper romantis dengan sepiring sate bersama Bara.Usai menghabis sate itu, Kara pun kembali ke ruangan nya untuk bertemu Moon. Mereka sudah berjanji untu

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   113 ☆ Pelajaran

    Bara sangat mengenal istrinya itu. Kadang Kara bisa begitu lembut, tapi kadang dia pun bisa jadi sangat bar bar. "Tolong sate dan minuman ini di antar ke ruang pak Bara ya." pinta Kara pada staff kantin usai meletakkan kertas bertuliskan sesuatu di atasnya penutup sate."Dan minuman ini untuk dua wanita yang ada di dalam ruangan itu." tunjuk Kara pada dua gelas jus jeruk."Baik buk." jawab Staff kantin yang sudah mengenali Kara sebagai istri pemilik perusahaan.Sejak kejadian di hotel yang disaksikan oleh semua tamu dan staff hotel serta video-video kejadian yang tersebar luas di media, tidak ada yang tidak mengenali Kara sebagai istri dari Elbara."Sekarang aku tinggal menunggu telpon dari nya." Ujar Kara sambil berjalan ke arah ruangan Bara.Kara yakin, begitu sate ayam itu tiba maka Bara pasti akan menelpon nya.Keadaan di ruangan Bara saat ini sudah sangat di luar kendali Bara. Britany yang tadinya masih bersikap elegan kini malah mulai hilang kendali nya. Britany mulai membalas

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   112 ☆ Usil

    Kejadian itu cukup viral dan masuk ke beberapa media, jadi wajah kalau Johan perlu waktu lama untuk self healing nya. Saat Kara dan Moon tekun dengan kerjaannya, Angela terus mengobrol bersama Britany. Sesekali mereka melihat ke arah Kara dari ujung mata mereka.Kara bukannya tidak menyadari hal itu, hanya saja Kara malas untuk ambil pusing. Prinsip Kara masih sama, Anjing menggonggong, Kara tetap berlalu.Jadi apapun yang mereka sedang bicarakan dan yang akan mereka bicarakan, Kara sih tetap akan tidak peduli sama sekali.Volume suara Angela dan Britany pun mulai bertambah."Benarkah seperti itu El?"Angela memanggil nama kecil Britany yang biasa nya hanya Bara yang memanggil Britany dengan panggilan itu. "Angela, please.. Jangan panggil aku dengan nama itu lagi. Aku sudah tidak ingin di panggil dengan nama itu. Kau membuat ku jadi teringat EMPAT TAHUN KU BERSAMA Bara. MEMBUAT KU TERINGAT BAGAIMANA KAMI MERAJUT CINTA SEWAKTU KAMI KULIAH DULU." Ucap Britany yang terdengar sangat nyar

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   111 ☆ Solusi

    Bara menarik pinggang Kara dan memeluk Kara sesaat untuk merasakan ketenangan dalam pelukan itu."Yakin tetap mau ngantor?" tanya Kara sekali lagi sambil mengelus kepala suaminya."Heem...kalau gitu sarapan itu di makan dulu ya?" tunjuk Kara pada roti bakar dan segelas susu yang dibawakan oleh pelayan ke kamar."Apakah roti dan susu itu sudah di tambahkan garam?" Tanya Bara. Sejak sadar lidah nya eror, Bara selalu mengecek makanannya sebelum dia makan.Karena keanehan lidahnya Bara minta di taburi garam dulu untuk makanan yang biasanya di taburi gula or yang biasanya terasa manis. Sedang kan untuk makanan yang biasanya gurih Bara minta di taburi gula."Bara.. itu roti bakar dan susu normal. No garam. Ibu sudah mengatakan kalau kau tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi garam Bara. Tidak baik untuk kesehatan mu."Tegah Kara."Sayang kau tahu sendiri kan keadaan ku saat ini. Jujur saja sebenarnya aku sangat lapar." Rengek Bara."Heemm ... Kalau begitu bagaimana kalau aku saja yang suap

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   110 ☆ Garam

    Di pagi hari yang cerah ini, Kara tampak tengah mengupas apel, sedangkan Bara yang baru saja sampai di meja makan itu langsung mengambil sepotong apel yNg sudah dipotong Kara tadi lalu memakannya.Namun anehnya Bara justru memuntahkan kembali apel dengan wajah jijiknya, seolah itu adalah makanan paling menjijikkan yang pernah ia makan."Sayang, kau itu kenapa?" tanya Kara panik sambil memberikan tisu pada suaminya."Sayang apakah apel ini kau taburi garam? Kenapa rasa nya asin sekali?" Ucap Bara sambil mengelap bibir kemudian mengelap lidahnya."Garam? Memang nya ada orang makan apel pakai garam? Kau ini ada-ada saja." Kara pun mengambil sepotong apel yang sama yang di makan Bara tadi. "Heeem... ini manis kok! Tidak terasa asin sama sekali." Tukas Kara sambil mengambil satu potong lagi dan memberikan nya pada Bara."No! "Bara langsung menolak apel tersebut.Kara pun akhirnya memakan apel yang di tolak Bara tadi."Ya sudah kalau gitu aku minta di buat kan jus mangga aja gimana?" tawar

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status