Share

10| Masalah Raina

Raina Hadju, seorang penulis terkenal yang sudah meluncurkan puluhan karya Novelnya diranah perbukuan. Pagi ini mendatangi perusahaan PT. Terbit terang dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Iya, saya Raina Hadju," ucapnya angkuh.

"Wah senang bertemu dengan anda, Mbak," kata Kim dengan senyum merekah, karena dia ini termasuk penggemar berat karya-karyanya.

"Gaush basa-basi! saya kesini bukan untuk berjumpa dengan editor semacam kamu," katanya memandang rendah Kimberly, sambil menatap name tag Kimberly yang menggantung di leher.

Kimberly menarik senyum miring keatas, "Biarpun jabatan saya hanya editor, tapi attitude saya sepertinya lebih baik, daripada anda," ucap Kim menatap tajam dan jadi kesal karena ucapan wanita itu.

Plak!

Raina menampar wajah Kimberly tiba-tiba, membuat semua orang yang ada diruangan itu terkejut.

"Kurang ajar! berani sekali kamu

Kimberly terkejut dan melebarkan matanya saat pipinya ditampar begitu saja oleh Raina.

"ini ada apa? kenapa ribut-ribut?" Kaivan datang bersama dengan beberapa pemilik saham lainya, termasuk Radiv ; Ayahnya.

Kimberly, Pak Handoko, serta beberapa staff yang lainya lantas membungkuk seketika, saat melihat kehadiran mereka semua.

"Saya mau protes kepada perusahaan ini, kenapa kontrak perjanjian buku baru saya dibatalkan sepihak? saya tidak terima!" geram Raina begitu marah.

Kaivan sempat melirik Kimberly yang sedang memegangi pipinya yang merah, akibat tamparan keras wanita tadi.

"Anda bisa bicara baik-baik jangan pakai kekerasan seperti itu," ucap Kaivan menenangkan.

"Pak Kaivan sepertinya anda harus menangani masalah ini dulu, sebelum masalah ini melebar ke mana-mana dan membuat nama perusahaan menjadi buruk," ucap salah satu pemegang saham.

"Bukan begitu Pak Radiv?" tambahnya kembali berbicara kepada Radiv, selaku penanam saham terbesar.

Kemudian para pemilik saham pun pergi meninggalkan keributan tersebut, dan tersisa hanya Radiv dan Kaivan.

"Papah percayakan semuanya sama kamu Van." Radiv pun meninggalkan Putranya, dan membiarkan Kaivan yang mengatasi masalah itu sendiri.

Kaivan sampai memijat kepalanya, merasakan pening yang kini melanda kepalanya.

"Maaf Mbak, sebaiknya kita bicarakan hal ini diruangan saya saja, bagaimana?" rayu Pak Handoko.

"Saya maunya ketemu sama pimpinan kalian, bukan staff biasa seperti kamu-kamu ini!" ucapnya sombong.

"Kalau begitu mari keruangan saya, kebetulan saya Ceo di perusahaan ini."

"Nah daritadi kek, jadi saya tidak usah cape-cape marah-marah seperti tadi," katanya sumringah, lalu berjalan mengekor Kaivan yang lebih dulu berjalan.

Selepas kepergian mereka berdua, Kimberly syok. dan mendaratkan bokongnya dengan kasar dikursi, menghela nafas kasar karena jengkel dengan kelakuan si penulis tersebut.

"Gilak Kim, pipi lo merah banget. sakit gak?" tanya Vivi memepet tubuh Kim.

"Yah sakit lah oon, ya kali dia ditampar engga sakit!emangnya dia ranger pink," Dimas menoyor kepala Vivi karena kesal dengan ucapanya.

"Kim, pipi kamu dikompres aja biar mendingan. Wanita tadi cantik padahal tapi kasar banget. pengen saya jambak aja rambutnya tadi." tutur Pak Handoko.

"Pak, maaf, kenapa engga Bapak jambak tadi? kenapa cuma ngomong Pak?" protes Kimberly yang jengah melihat Handoko hanya banyak omong.

Pak Handoko terkekeh, "Takut saya Kim, apalagi ada para petinggi perusahaan. bikin saya gerogi, takut salah langkah,"

Kimberly menarik nafas panjang, dan sudah tidak lagi memperdulikan omongan atasanya yang hanya terdengar seperti bualan.

Diruangan ini, Raina duduk berhadapan dengan Kaivan. sempat terpana melihat ketampanan lelaki itu jika dalam keadaan berdua seperti ini.

