Sekitar pukul enam Andy telah mengayuh sepeda dari tempat parkir apartemennya menuju jembatan penyeberangan. Dia berkemas rapi dengan ransel yang terlihat penuh. Jaket kulit domba bertekstur halus yang dia kenakan cukup mampu menahan embusan angin dari daratan Jawa. Namun, dia melambat setelah melihat sekelompok polisi berjaga di mulut jembatan. Ketika akhirnya sepeda itu berhenti, seorang polisi muda datang mendekat. Dengan senter gelang tangan, polisi itu menyoroti sepeda gunung berdesain klasik itu. Andy mencoba tidak ambil pusing. Polisi mengetatkan pengawasan di situasi seperti sekarang adalah hal wajar. Andy hanya berharap jembatan masih dapat dilintasi. Seorang polisi lain datang menghampiri. “Pak Andy Shao?” Andy tidak mengenal petugas berusia sekitar 30 tahun itu. Sistem pengawasan inteligen digital pasti telah memindai muka Andy melalui kamera pengawas di sekitar tempat itu. Dengan cara itu petugas tersebut dapat memperoleh identitasnya dengan mudah. “Selamat malam, Pak
Pagi pukul enam lewat, Bob telah duduk di meja favoritnya di restoran UniChichi. Liurnya nyaris meleleh melihat penampilan semangkuk mi kuah dengan tambahan telur sambal merah. Rasa kantuknya pun hilang disulut aroma hidangan hangat yang membangkitkan selera. Sementara, gelang androidnya sunyi tanpa ada notifikasi apa pun. Bob merasa tidak perlu menunggu. Perutnya sudah berunjuk rasa sebab semalam hanya diberi asupan roti dan biskuit. Biarlah Said menyusulnya belakangan, pikir Bob. Nanti dia dapat menemani Said sarapan sambil menikmati tahu gejrot—buah tangan yang dia pesan semalam—sebagai menu penutup. Mi kuahnya hampir habis ketika Said muncul di ambang pintu restoran yang sengaja dibuka lebar setiap pagi. Pemuda itu masih membawa ransel. Tampaknya dia langsung datang ke UniChichi tanpa pulang lebih dahulu ke apartemen. Di tangannya tergantung goodie bag yang pasti berisi oleh-oleh. “Maaf, aku terlambat, Pak Bob!” Laki-laki semampai itu langsung duduk di depan Bob. Dia menyisir se
Memelesat di dalam pod cab dengan jendela bening transparan lebih terasa hidup daripada mode sembunyi. Andy merekam video pemandangan di depannya dengan tablet. Dia merasa takjub seperti saat awal-awal kepindahannya ke Betaverse. Andy tahu ada kemungkinan, atau lebih tepatnya risiko, dia akan meninggalkan kota ini demi membersamai Mom, Dad, dan Shellyn. Meski singkat, menjadi warga Betaverse sudah merupakan pengalaman yang sangat berkesan. Tidak akan ditemuinya lagi moda transportasi seperti ini di mana pun, satu-satunya di dunia. Baru kali ini setelah sebulan memilih bersepeda, Andy kembali menggunakan streamline. Lorong di bawah tanah tempat jalur pod cab itu, dibuat dengan tata cahaya yang indah agar pengguna streamline tidak terintimidasi oleh ruang tertutup dan kecepatannya yang seperti peluru. Efek garis-garis cahaya itu menurut Andy membuat streamline bagaikan kapsul perjalanan waktu. Pengguna yang takut melihat pemandangan dalam kecepatan tinggi itu kemungkinan tidak tahu ca
Dewan kota diisi para tokoh penting Betaverse. Namun, lima puluh orang itu tidak dipilih lewat pemilu seperti anggota parlemen. Dengan jumlah warga sekitar tiga ratus ribu jiwa, Betaverse menggunakan sistem musyawarah yang lebih sederhana dibandingkan kota-kota di Pantura. Semua warga Betaverse berhak mendaftar untuk ikut dalam rapat. Serta-merta mereka dapat menjadi anggota dewan kota berdasar ketentuan dan kondisi dari Panitia. Tentu saja semua pendaftar diseleksi agar sesuai yang dibutuhkan. Cara lain adalah melalui undangan dari Panitia. "Cara kedua itu yang lebih banyak dipakai. Terutama untuk rapat dadakan," jelas Profesor Munir sambil mengusap tangannya dengan semprotan antiseptik. Andy duduk menghadap beliau sambil mendengar penjelasan tentang rapat dewan kota Betaverse. Sebelumnya sebagai pembuka percakapan Andy memberi tahu yang dilihatnya di lantai 55 kepada sang profesor. Andy berasumsi beliau mengetahui rencana rapat tersebut dan bahwa acara di aula
