Beranda / Romansa / Kontrak Cinta Seribu Hari / 7. Usaha Terakhir Delicia

Share

7. Usaha Terakhir Delicia

Penulis: Intan SR
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-23 21:09:21

“Calon istri katamu?” tanya Lucio tak percaya. Sejak kapan dia setuju untuk menikah dengan Bellinda.

Ketika dia diserang rasa penasaran, neneknya muncul dengan senyum seperti malaikat.

“Sepertinya Bellinda sangat cocok untukmu. Meski tadi siang kamu sudah melakukan hal buruk padanya. Tapi dia masih menghubungiku untuk dapat bertemu denganmu secara langsung.”

Lucio tak tahu apa maksud neneknya. Apa yang neneknya rencanakan pun dia tidak mengerti.

“Maksud nenek?”

“Tadi siang, aku datang ke interview itu karena nenekmu menyuruhku datang ke sana. Tapi kamu tidak tertarik padaku. Maka dari itu. Aku datang ke sini, mungkin perasaanmu sudah berubah,” jawab Bellinda.

“Bagaimana? Bellinda cantik kan?”

Lucio menatap Bellinda. Wanita itu sama sekali bukan tipe idelnya.

“Kenapa wajahmu seperti itu?” Neneknya bertanya pada Lucio setelah melihat cucunya memasang wajah tak suka.

“Aku—aku belum ingin menikah.”

“Belum ingin menikah? Memangnya mau sampai kapan kamu mau menikah? Kamu saja tidak ada keinginan untuk berkencan, sampai ada berita miring tentangmu kalau kamu menjalin hubungan dengan Khaleed.”

“Khaleed?” Lucio tentu saja terkejut. Padahal banyak yang tahu jika hubungan mereka ketika di luar adalah sahabat. Dan jika di kantor Khaleed adalah asistennya.

Memang Lucio ke mana mana selalu dengan lelaki itu. Bahkan ketika menonton film sekali pun. Tapi itu tak lantas membuatnya menyukai Khaleed kan?

“Nek—” Lucio mendesah frustrasi.

“Sudahlah. Menikah dengan Bellinda atau bulan depan rapat itu akan nenek lakukan.”

Lucio memutar otaknya. Ia harus menghindari Bellinda atau menghindari pencopotan posisinya secara paksa tersebut.

“Aku sebenarnya sudah memiliki kekasih. Hanya saja aku belum bisa mengenalkannya pada nenek karena aku takut nenek tidak menyukainya.”

Wajah cemas neneknya berubah menjadi cerah dengan senyum yang penuh harapan.

“Benarkah? Kamu sudah memiliki kekasih? Siapa? Kenapa nenek harus tidak menyukainya?”

“Karena—karena dia dari keluarga biasa saja. Dan tak mau diekspos. Dia tak ingin menjadi bahan gossip di kantor.”

“Siapa dia? Seharusnya kamu mengatakannya pada nenek.”

Lucio menelan ludah keringnya dengan susah payah. Sementara Bellinda menatapnya tak percaya.

“Bagaimana kalau kamu mengajaknya makan malam dengan kita nanti di akhir pekan,” usul neneknya tiba tiba.

“Sepertinya tak bisa.”

“Kenapa?” tanya neneknya.

“Dia—dia sepertinya sibuk.”

“Sibuk atau orang yang kamu bicarakan itu tak ada,” sahut Bellinda.

“Ada. Tentu saja ada. Aku akan membawanya nanti. Nenek tenang saja.”

“Baiklah kalau begitu. Nenek akan menunggunya di akhir pekan. Bellinda—kamu juga harus datang ya.”

“Untuk apa?” Lucio tampak keberatan. “Nenek mau membandingkan kekasih Lucio dengan dia? Dia berasal dari keluarga biasa saja. Jadi jelas saja dia akan kalah.”

“Dia? Kamu selalu menyebut dia? Namanya siapa?” tanya Bellinda belum mau menyerah.

Lucio memutar otaknya. Mencari nama wanita yang dia tahu.

