"Jawab Nak,kenapa kamu diam saja,"Mama Anggi mengusap sisa-sisa air mata di pipinya,berharap Arya bisa membuktikan bahwa laki-laki itu bukan dirinya.
Sementara Elisa dan kedua orang tua nya hanya diam sambil menunggu keputusan akhir yang akan di ambil Tuan Pratama untuk putranya.
"Aku tidak melakukan apapun pada Lisa,Ma."Arya menggenggam tangan Mama Anggi,berharap wanita itu percaya.
Arya masih berusaha mengelak,ia menolak kalau yang ada dalam video itu adalah dirinya.
"Apa kau yakin...?"
"Pa...?Aku tidak pernah punya perasaan apapun pada Lisa,bagaima mungkin aku_....?"
"Kak....?"Elisa langsung berdiri di sertai air mata yang begitu deras di pipinya."Kamu tega Kak,ngomong kaya gitu."Gadis itu kembali terisak.
"Itu kenyataannya Lis,aku tidak pernah ada perasaan apapun padamu."Arya mengulang lagi perkataanya tadi.
"Tapi malam itu____?"Elisa tidak sanggup lagi melanjutkan ucapannya,hatinya begitu sakit ketika Arya secara terang_terangan menolaknya di depan keluarganya sendiri.
"Cukup El,kamu tidak perlu mengemis cinta pada laki_laki seperti dia."Tuan Andreas merasa tidak terima saat putrinya di permalukan seperti ini.
"Tapi Pi____...?"
"Diam...!Biar Papi yang bicara pada mereka."Jawab Tuan Andreas tegas.
"Bagaimana Tuan Pratama,saya ingin putra Anda segera bertanggung jawab pada Elisa."Tuan Andreas kembali berbicara baik_baik pada orang tua Arya.
"Sabar Tuan Andreas,saya pastikan Arya akan bertanggung jawab jika memang dia yang melakukannya."
"Pa...?"Arya menyela cepat ucapan sang Papa karena merasa dia benar_benar tidak bersalah.
"Kamu juga diam!Papa hanya ingin kamu mempertanggung jawabkan perbuatanmu."Ucap Papa Pratama tanpa mau di bantah.
"Tolong Pa,percaya sama Arya?"Laki_laki itu terlihat frustasi karena gagal meyakinkan orang tuanya sendiri.
"Papa harus bagaimana...?"Laki_laki paruh baya itu memijit keningnya yang tiba_tiba berdenyut nyeri.Ia benar_benar bingung harus percaya pada siapa.Sedangkan sudah ada bukti di depan matanya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"tanya Papa Pratama kembali.
"Aku akan cari bukti,kalau laki-laki itu bukan Arya,tolong beri Arya waktu Pa."
Waktu?
Tuan Andreas merasa tidak terima karena melihat Tuan Pratama seakan membela Arya dengan membiarkannya berbicara lebih banyak.
"Tidak bisa,"jawab Tuan Andreas Tegas.
"Bagaimana dengan nasib Elisa?Saya minta Arya segera menikahinya,"Tuan Andreas kembali memaksa.
"Tapi bukan Arya yang melakukannya Om,"ucap Arya tegas.
"Cih,kau bisa saja mengelak,tapi apa kau bisa membuktikan kalau dirimu tidak bersalah,"Tuan Andreas tersenyum sinis.
Ia menatap laki_laki di depannya dengan pandangan yang meremehkan.
"Kau jangan coba_coba mengelak lagi Arya."
"Aku tidak mungkin mengakui sesuatu yang tidak pernah aku lakukan,"jawab Arya tegas.
Ia semakin frustasi karena tidak satu pun dari mereka yang mempercayainya.Apalagi Mama Anggi yang dari tadi tidak berhenti menangis.
Sedangkan Tuan Pratama tampak berpikir keras,mencoba mencari jalan tengah agar bisa menemukan solusi yang baik untuk semuanya.
Jujur saja,ia sama sekali tidak percaya jika Arya yang melakukan,tapi melihat bukti yang di bawa keluarga Elisa,laki_laki paruh baya itu menjadi bimbang.
Antara ingin membela putranya atau menyelamatkan harga diri seorang gadis yang kini tengah mengandung.
Semua kembali hening,Elisa yang dari tadi diam hanya bisa tertunduk malu di tempatnya.Jujur dia begitu terluka,saat mendengar Arya sama sekali tidak mengakui perbuatannya malam itu.
