"Pak, lepaskan! Bapak mau bawa saya kemana?" Kimberly berusaha melepaskan cengraman tangan lelaki itu. Namun, usahanya gagal. "Jangan banyak tanya kamu!" sentak Kaivan. langkah keduanya berhenti tepat saat Kaivan membawa Kimberly masuk kedalam toko baju yang menjual beberapa baju-baju pantai dengan berbagai model. Kimberly bingung mengapa iya diajak masuk kedalan toko? apa atasanya itu ingin berbelanja? pikirnya begitu. Sementara Kaivan sibuk memilih beberapa dress pantai yang memang dijual disana, lalu mengambil satu baju yang menurutnya cukup sopan dan terbilang cocok untuk dipakai di area pantai. "Pakai Kim," suruh Kaivan. Kimberly mengerutkan alisnya karena bingung tiba-tiba disuruh mengganti bajunya dan memakai baju yang baru. "Kok buat saya Pak? saya engga minta lho?" jawab Kim polos. "Ck, saya bilang pakai ya, pakai. ganti baju mu yang kekurangan bahan itu dengan yang ini." "Kurang bahan? ini bagus kok cocok untuk dipantai. kata temen saya sih, heheh," jawab Kim terkek
"M-mandi bareng? Bapak jangan gila!" sarkas Kimberly. Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba minta mandi bareng, wanita mana sih yang tidak marah. terlebih lelaki didepanya itu adalah mantan suaminya. yah walaupun hanya menikah sirih dan umur pernikahan mereka seumur jagung. "Kamu pikir saya sudi? mandi bareng sama wanita pengkhianat sepertimu?" ucap Kalian begitu nyelekit. "Pengkhianat? saya tidak pernah merasa mengkhianati siapapun," Kimberly sedikit sakit hati dengan ucapan yang lelaki itu lontarkan, lagi-lagi kalimat menyakitkan menusuk relung hatinya begitu dalam. Tanpa mau memperdulikan Kaivan lagi Kimberly pun melangkah masuk kedalam kamar mandi. Brakkkk!!!Pintu kamar mandi dibanting dengan keras, membuat tubuh Kaivan sedikit terlonjak. "Dia... marah?" gumamnya. Setelah hampir 30 menit selesai mandi, Kimberly keluar dengan rambut basahnya serta pakaian yang sudah lengkap dan berganti. wajahnya terlihat segar tanpa polesan makeup sedikitpun, membuat wajah putih pucat
"Pak, apa kita langsung pulang?" tanya Kimberly. Acara makan malam telah selesai dan membuat Kaivan memutuskan untuk segera beranjak kembali ke dalam kamar, akan tetapi pertanyaan yang Kimberly lontarkan menghentikan langkahnya seketika. "Ya."Mendengar jawaban singkat itu, Kimberly mengerucutkan bibir bawahnya. padahal iya masih ingin jalan-jalan. "Wah sayang banget ya? padahal kesini berniat liburan tapi malah lebih banyak didalam kamar," celetuk Kimberly. Kaivan membalik badanya setelah dia berjalan lebih dulu membelakangi gadis itu. "Kamu-" DrttttKalimat Kaivan terjeda saat ponsel yang berada disaku celananya bergetar, buru-buru iya ambil benda pipih itu dan mengusap layarnya dengan segera. "Halo," [Kamu lagi liburan? kenapa engga ajak aku, sayang] terdengar suara seorang wanita dari sebrang sana. "Hem, maaf." [Sendiri?]pertanyaan dari wanita yang tak lain adalah Diska ; wanita yang statusnya kini menjadi tunanganya. Mendengar itu Kaivan melirik kearah Kimberly yang se
"Gue kasih lo 500 juta, kalo lo berhasil batalin perjodohan gue sama dia."Satu permintaan, yang berhasil membuat seorang Kimberly melebarkan matanya dengan kaget. Berkat ucapan yang dilontarkan Diska sahabat kecilnya. Bagaimana tidak terkejut? Diska meminta untuk menggantikan posisinya, sebagai anak dari pengusaha periklanan. yang akan dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. "Please mau ya Kim?gantiin gue buat ketemu sama dia dan kencan pertama minggu besok," mohon Diska dengan wajahnya yang terlihat memelas. Kimberly masih terdiam, mencerna dengan apa yang Diska katakan. Mau menolak tapi imbalanya uang sebesar itu! siapa coba yang bisa mengabaikan uang senilai 500 juta? mungkin hanya orang bodoh! "Tapi.. apa nanti dia engga curiga? kalo gue yang gantiin posisi lo?" Jawab Kim ragu. Berkali-kali Kim menghela nafasnya, menatap wajah sahabat yang sudah begitu baik terhadap dia dan keluarga. Ayahnya yang mulai sakit sakitan, semenjak kebangkrutan usaha keluarga mereka. Kimbe