"Langsung saja, berapa nominal uang yang harus saya keluarkan agar kamu mau menerima pembatalan buku kamu yang diberhentikan percetakanya secara sepihak?"

"Anda menyuap saya? saya kesini karena ingin buku saya berhasil diproduksi!" tolak Raina naik pitam.

"100 juta? saya rasa cukup uang itu untuk menebus kerugian anda, dan setelah ini perjanjian kita selesai dan anda dilarang membuat keributan seperti tadi, di kantor maupun di media manapun," Kaivan memberikan sebuah cek dengan nominal uang yang disebutkan.

"Oke, uang ini saya Terima. lain kali jangan seperti itu memutuskan perjanjian sepihak dengan penulis manapun," Raina akhirnya menyetujui dan meraih cek tersebut dengan wajah yang berbinar.

"Cek itu bisa kamu cairkan dengan satu syarat,"

Wajah Raina yang tadinya sudah merekah, berubah menjadi menurun drastis.

"Syarat apa?" tanyanya serius.

"Minta maaf ke karyawan saya yang tadi kamu tampar pipinya."

"Teta... Tetapi itu salah dia sendiri, kenapa dia lancang bicara tidak sopan dengan saya," Raina terbata menanggapi syarat dari Kaivan, karena tidak mungkin dia merendahkan harga dirinya hanya untuk karyawan biasa seperti Kimberly.

"Oke jika memang anda menolak, cek itu hanya akan sia-sia dan menjadi kertas biasa yang tidak ada nilainya," kata Kaivan yang terdengar seperti ancaman.

"Baiklah kalau itu mau anda," dengan terpaksa Raina menuruti permintaan Kaivan.

Raina pun keluar dari ruangan itu, lalu memasuki lift dan kembali keruangan dimana tadi dirinya membuat keributan.

"Mbak Raina mau apalagi kesini?" bukan Kimberly, tapi Vivi yang menghadang lebih dulu wanita itu.

"Eum... saya mau ketemu sama karyawan yang tadi saya tampar," cicitnya pelan, dengan nada yang berbeda sekali saat pertama kali datang.

"Ada apa lagi Mbak cari saya?masih mau nampar saya lagi?" tantang Kim tanpa takut.

Kemudian Rain mengulurkan tanganya dengan ekpresi datar.

"Maaf sudah menampar kamu."

Kimberly menatap Raina dengan lekat, merasa heran kenapa sikapnya berbeda sekali setelah bertemu dengan Kaivan.

"Enak aja minta maaf, pipi gue merah begini. pokonya gue mau nampar balik! baru gue mau maafin," itu hanya batin Kimberly yang ingin sekali mengeluarkan unek-uneknya.

"Baiklah saya maafkan, lain kali jangan berbuat seperti itu terhadap orang yang tidak bersalah," jawab Kim yang akhirnya mengeluarkan ucapan yang berbanding terbalik dengan isi hatinya.

Kaivan mengendurkan dasi di lehernya, pekerjaan hari ini membuatnya lelah. Ditambah lagi dengan masalah penulis yang datang dalam waktu yang tidak tepat.

Ceklek!

Pintu ruanganya terbuka dan memperlihatkan Radiv, pria paruh baya itu masuk dan duduk disofa yang berada diruangan itu. Kaivan pun berdiri dan menghampiri Radiv ke sofa tersebut.

"Bagaimana? apa udah kamu atasi?" Radiv mengepulkan asap rokok miliknya sambil berucap.

"Sudah Pah, seperti yang Papah ajarkan, semua bisa terselesaikan jika dengan uang," jawab Kaivan datar.

Radiv menyunggingkan senyum miring, lalu menepuk bahu putra satu-satunya dengan bangga.

"Bagus, itu baru anak Papah," katanya berbangga, "Jadi pacar kamu editor di perusahaan kita?" tambahnya lagi membuat Kaivan melebarkan matanya.

"Papah mengenalinya?" tanya Kaivan terkejut.

"Apasih yang tidak Papah ketahui," katanya tersenyum sombong lalu beranjak pergi begitu saja.

Ada perasaan khawatir, mengingat Papahnya mengetahui identitas Kimberly. terlebih hubunganya dengan Kim hanyalah pura-pura. bisa iya bayangkan apa yang akan dilakukan Papahnya jika mengetahui hal tersebut.

"Pecat wanita itu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status