"Cukup!!!"Tuan Pratama menengahi perdebatan antara Tuan Andreas dan putranya.
"Kita akan tes DNA,"ucap Tuan Pratama tiba-tiba.
Ya itu lah satu_satu nya cara agar bisa membuktikan siapa yang benar dan tidak.Meski sedikit beresiko,tapi itu lebih baik daripada harus terus berdebat dan saling menyalahkan.
Tes DNA?Mata Elisa membulat sempurna,membayangkan bagaimana nasibnya nanti selama menjalani kehamilan tanpa seorang suami.
"Apa maksud Anda?,"tanya Tuan Andreas
"Kita akan menunggu usia kandungan Elisa sampai bisa melakukan tes DNA."
"Tidak,saya tidak akan mengijinkan Elisa menjalani tes DNA,"sela Tuan Andreas.
"Kenapa?Apa Anda takut hasil tes itu ternyata tidak cocok dengan Arya?"tanya Tuan Pratama.
Laki_laki menatap lawan bicaranya dengan tajam.
"Bu-bukan seperti itu."Tuan Andreas sedikit gugup.Ia takut kandungan Elisa tidak kuat dan beresiko nantinya.
"Lalu?"
"Tes DNA terlalu beresiko untuk bayi yang ada di kandungan Elisa,saya hanya tidak mau terjadi sesuatu padanya,"jelas Tuan Andreas.
"Tuan tenang saja,saya akan mencarikan Dokter khusus untuk merawat Elisa,"Balas Tuan Pratama,kali ini ia begitu mantap untuk melakukan tes DNA pada bayi di perut Elisa.
"Dan kalau memang benar anak yang di kandung putri Anda,adalah darah daging Arya,saya sendiri yang akan menyeret putraku untuk menikahi Elisa,"ucap Tuan Pratama panjang lebar.
Elisa berbinar senang mendengar perkataan Tuan Pratama,tidak masalah baginya untuk menunggu beberapa bulan lagi,toh nanti dia pasti akan menikah dengan Arya.
Sedangkan Arya tampak bernapas lega mendengar keputusan akhir kalau mereka akan melakukan tes DNA.Ia yakin kalau dirinya memang tidak bersalah.
🍀🍀🍀🍀🍀
Keesokan Harinya...
"Lex,apa kau sudah menemukan bukti lain?"tanya Arya pada Asistennya.
"Belum Tuan,petugas hotel bilang dua bulan terakhir ini ada dua orang yang meminta rekaman CCTV hotel itu,"jawab Alex di seberang sana.
"Dua orang?"Arya mengernyit heran.
"Iya Tuan,menurut saya salah satu orang itu pasti suruhan Tuan Andreas,tapi kalau yang satu lagi saya kurang tahu,Tuan."
"Apa menurutmu ada orang lain yang mengetahui masalah ini selain kita?"tanya Arya.
"Mungkin saja Tuan,saya curiga ada yang sengaja sabotase rekaman CCTV itu,hingga Tuan Andreas mendapat rekaman itu hanya sebagian,bukan rekaman aslinya."
"Lalu apa rencana kita,"tanya Arya.
"Tenang Tuan,saya akan berusaha mendapatkan bukti itu dan menemukan siapa pelakunya."
Arya memijit pelipisnya yang sedikit pusing,saat ini dia tidak tahu harus melakukan apa.Dia khawatir semakin lama Rengganis akan mengetahui kabar ini.
Apalagi kini istrinya tengah hamil,Arya khawatir masalah ini akan mempengaruhi kesehatan keduanya.
*****
Elisa menggeliat,merasakan tidurnya yang begitu nyaman.Ia meraih handphone yang ada di atas nakas dan membukanya,raut kecewa langsung terlihat jelas di wajah gadis itu.Karena sudah dua hari Arya tidak menghubunginya sama sekali.Padahal ia begitu sangat merindukannya.Tak ingin menunggu lama,ia segera mengetikkan sesuatu dan mengirimnya pada laki_laki itu.
tring....
Arya mengerjap membuka mata,merasakan kepalanya yang sedikit pusing,laki-laki itu meraih ponsel yang ada di atas nakas lalu membukanya.
"Kak,aku merindukanmu,"
Arya memicingkan matanya,membaca sebuah pesan yang baru saja ia terima.