Kim menghela nafas, saat wajahnya dilempari sebuah lembaran kertas, yang baru saja iya berikan. Kertas putih itu berserakan dimana-mana, setelah Kaivan melemparnya dengan kasar. Kim memejamkan mata sebentar, kemudian berjongkok dan memunguti berkas yang berserakan dilantai. "Mana Handoko? bukankah biasanya dia yang harus melapor kepada saya? kenapa malah menyuruh kamu , yang tidak becus ini untuk menghadap saya?" cetus Kaivan dengan arogan serta tatapan dingin kearah Kimberly. "Ma ... maaf Pak atas kesalahan saya, kebetulan pak Handoko sakit. Jadi saya terpaksa yang harus menggantikannya untuk keruangan bapa." "Buang sampah itu! saya mau malam ini, proposal pengganti itu sudah harus siap dalam keadaan semestinya", Menurut, Kimberly menganggukkan kepala sambil membungkuk kearah Kaivan, berurusan dengan dia adalah hal yang tidak pernah Kimberly bayangkan! Setelah itu, iya keluar dari ruangan tersebut. Lalu menghela nafas lega, saat kakinya sudah berada diluar ruangan. Berkali-ka
"Gue batalin aja Dis, kesepakatan kita kemarin, " tutur Kimberly dengan berat hati, saat menemui Diska di sebuah cafe. Perasaanya saat ini berkecamuk, ingin mundur dan membatalkan perjanjian dengan Adis, tapi iya juga butuh uang. Apalagi sedikit uang itu sudah iya pakai untuk berobat Papahnya. Tapi jika diteruskan mau taro dimana mukanya? jika ternyata Kaivan mengenalinya di kantor. "Kenapa Kim? apa lo gagal bikin dia ilfil? dan engga jadi batalin perjodohan gue?"Kimberly menghela nafasnya kasar, karena bingung harus bagaimana lagi. "Bukan cuma itu Dis," jawab Kim dengan ragu, "Lelaki yang akan dijodohkan sama lo, adalah atasan gue di kantor, "UHUK UHUK UHUK! Seketika Diska terbatuk karena tersedak--kopi yang baru saja diminum. Kimberly pun jadi panik, lalu menepuk-nepuk punggung Diska dengan pelan. "Lo engga bercanda kan? atasan Lo yang mana Kim? gue bahkan engga tau mau dijodohin sama siapa." Engga heran lagi sebenarnya dengan Diska, temanya satu ini memang cuek sekali dal
"Jangan-jangan kamu kepoin Kaivan?" tebak Arvelio menerka-nerka, dengan mata yang memicing. "Haha Mana mungkin," sanggah Kim terkekeh palsu, "aku hanya pernah mendengar kabar angin tentang kamu," tambahnya menyanggah tuduhan Arvelio, agar kedua lelaki itu tidak curiga padanya. "Kalau gitu tunggu apalagi, cepat tanda tangan disini." tunjuk Kaivan pada kolom yang diberi tanda kurung. Alhasil membuat Kimberly tercekat, karena bingung apakah tindakan yang Kim akan ambil. Adalah tindakan yang benar. Terutama tidak merugikan Kimberly, maupun Diska dan keluarganya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Kimberly menuruti perjanjian yang diajukan oleh Kaivan. membuat lelaki di depannya itu tersenyum penuh kemenangan. keesokan paginya, waktu tidur Kimberly terganggu. Akibat Diska terus-menerus menggoncang tubuhnya agar terbangun."Kim, lo harus tanggung jawab pokonya!" Sarkasnya dengan emosi yang menggunung. Sementara Kim jadi meruntuk, karena tidurnya yang terusik. Membuatnya tak henti ber
"Maaf ini siapa? sepertinya anda salah sambung," jawab Kim, lalu memajukan ponsel miliknya sebentar. Dan melihat layar panggilan dari nomor tidak dikenal. "Kimberly Adelia, itukan nama kamu?" lelaki itu memberi jeda, "Atau Diska Arlego?"Bagai disambar petir, ucapan itu membuat Kimberly seolah mati kutu. Lalu kembali fokus, mendengarkan ucapan seseorang itu dengan secara jelas "Besok temuin saya Di Kantor, jika tidak datang nyawamu yang akan jadi taruhanya." ancam seseorang itu dengan sarkas, lalu detik itu juga mematikan panggilanya dengan sepihak. Keesokan paginya, Kimberly sudah tiba Di Kantor. Akan tetapi, pikiranya saat ini serasa berkecamuk ketika mengingat penelepon kemarin. Kakinya bahkan sampai bergetar hebat saat duduk di kursi kerjanya. "Arrrrghhh! bodoh-bodoh," racau Kim sambil mengigit-gigit kuku jarinya. "Lo kenapa si Kim? gue perhatiin lo gemetaran gitu sejak tadi. belum makan?" tanya Dimas, karena memang duduk tepat disebelah kanan Kimberly. "Gue ngga papa Dim,"