Home / Romansa / Kontrak Cinta Si Tuan Dingin / Bab 50: Ujian Terakhir

Share

Bab 50: Ujian Terakhir

Author: Gema senja
last update Last Updated: 2025-08-02 09:00:23

“Kamu yakin ingin menikah… tanpa kontrak?” tanya Aira pelan.

Malam itu terasa sunyi. Cahaya temaram dari balkon kamar menyinari wajah Alvano yang duduk di hadapannya, membawa dua cangkir teh hangat. Di antara mereka, diam yang sempat jadi tembok… kini berubah jadi jembatan.

“Aku yakin,” jawab Alvano. “Bukan cuma karena kamu, tapi karena aku mau hidup yang nyata. Bukan kesepakatan di atas kertas.”

Aira menatapnya dalam. “Kalau nanti semuanya hancur? Kalau skandal itu terus menyeret kita ke bawah?”

“Biarkan hancur,” gumamnya, “asalkan kamu tetap di sini.”

Aira tertawa pelan, meski matanya berkaca-kaca. “Kamu gila.”

“Sudah dari dulu,” Alvano tersenyum tipis. “Dan kamu tetap pilih aku.”

Dua hari kemudian…

Suasana kantor Vanora makin keruh. Media membanjiri gerbang utama, mengangkat isu besar tentang penyalahgunaan dana perusahaan dua dekade lalu—isu lama yang kembali hidup, kali ini menyeret nama mendiang ayah Alvano.

Aira menatap layar komputer, membaca detail laporan i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Si Tuan Dingin   Bab 50: Ujian Terakhir

    “Kamu yakin ingin menikah… tanpa kontrak?” tanya Aira pelan. Malam itu terasa sunyi. Cahaya temaram dari balkon kamar menyinari wajah Alvano yang duduk di hadapannya, membawa dua cangkir teh hangat. Di antara mereka, diam yang sempat jadi tembok… kini berubah jadi jembatan. “Aku yakin,” jawab Alvano. “Bukan cuma karena kamu, tapi karena aku mau hidup yang nyata. Bukan kesepakatan di atas kertas.” Aira menatapnya dalam. “Kalau nanti semuanya hancur? Kalau skandal itu terus menyeret kita ke bawah?” “Biarkan hancur,” gumamnya, “asalkan kamu tetap di sini.” Aira tertawa pelan, meski matanya berkaca-kaca. “Kamu gila.” “Sudah dari dulu,” Alvano tersenyum tipis. “Dan kamu tetap pilih aku.” Dua hari kemudian… Suasana kantor Vanora makin keruh. Media membanjiri gerbang utama, mengangkat isu besar tentang penyalahgunaan dana perusahaan dua dekade lalu—isu lama yang kembali hidup, kali ini menyeret nama mendiang ayah Alvano. Aira menatap layar komputer, membaca detail laporan i

  • Kontrak Cinta Si Tuan Dingin   Bab 49: Tuan Dingin Mengguncang Media

    “Apa-apaan ini?” Aira nyaris menjatuhkan ponselnya saat melihat berita utama di layar. Foto-fotonya beredar di mana-mana. Dari momen pernikahan ulang, hingga saat ia menggenggam tangan Alvano di depan kantor pusat Vanora Group. "Perempuan itu hanya penumpang gelap dalam hidup Alvano Hartawan!" "CEO Vanora Menikahi Gadis Bayaran Demi Tutupi Skandal Lama?" "Apa ini semua karena aku?" Aira menatap cermin dengan pandangan kabur. Air matanya mulai memenuhi pelupuk mata, tapi ia cepat-cepat menghapusnya. Ia tidak ingin terlihat lemah, bukan sekarang. Pintu kamar terbuka. Alvano masuk, wajahnya tampak tegang tapi tetap tenang seperti biasa. “Kita harus bicara,” ucapnya pelan. Aira menatapnya, mencoba menyembunyikan kekecewaan dan ketakutan yang makin menyesakkan dada. “Bicara? Setelah seluruh media menyerang aku seolah aku ini—" “Sudah aku perkirakan akan seperti ini. Mereka sedang panik karena tahu aku mulai bersih-bersih di dalam. Mereka menyerang titik terlemahku, yaitu

