Home / Romansa / Kontrak Cinta Sang CEO / Bayang dari masa lalu

Share

Bayang dari masa lalu

Author: Reju
last update Last Updated: 2025-10-07 08:49:05

Langit masih kelabu ketika pagi tiba. Sisa hujan malam tadi menempel di kaca jendela apartemen, membentuk garis-garis air yang menetes perlahan. Sunyi. Tidak ada aroma kopi seperti biasanya, tidak ada suara langkah kaki Ayla di dapur, dan untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan terakhir ruangan itu terasa benar-benar kosong.

Nayaka berdiri di tengah ruang tamu, mengenakan kemeja yang belum sepenuhnya ia kancingkan. Matanya memandangi pintu yang semalam ditutup Ayla dengan keras, seolah suara itu masih menggema di kepala.

Tangannya menekan pelipis, kepalanya berat oleh semua hal yang baru terbuka.

Satu nama.

Sofira Darana.

Nama itu menghantamnya lebih keras dari apa pun.

Ia berjalan pelan ke arah meja, menatap dokumen yang masih berserakan di sana. Map hitam yang semalam ia berikan pada Ayla kini terbuka, sebagian kertasnya terlepas dan terlipat oleh angin dari jendela.

Ia menunduk, mengambil lembar yang bertuliskan “Hanya untuk Direktur Utama Arvenza Corp”, dan menatapnya lama.

“Ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Bayang dari masa lalu

    Langit masih kelabu ketika pagi tiba. Sisa hujan malam tadi menempel di kaca jendela apartemen, membentuk garis-garis air yang menetes perlahan. Sunyi. Tidak ada aroma kopi seperti biasanya, tidak ada suara langkah kaki Ayla di dapur, dan untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan terakhir ruangan itu terasa benar-benar kosong.Nayaka berdiri di tengah ruang tamu, mengenakan kemeja yang belum sepenuhnya ia kancingkan. Matanya memandangi pintu yang semalam ditutup Ayla dengan keras, seolah suara itu masih menggema di kepala.Tangannya menekan pelipis, kepalanya berat oleh semua hal yang baru terbuka.Satu nama.Sofira Darana.Nama itu menghantamnya lebih keras dari apa pun.Ia berjalan pelan ke arah meja, menatap dokumen yang masih berserakan di sana. Map hitam yang semalam ia berikan pada Ayla kini terbuka, sebagian kertasnya terlepas dan terlipat oleh angin dari jendela.Ia menunduk, mengambil lembar yang bertuliskan “Hanya untuk Direktur Utama Arvenza Corp”, dan menatapnya lama.“Ke

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Rahasia yang terbongkar

    Pagi itu, hujan berhenti. Tapi udara di apartemen masih terasa dingin—bukan karena cuaca, melainkan karena sesuatu yang menggantung di antara mereka sejak malam sebelumnya.Ayla terbangun lebih pagi dari biasanya. Ia masih bisa mengingat bagaimana tangan Nayaka menyentuh pipinya semalam. Lembut. Nyata. Tapi juga… membuat dadanya sesak karena takut semua itu hanya sesaat.Ia melangkah pelan ke dapur. Aroma kopi menguar, dan ia baru menyadari bahwa seseorang sudah lebih dulu bangun.Nayaka berdiri di depan jendela, dengan kemeja putih dan tangan yang memegang secangkir kopi. Tatapannya kosong, jauh ke arah kota yang masih diselimuti kabut.“Kamu nggak tidur lagi?” tanya Ayla hati-hati.Nayaka menoleh, sedikit tersenyum. “Nggak bisa.”Ayla berjalan mendekat, mencoba bersikap biasa. “Masih kepikiran kerjaan?”Tapi Nayaka tidak langsung menjawab. Ia menatapnya beberapa detik, lalu berkata pelan, “Ayla… aku harus jujur tentang sesuatu.”Nada suaranya membuat jantung Ayla langsung berdebar.

