“Kenapa kau melihatku seperti itu, Sayang?” Johan kembali menggoyangkan kantong belanjaan.
Elena tersenyum lebar. Bukan karena dia bahagia bisa bertemu dengan Johan lagi, melainkan karena Elena bisa memperbaiki semuanya sebelum terlambat!
Dia bahkan belum menikah dengan Johan, William pun masih hidup! Selain balas dendam, Elena juga akan berusaha menyelamatkan hidup ayahnya sebelum kecelakaan itu terjadi.
“Aku senang sekali bertemu denganmu lagi, Johan Wright!”
‘Dengan begitu, aku bisa membalas pengkhianatanmu, Johan. Kesalahanmu sangat besar dan tidak bisa aku maafkan!’ lanjut Elena dalam hati.
“Oh, Sayang ...” Johan melihat Elena dengan tatapan mendamba. Membuat Elena ingin muntah karena tahu bahwa semua hanya sandiwara. “Aku akan datang ke sini lagi nanti setelah bekerja.”
Elena mengangguk, lalu menyambar kantong belanja, dan menutup pintu sebelum Johan berpamitan padanya. Tak peduli jika Johan akan tersinggung. Elena muak melihat wajah pria itu terlalu lama.
Ada satu hal yang harus Elena lakukan sekarang. Elena cepat-cepat kembali ke kamar, lalu menuliskan apa saja yang perlu dia lakukan di kehidupan keduanya.
Yang pertama, Elena harus menghindari pernikahan dengan Johan. Namun … bagaimana caranya?
Undangan telah tersebar dan akan segera dilaksanakan minggu depan. Elena tak mau membuat William kehilangan muka di depan semua relasinya.
“Haruskah aku menikah dengan Johan, lalu meracuninya seperti yang mereka lakukan padaku?”
Elena bergidik oleh ucapannya sendiri. “Tidak … aku bukan pembunuh seperti mereka! Aku harus membalas perbuatan mereka dengan cara halus, tetapi menyakitkan sehingga mereka berharap lebih baik mati saja.”
Elena tak dapat menemukan cara apa pun meski telah berpikir keras selama bermenit-menit. Bahkan, membongkar hubungan Johan dan Jenna juga tak dapat dilakukannya karena mereka selalu bermain cantik selama ini.
Sepasang kekasih jahat itu jarang berinteraksi di depan semua orang. William tak akan memercayai Elena dan malah akan menuduhnya telah memfitnah Jenna.
‘Haruskah aku mengikuti mereka untuk mencari bukti?’
Lalu … dimulailah misi membuntuti Jenna diam-diam untuk mencari bukti sebanyak-banyaknya dan akan ditunjukkan kepada William.
Elena melakukan pengintaian sendiri karena dia tak bisa percaya pada siapa pun saat ini. Dia harus mulai mengamati orang-orang di sekitarnya, lalu memilah siapa saja yang merupakan pengikut para pengkhianat itu.
Sayangnya, Elena harus menelan kekecewaan ketika Jenna hanya pergi menemui teman-temannya. Elena pulang dengan tangan hampa, sesaat setelah kepulangan Jenna.
Elena tak menyerah. Dia terus memata-matai Johan dan Jenna hari setelahnya. Tetapi, dia pun mendapatkan hasil yang sama ...
Nihil.
Mereka berdua bahkan tak pernah berkomunikasi melalui ponsel. Elena sudah melihat isi ponsel Johan secara diam-diam dan tak menemukan apa pun di sana.
‘Bagaimana cara mereka menjalin hubungan jika tidak ada satu pun panggilan atau pesan?’ batin Elena kesal.
Hari pernikahan Elena pun semakin dekat. Semua peristiwa yang telah dialaminya, terulang sekali lagi. Dan Elena belum berhasil melakukan apa pun untuk mencegah pernikahan dengan Johan.
Di saat harapan mulai menghilang, Elena tiba-tiba mendapatkan ide brilian. Dia terlalu fokus mencari kesalahan Johan dan Jenna sejak kemarin sehingga tak memikirkan rencana cadangan.
“Aku harus segera menemui Papa!”
***
Sejak kematian Brenda tujuh tahun lalu, Elena tak pernah menginjakkan kaki di gedung kantor Forbes Group. Ketika William menikah dengan Anna lima tahun setelah kematian Brenda, wanita itu selalu mewanti-wanti Elena dan Jenna agar tak mengganggu ayahnya yang sedang bekerja di kantor. Alhasil, tak ada seorang pun di perusahaan itu yang mengenali Elena.
“Anda harus membuat janji sebelum bertemu dengan Tuan William, Nona,” ujar Resepsionis setelah Elena bertanya keberadaan ayahnya.
“Kenapa aku harus membuat janji untuk bertemu dengan papaku sendiri?” Elena kesal melihat wanita resepsionis itu tampak tak percaya jika dia merupakan putri kandung William.
“Maaf, Nona, banyak orang yang mau jadi putri Tuan William seperti Anda. Jika Anda benar-benar memiliki kepentingan dengan Tuan William, silakan membuat janji terlebih dulu.”
Elena mendengus. “Sudah berapa lama kau bekerja di sini? Kau bahkan tidak mengenali putri atasanmu sendiri?”
Wanita resepsionis itu tersinggung, tetapi dia dapat menyembunyikan perasaannya dengan baik. Elena memuji dalam hati atas sikap profesional wanita itu.
“Saya mengenal Nona Jenna Forbes, putri satu-satunya Tuan William.”
Elena tercengang bukan main. Ada satu kebohongan lain yang baru saja dia ketahui. Rupanya, Anna mengatakan kepada semua orang bahwa Elena tak pernah ada!
Wanita yang dulu berstatus sebagai sekretaris William itu pun mengganti karyawan lama yang tahu nama putri kandung William ataupun mengenal dirinya. Kebencian Elena semakin membuncah pada sang ibu tiri.
‘Sepertinya Anna sudah merencanakan ini semua sejak awal menikah dengan Papa. Aku tidak akan pernah memaafkannya!’
Elena tak bisa berbuat apa-apa, selain menyerah bertemu dengan William di kantor. Dia tak ingin Anna tahu bahwa dirinya datang menemui William.
Bukan takut, Elena akan mengamati terlebih dulu dan mencari cara untuk membongkar niat jahat Anna kepada William. Meskipun William sangat menyayangi Elena, rasa cinta sang ayah kepada Anna pun tak kalah besar.
Elena tak bisa mengatakan fakta tanpa bukti yang jelas kepada ayahnya. Dia juga tak boleh bersikap gegabah, yang akan merugikan dirinya sendiri.
‘Kalian sudah memberiku kejutan sebelum kematianku. Aku juga akan memberi kalian kejutan hebat nanti,’ tekad Elena.
“Elena Forbes,” panggil seorang pria dari belakang, sebelum Elena keluar dari sana.
Elena memutar badan untuk melihat orang yang memanggilnya. Kedua alis Elena terangkat tatkala pria itu berjalan mendekat ke arahnya.
‘Kenapa dia ada di sini?’
“Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb
Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny
Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho
Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W
“Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi
Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari