"Gua juga bakal tidur, cuma gua tadi lihat lampu ruang tengah hidup ya gua cek. Eh, ternyata lu nggak tidur," tentunya ini jawaban bohong Naufal karena sebenarnya dia tidak tidur dengan Aisyah karena malam ini dia harus tidur dengan Rey. Rey merasa malas untuk berdebat dengan Naufal kali ini. Dia akan pindah ke kamarnya saja, dia akan membaca buku di dalam kamarnya. Rey yakin Naufal tidak akan bisa lagi mengganggunya ketika sudah ada di dalam kamar. Rey bangkit sambil terus memegang bukunya itu. Naufal melihat Rey yang sudah bangkit, Naufal semakin tidak nyaman karena dia harus cepat-cepat untuk mengatakannya pada Rey. "Mau ke mana?" tanya Naufal. Rey berdecak kesal, "Ya mau ke kamarlah, tadi lu nyuruh gua tidur," jawab Rey sambil menjauhkan dirinya dari Naufal. Dengan itu, Naufal juga bangkit dengan cukup gesit dari sofa tersebut. Dia mematikan lampu ruang tengah sebentar dan kemudain mengekor Rey yang sekarang sudah ada di depan pintunya.Rey menyadari sesuatu, meski dengan kead
Lima menit yang lalu baru saja adzan subuh, Naufal sudah bangun sejak sebelum adzan subuh meskipun kegiatannya bersama Rey mengharuskannya tidur cukup larut tadi malam. Ya, Naufal sudah memenuhi tanggung jawab itu pada Rey. Meski awalnya Rey cukup takut dan ragu, akan tetapi Naufal mampu meyakinkan Rey untuk tetap melanjutkannya. Sekarang, Naufal masih memandang dengan tidak percaya pada Rey yang sekarang tengah tertidur lelap di sampingnya. Tubuh polosnya tertutupi selimut hingga leher, Rey terlihat sangat lelah. Naufal tidak tega untuk membangukannya, hanya saja Rey tetap punya tanggung jawab untuk shalat subuh. Mau tidak mau Naufal tetap harus membangunkan Rey. Naufal yang masih bertelanjang dada berusaha mendekati Rey, niat Naufal hanya untuk membangunkan Rey agar segera mensucikan diri dan shalat subuh bersamanya dan juga Aisyah. Akan tetapi, saat wajahnya dan wajah Rey berjarak sangat dekat, Naufal tidak kuasa untuk tidak menatap Rey dengan lekat. Ada dorongan dalam diri Naufa
"Gua nggak nyangka lu beneran sama penjaga kantin itu, Dim," pekik Arfan dengan setengah tidak percaya.Untung keadaan cafe saat ini sedang tidak begitu ramai, sehingga tidak perlu ada yang terganggu dengan Arfan yang tiba-tiba heboh itu. Rey dan Naufal juga tidak kalah kagetnya mendengar pengakuan Dimas. Mereka sama-sama tidak percaya bahwa Dimas telah berhasil kencan dengan penjaga kantin yang bernama Mbak Neneng tersebut. Selama ini, yang mereka tahu Dimas hanya iseng saja setiap menggoda si penjaga kantin yang katanya janda itu. Yah... Mereka semua mengakui kalau penjaga kantin itu memang cukup manis, selain Dimas banyak mahasiswa yang lain juga yang sering menggoda Mbak Neneng. Jadi, semua teman Dimas tidak terlalu mempedulikannya setiap Dimas menggodanya. Mereka pikir Dimas itu sama saja dengan mahasiswa yang lain, hanya berniat menggoda. Tidak tahunya, Dimas mengakui dirinya sudah berkencan dengan janda tersebut.Penjaga kantin itu memiliki nama Sumyani, entah dari mana pangg
"Mau gua bantu?"Rey menghentikan aktifitas menjemurnya kala suara Naufal terdengar sangat dekat darinya. Rey membalikkan badannya sedikit, benar saja Naufal berdiri di belakang Rey yang sedang berada di halaman belakang rumah kontrakan tersebut. Halaman yang tidak begitu luas itu menjadi area yang cukup strategis untuk dijadikan tempat menjemur. Aisyah juga menjemur pakaiannya di halaman ini dikarenakan matahari tidak terhalang apapun di tempat ini. Tidak ada pepohonan besar sama sekali. Hanya ada beberapa tumbuhan rambat yang tumbuh liar di sekitaran halaman. Ada juga yang menjalar pada pagar semen yang ada di sana. "Tidak perlu, lagian ini cuma sedikit kok," tolak Rey halus. Rey saat ini memang tidak memiliki jadwal kegiatan, hari liburnya mungkin akan dia habiskan di rumah saja. Dia tidak tahu kalau ternyata Naufal juga ada di rumah. Dia pikir Naufal ikut Aisyah keluar karena sejak tadi Rey tidak melihat pergerakan Naufal sama sekali. Sedangkan Aisyah, sudah sejak semalam menga