“Delicia, namanya Delicia,” jawab Lucio tampak tak yakin.

“Delicia. Sepertinya dia cantik,” gumam neneknya.

**

Lucio akhirnya malam itu tak bisa tidur dengan tenang. Dia membolak balikkan tubuhnya karena harus berpikir bagaimana caranya agar bisa membawa wanita ke acara makan malam nanti.

Ia sungguh tak ingin menikah. Apalagi dengan Bellinda. Wanita yang terlihat gampangan itu sama sekali bukan lah tipe idelanya.

Lagi pula dia yang sangat suka mengenakan pakaian seksi. Pasti sering melakukanya untuk menarik perhatian laki laki.

Akhirnya Lucio menghubungi Khaleed jam tiga pagi.

“Haloo.” Suar Khaleed terdengar masih mengantuk.

“Aku harus membawa wanita di akhir pekan ini. Coba pikirkan siapa yang bisa aku bawa ke sana.”

“Ini masih pagi, kenapa menyuruhku berpikir,” desah Khaleed merasa terganggu tidurnya.

“Ayolah. Aku meminta saran sebagai sahabat bukan sebagai atasan!”

“Emmm.” Khaleed bergumam.

“Teman wanita. Bagaimana dengan teman wanitamu?”

“Aku tak punya. Kamu tau sendiri kalau temanku cuma kamu.”

Khaleed menghela napasnya lagi.

“Bagaimana kalau wanita yang tadi siang itu. Minta saja bantuan padanya. Dan anggap semua lunas, pakaian dan sepatu itu dia tak perlu ganti rugi.”

Lucio tampak berpikir. Wanita tadi pasti mau karena sedang didesak oleh keadaan.

Ia tak mungkin memiliki perasaan untuk wanita itu, pun sebaliknya. Jadi memintanya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya pasti tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

“Baiklah kalau begitu. Suruh dia menemuiku besok di restoran dekat perusahaan. Katakan saja aku tidak akan meminta ganti rugi, asalkan dia mau datang menemuiku.”

“Hmm, oke.”

**

Lingkaran hitam di sekitar mata Delicia semakin tebal. Dia sama sekali tak bisa tidur semalaman.

Setelah dia diusir dari apartemen mungkin dia akan mendapatkan tempat tinggal yang baru yaitu penjara.

Kebiasaan buruknya ketika mabuk memang sering menyusahkannya. Namun dia tidak tahu jika kebiasaan buruknya yang terakhir membuatnya dalam masalah besar.

Jam delapan pagi, Delicia baru saja memejamkan matanya beberapa detik. Sebelum akhirnya dia mendengar suara dering ponselnya.

“Halooo,” sapa Delicia dengan malas karena mengantuk.

“Dengan nona Delicia?”

Delicia tahu suara ini. Suara yang kemarin menyuruhnya masuk ke ruang interview.

Ia pun terkesiap. Dan terduduk di atas kasurnya.

“Ya? Ada apa?” tanya Delicia cemas.

“Ini masalah ganti rugi kemarin. Apakah Anda bisa—”

“Maaf sebelumnya, tapi sepertinya saya butuh waktu yang panjang untuk mengganti uang sebanyak 500 juta. Tapi saya tidak akan lari dari tanggung jawab kok,” sambar Delicia.

“Begini, bisakah Anda menemui atasan saya itu di restoran siang ini? Dia akan memberikan pilihan yang lain untuk Anda. Jadi Anda tidak perlu mengganti uang tersebut.”

“Benarkah? Tapi apa itu?”

“Saya tidak bisa mengatakan. Anda bisa mendengarnya sendiri nanti siang.”

“Baiklah.”

“Jam dua siang di Moon Restaurant, atasan saya akan menunggu Anda di sana.”

“Baik.”

Setidaknya Delicia bisa tidur tenang sampai jam dua belas nanti. Mendengar suara Khaleed yang sejuk dan lembut, membuat perasaannya jadi sedikit membaik.