  • Kontrak Cinta Si Tuan Dingin   Bab 48: Serangan Terbuka

    “Apa-apaan ini…” Aira berdiri membeku di tengah lobi kantor Zafano Corp. Matanya terpaku pada layar LED raksasa di dinding yang menayangkan berita dari media nasional: ‘Skandal Lama Zafano Corp Mencuat Lagi – Benarkah Istri CEO Hanya “Perempuan Bayaran”?’ Tangan Aira mengepal. Di layar terpampang fotonya — diambil diam-diam saat ia keluar dari mobil mewah Alvano. Dengan judul mencolok dan narasi yang keji. “Dasar media murahan,” gerutu Aira pelan. Seketika, bisik-bisik mulai terdengar dari para karyawan yang lalu-lalang. “Itu istrinya ya?” “Cantik sih, tapi... ya ampun, katanya cuma cewek bayaran.” “Fix itu mah nikah settingan.” “Beneran cinta? Atau dibayar buat nutupin skandal?” Kepala Aira terasa panas. Matanya mencari satu wajah yang familiar. Dan saat langkahnya mulai goyah, seseorang mendekat. “Bu Aira.” Itu Sarah, sekretaris pribadi Alvano. “Pak Alvano ingin bertemu Anda di ruang konferensi. Sekarang.” Aira mengangguk singkat, menahan seluruh amarah dan r

  • Kontrak Cinta Si Tuan Dingin   Bab 47: Diterpa Angin Skandal

    "Apa ini maksudmu, Van?" Suara Aira nyaris bergetar ketika layar laptop memperlihatkan berita utama pagi itu: 'Skandal Gelap PT. Zafano: Dana CSR Fiktif dan Laporan Keuangan Ganda?' Alvano menatap lurus ke layar, rahangnya mengeras. "Mereka mengorek laporan tahun 2018. Itu proyek lama, yang bahkan aku sendiri nggak ikut tanda tangan." "Tapi namamu ada di situ," bisik Aira. "Dan sekarang semua media nasional ngebahas ini. Investor pasti—" "Sudah banyak yang tarik dana," potong Alvano, pelan tapi tegas. "Kemarin malam tiga mitra utama cabut. Saham anjlok delapan persen." Aira mengatupkan bibirnya, perutnya terasa dingin. Belum sebulan mereka menikah kembali, dan kini dunia seperti membalas kebahagiaan itu dengan badai. "Aku bisa bantu," ujarnya cepat. "Kita bisa klarifikasi di media, kumpulin bukti, temuin pihak-pihak terkait—" "Bukan 'kita', Aira." Alvano berdiri dari kursinya. "Ini urusanku." Aira terpaku. Seketika, rasa yang dulu muncul saat Alvano bersikap dingin kemba

  • Kontrak Cinta Si Tuan Dingin   Bab 46: Pernikahan yang Sesungguhnya

    “Kamu yakin mau tetap lanjut sama dia, Aira?” suara Rani terdengar khawatir dari seberang meja kafe. Aira mengaduk minumannya pelan. Hari itu, ia mengenakan blouse putih sederhana dan celana panjang hitam, tapi wajahnya tampak bersinar. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya—keyakinan. “Aku nggak pernah seyakin ini, Ran,” jawab Aira pelan. Rani mendesah. “Padahal dulu kamu bilang dia itu dingin, nyebelin, bahkan nggak punya hati.” Aira tertawa pelan. “Iya, dan dia memang masih begitu kadang. Tapi sekarang... dia juga berani berubah. Dia nggak janji-janji manis, tapi bukti-buktinya nyata.” Rani terdiam, lalu tersenyum. “Ya udah. Kalau kamu bahagia, aku dukung.” Aira menggenggam tangan sahabatnya itu. “Thanks, Ran.” --- Hari itu akhirnya datang. Tanpa gaun megah atau pesta besar-besaran. Hanya sebuah upacara sakral di taman belakang rumah, dengan beberapa saksi dari keluarga inti dan teman dekat. Mama Alvano duduk di barisan depan, memegang buket bunga kecil dan senyum

  • Kontrak Cinta Si Tuan Dingin   Bab 45: Bukti Nyata, Bukan Janji Manis

    “Aku udah bilang, aku nggak butuh janji,” gumam Aira sambil merapikan map dokumen di tangannya. Ia baru saja selesai rapat di lantai tiga kantor pusat Alvano Group. Pikirannya masih kacau, hatinya belum sepenuhnya yakin pada sikap Alvano. Tapi yang terjadi beberapa hari terakhir... semuanya membuat dia bingung. Mulai dari kejutan kecil seperti disiapkan makan siang di ruangannya — padahal biasanya Alvano bahkan tak peduli apakah dia makan atau tidak. Sampai satu hal yang paling mengejutkan: ia ditarik keluar dari proyek untuk dipindahkan ke posisi yang jauh lebih strategis, sebagai asisten pribadi CEO. “Kenapa aku?” tanyanya ketika dipanggil ke ruangan Alvano. “Karena kamu satu-satunya orang yang aku percaya sekarang,” jawab pria itu singkat. Tak ada senyum. Tak ada tatapan lembut. Tapi Aira tahu, itu bukan sekadar alasan kosong. Namun puncaknya terjadi pagi tadi. Aira sedang berjalan menuju lobi ketika melihat segerombolan wartawan menunggu di depan kantor. Mata mereka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status