Andy telah selesai berbicara melalui telepon dengan Udin ketika turun di spot streamline di bawah gedung Oracle. Sopir mobil jet Profesor Munir itu sepakat untuk terbang membawa Andy ke seberang pukul sembilan. Si sopir bersemangat menawarinya untuk mengantar langsung ke Jakarta tetapi Andy tetap menolak. Setelah keberangkatannya hampir pasti Andy meminta Dila mencarikan tiket kereta atau bus jurusan Tegal—Jakarta untuk siang ini. Andy juga membaca berita terbaru tentang lockdown agar tidak melewatkan perkembangan yang berlangsung cepat seperti yang terjadi semalam. Editorial Betaverse Outlook mengatakan, tinggal menunggu waktu Kota Betaverse menghadapi persoalan yang sama dengan kota-kota lain di Jawa. Andy berkutat dengan tabletnya hingga anak tangga elevator bertemu marmer lantai bawah tanah yang berkilau. Spot perhentian itu bermandikan cahaya lampu, sangat mencolok dibandingkan lorong gelap di jalur lintasan pod cab. Di area masuk, pengguna streamline lebih ramai d
Seperti biasa Andy Shao keluar kamar apartemennya pukul enam pagi pada hari kerja. Dari lantai 19 sampai lantai basement dia sendirian di dalam lift. Baginya tidak ada kata kepagian. Terlebih lagi ini hari Senin, jadwal rapat tim kantornya. Sebagai aparatur kota yang baru, dia bersemangat hadir satu jam sebelum waktu masuk, yakni pukul sembilan. Sarapan di UniChichi sambil minum kopi dan membaca berita di tabletnya, lalu bersepeda mengitari Koh Lee South Park sebelum menggenjot langsung ke pusat kota, dia akan tiba pukul delapan kurang lima belas menit. Waktu lima belas menit digunakannya untuk mandi dan merapikan diri di ruang ganti kantor. Kedisiplinannya pada ritme tersebut dua minggu ini sangat sempurna, sehingga kadang dia berpikir bahwa dia telah menjadi separuh autis. Di basement gedung 32 lantai itu terparkir puluhan sepeda. Rata-rata berwarna merah, sumbangan pemerintah, bagian program kesehatan masyarakat. Sepedanya sendiri bercat kuning, warna kesukaannya. Sepeda itu dia ba
Penjelasan Pak Bob kurang bisa dia terima. Pertama, lockdown seluruh Jawa adalah peristiwa luar biasa. Mustahil jaringan media global bungkam terhadap isu itu. Kedua, sejauh ini tidak ada kekacauan akibat Virus Z di Indonesia. Seketat-ketatnya sensor terhadap pers, kematian atau kegilaan seperti yang terjadi di luar negeri pasti akan terungkap lewat media sosial lalu kehebohannya masuk ke jaringan GEN. Pihak GEN mengklaim bahwa selama ini alat penyaring DefineXD yang mereka pakai, dengan cepat dan akurat berhasil mengidentifikasi sebuah kabar sebagai valid, logis, atau bohong. Maka, jika tidak ada bahaya besar, wabah Virus Z di dalam negeri termasuk kategori ringan, tidak perlu ada karantina. Ketiga, dia tidak tahu mengenai Betaverse Outlook. Memahami sumber itu penting untuk menilai sebuah informasi. Sejauh ini dia baru mengetahuinya dari omongan Pak Bob dan secara implisit dari Cici. Meski demikian, ada juga pemandangan di luar yang cenderung mendukung cerita Pak Bob. Dari jalan t
Asupan secangkir kafein memberinya energi baru. Bob Matulaki memutuskan untuk berkeliling sebentar di seputar Sektor Dermaga Selatan sebelum pulang ke apartemen. Dia berpikir siapa tahu firasatnya akan muncul dan membawanya kepada petunjuk berharga. Setiap informasi tentang pencarian orang, hewan peliharaan atau barang hilang dari Departemen Kepolisian selalu membuatnya bergairah. Pukul tujuh lewat, jalan aspal di antara gedung-gedung tinggi itu mulai diisi pengendara otopet listrik dan hoverboard. Dengan cepat suasana pagi diwarnai dengung halus mesin listrik. Para budak korporat telah keluar dari barak apartemen mereka yang nyaman. Semuanya berpenampilan sangat rapi dan berkulit pucat. Bob Matulaki bangga hanya dia satu-satunya lelaki eksotis berkulit matang di tempat ini. Saat berpapasan sering dia menatap mata mereka, mengedikkan kepala sambil tersenyum simpul, dan kadang lehernya terus memutar hingga pandangan matanya terpental oleh punggung mereka. Hampir tidak ada yang membala