Aisyah dan Zahra sedang duduk di sebuah cafe yang ada di mall. Ya, hari ini mereka menghabiskan waktunya bersama. Aisyah sangat senang karena bisa mempunyai waktu luang dan bisa bersama dengan Zahra. Setelah ini, mereka akan berangkat ke kampus sama-sama. Kali ini Aisyah tidak perlu meminta Naufal mengantarnya, sesekali Aisyah memang membutuhkan waktu bersama dengan temannya. Tidak melulu bersama dengan Naufal. "Syah, habis ini kita ke toko hijab ya. Soalnya bajuku banyak yang nggak ada hijabnya gitu," ajak Zahra di sela-sela mengunyahnya. Sedangkan Aisyah saat ini merasakan sesuatu yang sulit sekali dijelaskan. Padahal, harusnya dia bahagia karena punya kesempatan untuk bersama dengan sahabatnya tanpa ada gangguan dari Naufal. Tapi, Aisyah malah teringat pada Naufal yang sekarang malah ditinggal bersama dengan Rey berduaan di rumah. Pikiran Aisyah ke mana-mana, dia memiliki firasat tidak nyaman. Bagaimana jika Naufal dan Rey malah bermesraan di rumah saat ini? Pikiran Aisyah benar-
"Kesel sama tukang parkirnya, masak cantik dan muda kayak aku gini dipanggil ibu," gerutu Cindy.Rey hanya bisa tersenyum mendengar cerita dari Cindy tersebut."Mana tadi malah marah saat aku bilang kalau aku nggak suka dipanggil ibu, kok ada orang kek gitu. Sombong banget padahal cuma tukang parkir doang," Cindy masih tetap mengomel menumpahkan segala ketidaksukaannya pada tukang parkir yang ada di taman ini. Setelah selesai membeli beberapa buku dan novel Cindy masih mengajak Rey untuk jalan-jalan sore, tadi Rey sudah menolaknya. Bukan Cindy namanya kalau tidak berhasil membuat Rey harus mengikuti permintaannya tersebut. Hanya saja, saat menuju taman ini Rey tidak mau naik motor Cindy. Padahal, Cindy sudah meminta Rey yang mengendarai motornya. Rey tetap tidak mau, dia berangkat lebih dulu menggunakan ojek online yang sudah dia pesan. Alasan kenapa dia tidak mau barengan dengan Cindy karena Rey sudah terlanjur memesan ojek online, dia tidak mau membatalkannya. Karena menurut Rey,
"Masya Allah, Dim! Ini kamar apa kapal pecah?"Ibu Dimas sangat kaget saat masuk ke kamar anaknya dan melihat kekacaun yang ada di kamar tersebut. Entah apa yang merasuki anaknya hingga kamar yang biasanya rapi menjadi sangat berantakan. Bantal yang berserakan di mana-mana, baju-baju yang sepertinya keluar dari lemari persembunyiannya. Tidak salah lagi, ini benar-benar penampakan kapal pecah. Hanya orang sinting yang akan betah berada di kamar ini. "Bangun, Dimas! Ini kamar udah nggak ada bentukannya, kamu apain ini kamar?" Ibu Dimas berusaha menarik Dimas yang masih saja tertidur di atas ranjangnya itu dengan bertelanjang dada. Ini Dimasnya yang kelewat pulas tidurnya atau dia hanya pura-pura tertidur? Hanya Dimas yang tahu. "Ayo bangun, kalau kamu nggak bangun Ibu bawakan aer. Ayo bangun!"Tidak ada tanda-tanda Dimas akan bangun, niat ibunya semakin bulat. Dia akan menyiram Dimas dengan air. Dia menuju kamar mandi milik Dimas yang tak kalah berantakannya. Cucian basah yang tidak d
Parkiran mahasiswa kali ini sudah mulai penuh, dan Rey cukup kesulitan mengeluarkan motor Cindy dari sana, sedangkan satpam jaga sedang tidak ada di tempatnya. Padahal kalau ada, Rey bakal meminta bantuannya untuk mengeluarkan motor Cindy tersebut.Dengan hati-hati Rey mengeluarkan motor Cindy dari barisan motor-motor mahasiswa yang lain. Cindy sendiri sudah menunggunya di gerbang kampus. Enak banget jadi dia, siapa yang ngajak jalan, siapa yang harus repot-repot dengan motornya. "Rey?"Sebuah suara yang terasa asing bagi Rey terdengar di telinganya. Motor yang kini sudah dapat keluar dengan baik dari barisan parkir masih dalam kendalinya. Rey melihat ke sumber suara, seorang gadis dengan busana muslimah yang sangat rapi dan lebar. Kalau tidak salah mengenali, gadis ini adalah Zahra teman Aisyah. Beberapa kali mereka pernah bertemu, karena Aisyah pernah memperkenalkan gadis tersebut. "Zahra, ya?" tanya Rey memastikan. Gadis berhijab itu tersenyum ramah sambil mengangguk tanda tebak