“Apapun itu, asalkan jangan lima ratus juta,” gumam Delicia sebelum akhirnya dia tertidur dengan mulut terbuka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 121. lelaki yang aku kenal

    Lordes mendengar pertengkaran antara ayah dan ibunya. Dan secara tidak langsung dia tahu bagaimana sifatnya selama ini yang memang kurang baik.Setengah jam berlalu, ibu Lordes membawa makanan bersama dengan pelayan di belakangnya.Ada banyak makanan yang terhidang hingga membuat Lordes bingung.“Kamu sebelumnya tidak mau makan selama lima hari, makanya ibu khawatir,” kata ibu Lordes.“Kenapa? Kenapa aku tidak mau makan?”Ibunya diam saja.“Sudahlah, itu sudah berlalu, yang penting kamu mau makan sekarang,” kata ibu Lordes.Lordes pun menelan makanannya pelan pelan, setiap sendok makanan yang masuk ke dalam mulutnya membuat ibu Lordes merasa tenang dan lega.“Ibu tidak makan?”“Tidak, melihatmu makan sudah membuat ibu kenyang.”Lordes tersenyum.“Bu, kenapa aku asing berada di kamar ini?” tanya Lordes.“Itu karena kamu kehilangan ingatan kamu, Lordes. Tapi kata dokter ingatan itu akan kembali, karena bukan amnesia permanen.”“Begitu?”“Setidaknya, kamu bisa melupakan hal yang menyakit

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   bab 120. hidup yang baru

    “Bagaimana dengan urusanmu? Sudah selesai?” tanya Lucio ketika melihat Khaleed menyusulnya ke kantin di kantor.“Sebentar lagi akan selesai,” desahnya kemudian duduk.“Kenapa wajahmu murung?”Khaleed menggeleng.“Harusnya yang murung sekarang bukan kamu tapi aku,” keluh Lucio.“Kenapa? Masalah Delicia bukankah sudah selesai? Dia sudah pulang dan kesehatannya semakin membaik.”“Bukan seperti itu.”Lucio kemudian menceritakan semuanya kepada Khaleed, bahwa sejak kecelakaan Delicia menjadi sedikit berbeda. Delicia seperti jauh dari anaknya tapi perasaan untuk dirinya sama saja.“Bukannya kamu bilang kalau dia mengalami hilang ingatan sebagian? Mungkin karena itu, kan?”“Tapi, kenapa sifatnya bisa berubah? Aku sempat memergokinya berteriak pada Jose. Apakah Delicia seperti itu sebelum menikah denganku? Aku bertanya pada Jose, dan Delicia tidak pernah membentaknya meskipun sangat marah.”“Apakah karena efek kecelakaan?” tanya Khaleed.“Aku tidak tahu, aku bingung,” jawab Lucio yang dia sen

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 119. Aku menyukaimu Om

    Sudah bermenit menit yang lalu, Nina hanya diam saja. Dia duduk di kursi sofa dengan tubuh menghadap ke arah jendela.Khaleed sudah memesan pizza, tapi sampai pizza itu dingin, Nina tak mau menyentuhnya sama sekali.“Aku sudah menghubungi ibumu, dan mengatakan untuk sementara kamu ada di sini,” kata Khaleed.Nina hanya mengangguk.“Kamu kenapa?”Khaleed duduk di sebelah Nina, tapi yang dia lihat hanyalah punggung Nina yang menyedihkan.Belum ada satu hari, Nina sudah berubah menjadi murung begitu.“Besok pagi, aku akan temani kamu ke kantor polisi,” kata Khaleed.“Pekerjaanmu bagaimana?”“Aku akan datang sedikit terlambat, aku sudah izin pada bosku.”Nina kemudian diam.“Kalau kamu diam, aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu. Aku tidak pandai menghibur, katakan padaku. Aku harus bagaimana?”“Terima kasih,” kata Nina pelan.Mata Khaleed melebar.“Karena sudah mau menolongku dan berkorban untuk gadis hina sepertiku.” Nina menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya. “Aku malu