Ah,sial lagi-lagi pesan dari gadis itu,sungguh Arya sangat muak,kenapa pagi-pagi begini dia sudah mengganggunya?
Dia bergegas menghapus pesan itu,dan beranjak masuk ke kamar mandi.
"Sudah aku katakan,jangan pernah menghubungiku saat aku di rumah,"bentak Arya pada Elisa di seberang sana,sedangkan gadis itu hanya cemberut namun tidak merasa tersinggung sama sekali.
"Aku hanya kirim pesan Kak,lagian Mba Rengganis nggak bakalan tau,"jawab Elisa polos.
"Tetap saja,kau tidak boleh,"Arya mendengus kesal,jika saja Rengganis tidak sedang keadaan hamil,Arya tidak akan setakut ini dengan ancaman Elisa.
"Iya,iya maaf."Ucap gadis itu.
"Apa Kakak mau aku bawakan sarapan?"Elisa mencoba merayu Arya tapi laki_laki itu tetap saja cuek dan mencoba menghindarinya.
"Kau tak perlu sepeduli itu,sudah ada istriku yang menyiapkan segalanya,"ucap Arya ketus.
"Aku juga istrimu,beberapa bulan lagi,"ucap Elisa percaya diri.
"Jangan mimpi Lis,istriku hanya Rengganis,"jawab Arya tegas,membuat Elisa langsung membeku dan meremat kain berlapis yang ada di dadanya.
Kenapa sesakit ini,Tuhan...
"Kak_..."
"Cukup Lis,aku banyak kerjaan."Ucap Arya langsung menutup teleponnya.
Arya menjambak rambutnya kasar,bagaimana dia bisa berurusan dengan wanita seperti ini.
Dan apa tadi,ISTRI?
membayangkannya saja tidak pernah.
"jadi, maksud Anda istri saya sedang hamil?" Roy mengulangi pertanyaan untuk yang ke sekian kalinya. Menatap tak percaya pada Elisa yang ada di sebelahnya dengan pandangan sama-sama bingung."Iya, Tuan, istri Anda sedang hamil, dan usia kandungannya baru berumur empat minggu.""Apa, Dok? Saya hamil?" Elisa terlambat merespon, di raihnya hasil USG yang ia sendiri tidak paham dengan apa yang tertulis di dalamnya, "Ini beneran kan, Dokter?""Benar, Nona." Dokter pun meyakinkan sekali lagi, bahwa hasil test itu memang benar adanya."Tapi, kenapa usia kandungannya berjalan empat minggu?" Roy kembali menyahut, seingatnya ia berdamai dengan Elisa dan baru melakukan hubungan badan sekitar tiga minggu yang lalu, tapi....?Roy menatap bingung dengan penjelasan Dokter tadi, sempat ada rasa curiga dari pancaran mata lelaki itu. Bagaimana bisa?"Tidak mungkin Dokter, kami melakukannya baru tiga minggu yang lalu, ini kenapa bisa? Atau jangan-jangan----...
"Jangan lupa Kak, belikan aku somay." Isi pesan dari istrinya, membuat Roy mengernyit heran, sejak kapan Elisa suka dengan makanan itu? Bukankah yang ia tahu Elisa kurang suka dengan makanan apa saja yang berbahan ikan. Lelaki itu tidak membalasnya, tapi ia tetap membelikannya untuk Elisa.Roy memacu mobilnya kembali setelah mendapatkan apa yang di minta istrinya. Lelaki itu tiba di halaman depan dan bergegas mencari di mana keberadaan wanita itu."Bik, di mana Elisa?"Bibik yang sedang berada di dapur langsung berbalik, menatap heran sang majikan yang biasanya masih ada di kantor."Nona ada di taman belakang, Tuan.""Oh ya Bik, tolong pindahkan ini ke piring, lalu antarkan segera ke taman." Roy menyerahkan sebungkus somay yang ia bawa, lalu melangkah menuju taman belakang."Kak, kamu udah sampai?" Elisa terlihat berbinar, di letakkan ponsel yang ia pegang, lalu matanya menyipit ke arah kedua tangan suaminya. "Mana pesananku? Tidak ada kah?"