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Retak yang mulai terasa

    Suara hujan belum juga berhenti malam itu. Seperti tidak ingin memberi jeda bagi dua hati yang sedang sama-sama berperang, tapi saling diam di balik pintu yang tertutup rapat. Ayla berdiri cukup lama di ruang tamu setelah Nayaka pergi ke kamar. Tubuhnya terasa berat, tapi bukan karena lelah—melainkan karena hatinya yang terlalu penuh. Kata-kata Nayaka tadi masih terngiang di kepalanya: “Jangan bikin aku jawab pertanyaan itu, Ayla.” Ia mengusap air matanya, menarik napas panjang, lalu melangkah ke arah dapur untuk menenangkan diri. Tapi setiap sudut apartemen itu terasa sesak. Terlalu banyak kenangan kecil yang tak sengaja ia simpan—kopi yang sering mereka minum berdua, cangkir favorit Nayaka di rak, hingga jaket kerja yang tergantung di kursi ruang tamu. Semua hal sederhana itu kini terasa menyakitkan. Di dalam kamar, Nayaka duduk di tepi ranjang. Jas kerjanya sudah terlepas, dasinya tergeletak di lantai, dan kedua tangannya menutupi wajah. Ia bukan tidak ingin menatap Ayla… ia

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Pengakuan

    Langkah-langkah terburu-buru terdengar di koridor lantai lima puluh satu, tepat di depan ruang kerja Nayaka. Sekretaris pribadi yang biasanya ramah kini hanya menatap kaku, seakan merasakan hawa dingin yang keluar dari ruangan itu. Pintu yang tertutup rapat akhirnya terbuka, memperlihatkan Nayaka yang berdiri tegak di depan jendela besar, punggungnya menghadap ke pintu, tangan dimasukkan ke saku celana. Tatapannya tidak beralih sedikit pun dari pemandangan kota yang tertutup awan tipis sore itu. Namun begitu mendengar suara langkah ringan mendekat, ia tahu—tanpa perlu menoleh—bahwa Ayla sudah masuk. “Duduk.” Suaranya rendah, tegas, dan tidak memberi ruang untuk bantahan. Ayla menelan ludah, langkahnya agak ragu. Ia masih membawa map berisi laporan yang tadi diselesaikan, tapi ada rasa tak nyaman yang menggelayuti dadanya. Nayaka jarang memanggilnya di jam seperti ini, apalagi dengan nada suara yang sedingin tadi. “Ada yang ingin saya jelaskan terkait proyek di—” “Kamu pikir aku m

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Pulang bersama

    Hujan tipis membasahi kaca mobil hitam yang melaju mulus di jalanan kota. Lampu-lampu jalan memantul di aspal basah, menciptakan pemandangan yang tenang namun memikat. Di dalam kabin mobil, suasana terasa nyaman, jauh dari kebisingan luar. Ayla duduk di kursi penumpang, sesekali melirik ke arah pria di kursi kemudi. Meski baru saja pulang dari kantor setelah seharian penuh bekerja, pria itu tetap terlihat rapi dan tenang, seolah lelah tidak pernah mampu menembus ketegasannya. “Aku masih nggak habis pikir… kamu kerja dari pagi sampai malam, tapi tetap terlihat segar,” ucap Ayla pelan, mencoba memecah hening. Pria itu tersenyum tipis tanpa menoleh. “Kalau untuk seseorang, lelah itu bukan alasan,” jawabnya singkat, tapi cukup untuk membuat detak jantung Ayla meningkat. Lampu merah membuat mobil terhenti. Kali ini, tatapan pria itu beralih kepada Ayla, tenang dan tidak terburu-buru. “Besok… jangan terlalu larut di kantor. Aku nggak mau kamu jatuh sakit,” katanya dengan nada lebih

  • Kontrak Cinta Sang CEO   Langkah balasan

    Ayla berdiri terpaku di depan coretan merah di dinding apartemennya. Napasnya berat, tangan gemetar, tetapi matanya tidak lagi sama seperti semalam. Ada kilat tekad di sana—takutnya masih ada, namun kini bercampur dengan sesuatu yang lebih kuat: kemarahan. Dia mundur, menarik ponselnya, dan memotret setiap sudut ruangan. Sofa yang terguling, lemari terbuka, kaca meja yang retak, bahkan foto-foto yang dicabik. Semua ia dokumentasikan. Bukan untuk polisi—ia tahu laporan itu hanya akan bocor ke orang-orang Kenan—tetapi untuk dirinya sendiri. Bukti. Suara langkah kaki terdengar di lorong. Ayla refleks berbalik. Seorang pria dengan topi hitam dan hoodie berjalan cepat, menuruni tangga darurat. Dia tak melihat wajahnya, tapi Ayla merasakan sesuatu—orang itu ada hubungannya dengan penggerebekan ini. Tanpa pikir panjang, Ayla meraih tasnya dan mengejar. Tangga darurat terasa sempit dan bau besi berkarat, tapi langkahnya mantap. Pria itu menoleh sekali, dan Ayla bisa menangkap sekilas ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status