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 118. Antara hidup dan mati

    Khaleed berlari menuju rumah Nina, tahu bahwa pasti akan ada hal yang buruk akan terjadi.Dengan napas yang tersengal, Khaleed terus berlari agar tidak terlambat untuk menyelamatkan Nina.**Nina mendengar suara bel pintu berbunyi berkali-kali. Ia pikir Khaleed kembali karena ketinggalan barangnya.Akan tetapi, ketika Nina membuka pintu. Dia melihat suaminya sudah berada di depan pintu dengan senyum menyeringai.Nina mencoba untuk menutup pintu, tapi tenaganya tidak lebih besar daripada suaminya.“Biarkan aku masuk!” ujarnya dengan geram. “Kamu sudah membuatku menjadi bulan bulanan oleh rentenir!”Suami Nina masuk kemudian mendorong gadis itu sampai terjatuh di atas sofa.“Harusnya kamu menurutiku! Tak ada yang salah karena kamu membantu suamimu!”Suami Nina menamparnya membuat gadis itu takut gemetaran. Bayangan bayangan buruk itu telah terhempas sejak dia bersama dengan Khaleed. Sejak dia mengenal lelaki itu, dia merasa bahwa dirinya berharga.Namun, kini… saat dia bersama dengan su

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 117. Dalam bahaya

    Lima hari berlalu, Delicia yang tak lain adalah Lordes akhirnya bisa pulang ke rumah Lucio yang selama ini begitu dia inginkan.Pagi pagi sekali Lucio sudah menjemput istrinya dari rumah sakit.“Akhirnya aku bisa pulang,” kata Lordes dengan senang.“Pasti sangat membosankan di sini, kan?”Lordes mengangguk.“Oh ya, Lordes… dia sudah siuman. Tapi dia belum bisa banyak bergerak.”Bibir Lordes tiba tiba berkedut. Ia pikir Delicia akan koma untuk waktu yang lama agar dia bisa menikmati waktunya bersama dengan Lucio. Jika Delicia sadar, bagaimana jika wanita itu mengaku sebagai Delicia?Lucio yang melihat istrinya berhenti menoleh ke belakang.“Ada apa?”Lordes dengan tangan gemetar mencoba meraih tangan Lucio.“Aku tahu, kamu pasti takut dengan Lordes. Dia sangat nekat,” kata Lucio menambahkan.“Ya… ya.. aku sangat takut setelah tahu penyebab kecelakaanku adalah dia.”“Tak apa apa, ada aku di sini,” kata Lucio menenangkan.Ketika mereka melewati koridor. Tanpa sengaja melihat ibunya dari

  • Kontrak Cinta Seribu Hari   Bab 116. Seperti keponakan

    Saat ini Lucio sedang berada di atas ranjang rumah sakit bersama dengan Delicia di mana jiwanya adalah milik Lordes. Lordes meminta Lucio agar menemaninya sampai dia pulang dari rumah sakit.“Bagaimana dengan anak anak tadi? Apakah mereka kecewa padaku?” tanya Lordes.“Tidak, mereka mengerti keadaanmu. Mereka mungkin masih kecil, tapi sifat mereka sudah dewasa,” jelas Lucio. “Jangan khawatir.” Lucio mengusap kepala Lordes dengan lembut.“Setelah keluar dari rumah sakit. Aku ingin kita berbulan madu,” ajak Lordes.Lucio diam.“Apa ada yang salah?”Lucio menggeleng. “Kamu kemarin menolak ajakanku berbulan madu karena ingin bersama dengan anak anak.”“Benarkah?”“Tapi kalau kamu ingin kita berbulan madu tak masalah.”“Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Lucio tersenyum.“Aku akan mengaturnya nanti.”Lordes tidur memeluk Lucio. Dia merasa sangat bahagia karena setidaknya dia bersama dengan lelaki yang sangat dia inginkan selama ini.Meski berada di dalam tubuh Delicia, tapi dia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status