Hari-hari selanjutnya di lalui Elisa dengan sangat manis. Mereka mencoba saling memperbaiki diri dan memulainya kembali dari awal. Pernikahan mereka yang semula hanya status kini benar-benar layaknya pernikahan normal seperti biasa. Keduanya sama-sama menerima apapun kelebihan atau kekurangan dari diri mereka masing-masing."Kak, kapan kita mau jemput Rey?" tanya Elisa suatu pagi. Ini kali ketiganya wanita itu menanyakan, setelah beberapa hari yang lalu selalu Roy abaikan."Iya nanti. Kamu sabar dulu ya? Aku masih ada kerjaan penting yang nggak bisa di tinggalin." Selalu saja jawaban itu yang suaminya berikan. Sabar, sabar. Sampai kapan?"Kalau Kakak memang nggak bisa ninggalin kerjaan, bagaimana kalau aku aja yang jemput Rey sendiri?" Elisa mencoba bernegosiasi. Jika ia harus menjemput putranya sendiri, sebenarnya tidak masalah. Tapi lelaki itu yang selalu menghalanginya."Tunggu aku, El? Nanti kita pergi sama-sama." Lelaki itu terlihat sudah rapi. Di pe
"Ayo, Nak? Katanya mau ketemu Mama?" Aditya mengingatkan pada gadis kecil tentang tujuannya datang ke sini, lagi pula pria itu merasa tidak enak sendiri saat menyadari kalau ada wanita cantik di sebelah sana yang sejak tadi terabaikan keberadaannya."Tapi Alya masih pengen sama Ayah Roy," rengek bocah itu manja. Alya benar-benar terlihat enggan melepaskan lelaki itu yang sejak tadi menggendongnya."Sini sama Ayah Adit gantian, kasiah tuh Ayah Roy capek, kan sejak tadi udah gendong Alya."Gadis itu memandang wajah Roy sejenak, lalu segera bergerak turun dari gendongan lelaki itu. "Tapi Ayah janji kan, mau nengokin Mama lagi?"Roy hanya mengangguk setuju menjawab pertanyaan Alya. Sejujurnya ia kasihan dengan gadis kecil itu, tapi mau bagaimana lagi, Alina memang harus di rawat agar bisa segera sembuh.Aditya dan Alya kembali menyusuri lorong menuju kamar di mana tempat rawat untuk Alina. Keduanya sama-sama terlihat sedih melihat seorang yang sangat d
Elisa melangkah mendekati keduanya, lalu melipat kedua tangannya santai. "Sudah, nostalgianya?" ucap wanita itu sinis. Pandangannya masih tidak bersahabat pada sosok lelaki yang baru saja kemarin menyatakan cinta padanya."Kenapa kalian tidak balikan saja? Kalian cocok kok, yang satu penggoda dan satunya lagi..... PENGHIANAT!""El...!""Apa!!" Emosi wanita itu sudah memuncak, hingga ia tanpa sadar berteriak dan mengundang perhatian para penghuni tempat itu."Apa Kak Roy sengaja, ngajak aku ke sini untuk melihat keromantisan kalian berdua?""El, ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Percayalah." Roy mendekati Elisa, meraih tangan wanita itu, namun segera di tepisnya dengan kasar."Lihat apa? Aku bukan anak kecil, Kak? Jika kalian ingin berbalikan, kenapa mengajakku kemari?" Elisa juga terlihat menangis. Bagaimana ia tidak sakit hati mendengar ungkapan Alina tadi yang menunjukkan betapa dekatnya mereka berdua."El, kumohon, berhentilah
Tiga hari berlalu, luka di tangan Rengganis sudah membaik dan hari ini dokter mengijinkannya untuk pulang. Perempuan itu bersiap-siap di bantu Arya yang sudah sejak pagi tadi datang menjemputnya untuk membereskan semua barang yang sudah di pakai selama berada di rumah sakit."Apa ada yang tertinggal?" tanya Arya saat keduanya hendak melangkah keluar. Di tatapnya wajah sang istri yang terlihat bahagia karena sebentar lagi akan bertemu dengan kedua anaknya yang selama tiga hari ini jarang ia temui."Ada."Langkah Arya terhenti, sejenak menatap ke belakang menyapu seisi ruangan yang sudah kosong. "Apa?" tanya lelaki itu bingung."Hatiku yang tertinggal. Di sini." Rengganis menyentuh dada bidang Arya, membuat sang pemilik tersenyum senang mendengarnya."Tiga hari di rumah sakit, kenapa kamu jadi pintar merayau?""Memangnya salah, merayu suami sendiri?" Perempuan itu mengerlingkan sebelah matanya, membuat sang suami gemas dan mendadak mende