Share

4. Butuh Bukti

“Kenapa kau melihatku seperti itu, Sayang?” Johan kembali menggoyangkan kantong belanjaan.

Elena tersenyum lebar. Bukan karena dia bahagia bisa bertemu dengan Johan lagi, melainkan karena Elena bisa memperbaiki semuanya sebelum terlambat!

Dia bahkan belum menikah dengan Johan, William pun masih hidup! Selain balas dendam, Elena juga akan berusaha menyelamatkan hidup ayahnya sebelum kecelakaan itu terjadi.

“Aku senang sekali bertemu denganmu lagi, Johan Wright!”

‘Dengan begitu, aku bisa membalas pengkhianatanmu, Johan. Kesalahanmu sangat besar dan tidak bisa aku maafkan!’ lanjut Elena dalam hati.

“Oh, Sayang ...” Johan melihat Elena dengan tatapan mendamba. Membuat Elena ingin muntah karena tahu bahwa semua hanya sandiwara. “Aku akan datang ke sini lagi nanti setelah bekerja.”

Elena mengangguk, lalu menyambar kantong belanja, dan menutup pintu sebelum Johan berpamitan padanya. Tak peduli jika Johan akan tersinggung. Elena muak melihat wajah pria itu terlalu lama.

Ada satu hal yang harus Elena lakukan sekarang. Elena cepat-cepat kembali ke kamar, lalu menuliskan apa saja yang perlu dia lakukan di kehidupan keduanya.

Yang pertama, Elena harus menghindari pernikahan dengan Johan. Namun … bagaimana caranya?

Undangan telah tersebar dan akan segera dilaksanakan minggu depan. Elena tak mau membuat William kehilangan muka di depan semua relasinya.

“Haruskah aku menikah dengan Johan, lalu meracuninya seperti yang mereka lakukan padaku?”

Elena bergidik oleh ucapannya sendiri. “Tidak … aku bukan pembunuh seperti mereka! Aku harus membalas perbuatan mereka dengan cara halus, tetapi menyakitkan sehingga mereka berharap lebih baik mati saja.”

Elena tak dapat menemukan cara apa pun meski telah berpikir keras selama bermenit-menit. Bahkan, membongkar hubungan Johan dan Jenna juga tak dapat dilakukannya karena mereka selalu bermain cantik selama ini.

Sepasang kekasih jahat itu jarang berinteraksi di depan semua orang. William tak akan memercayai Elena dan malah akan menuduhnya telah memfitnah Jenna.

‘Haruskah aku mengikuti mereka untuk mencari bukti?’

Lalu … dimulailah misi membuntuti Jenna diam-diam untuk mencari bukti sebanyak-banyaknya dan akan ditunjukkan kepada William.

Elena melakukan pengintaian sendiri karena dia tak bisa percaya pada siapa pun saat ini. Dia harus mulai mengamati orang-orang di sekitarnya, lalu memilah siapa saja yang merupakan pengikut para pengkhianat itu.

Sayangnya, Elena harus menelan kekecewaan ketika Jenna hanya pergi menemui teman-temannya. Elena pulang dengan tangan hampa, sesaat setelah kepulangan Jenna.

Elena tak menyerah. Dia terus memata-matai Johan dan Jenna hari setelahnya. Tetapi, dia pun mendapatkan hasil yang sama ...

Nihil.

Mereka berdua bahkan tak pernah berkomunikasi melalui ponsel. Elena sudah melihat isi ponsel Johan secara diam-diam dan tak menemukan apa pun di sana.

‘Bagaimana cara mereka menjalin hubungan jika tidak ada satu pun panggilan atau pesan?’ batin Elena kesal.

Hari pernikahan Elena pun semakin dekat. Semua peristiwa yang telah dialaminya, terulang sekali lagi. Dan Elena belum berhasil melakukan apa pun untuk mencegah pernikahan dengan Johan.

Di saat harapan mulai menghilang, Elena tiba-tiba mendapatkan ide brilian. Dia terlalu fokus mencari kesalahan Johan dan Jenna sejak kemarin sehingga tak memikirkan rencana cadangan.

“Aku harus segera menemui Papa!”

***

Sejak kematian Brenda tujuh tahun lalu, Elena tak pernah menginjakkan kaki di gedung kantor Forbes Group. Ketika William menikah dengan Anna lima tahun setelah kematian Brenda, wanita itu selalu mewanti-wanti Elena dan Jenna agar tak mengganggu ayahnya yang sedang bekerja di kantor. Alhasil, tak ada seorang pun di perusahaan itu yang mengenali Elena.

“Anda harus membuat janji sebelum bertemu dengan Tuan William, Nona,” ujar Resepsionis setelah Elena bertanya keberadaan ayahnya.

“Kenapa aku harus membuat janji untuk bertemu dengan papaku sendiri?” Elena kesal melihat wanita resepsionis itu tampak tak percaya jika dia merupakan putri kandung William.

“Maaf, Nona, banyak orang yang mau jadi putri Tuan William seperti Anda. Jika Anda benar-benar memiliki kepentingan dengan Tuan William, silakan membuat janji terlebih dulu.”

Elena mendengus. “Sudah berapa lama kau bekerja di sini? Kau bahkan tidak mengenali putri atasanmu sendiri?”

Wanita resepsionis itu tersinggung, tetapi dia dapat menyembunyikan perasaannya dengan baik. Elena memuji dalam hati atas sikap profesional wanita itu.

“Saya mengenal Nona Jenna Forbes, putri satu-satunya Tuan William.”

Elena tercengang bukan main. Ada satu kebohongan lain yang baru saja dia ketahui. Rupanya, Anna mengatakan kepada semua orang bahwa Elena tak pernah ada!

Wanita yang dulu berstatus sebagai sekretaris William itu pun mengganti karyawan lama yang tahu nama putri kandung William ataupun mengenal dirinya. Kebencian Elena semakin membuncah pada sang ibu tiri.

‘Sepertinya Anna sudah merencanakan ini semua sejak awal menikah dengan Papa. Aku tidak akan pernah memaafkannya!’

Elena tak bisa berbuat apa-apa, selain menyerah bertemu dengan William di kantor. Dia tak ingin Anna tahu bahwa dirinya datang menemui William.

Bukan takut, Elena akan mengamati terlebih dulu dan mencari cara untuk membongkar niat jahat Anna kepada William. Meskipun William sangat menyayangi Elena, rasa cinta sang ayah kepada Anna pun tak kalah besar.

Elena tak bisa mengatakan fakta tanpa bukti yang jelas kepada ayahnya. Dia juga tak boleh bersikap gegabah, yang akan merugikan dirinya sendiri.

‘Kalian sudah memberiku kejutan sebelum kematianku. Aku juga akan memberi kalian kejutan hebat nanti,’ tekad Elena.

“Elena Forbes,” panggil seorang pria dari belakang, sebelum Elena keluar dari sana.

Elena memutar badan untuk melihat orang yang memanggilnya. Kedua alis Elena terangkat tatkala pria itu berjalan mendekat ke arahnya.

‘Kenapa dia ada di sini?’

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status