Share

Bab 6

Penulis: Nur Hayati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-21 18:37:04

"Berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Aarav menatap lekat wajah Freya.

Wanita cantik itu pun tidak enak hati menyebutkan minimal uang yang diinginkan.

"Katakan saja, tidak usah sungkan." Ternyata raut wajah Freya terbaca jelas oleh Aarav.

"Lima juta rupiah," sahut wanita cantik itu sesuai yang dibutuhkan.

"Sebutkan nomor rekeningmu," kata Aarav tanpa berpikir panjang lagi. Hal itu membuat Freya semakin tidak nyaman. Dia tidak ingin mendapatkan pinjaman uang tersebut dengan cuma-cuma, terlebih wanita cantik itu tahu tentang pria tampan yang sengaja mendekatinya.

"Aarav, aku tidak bisa begitu saja memberikan nomor rekeningku," jawab Freya, matanya memandang lurus ke arah Aarav.

Aarav menarik napas panjang, mencoba meredakan ketegangan yang kian memuncak. "Freya, dengarkan aku. Kamu bisa mendapatkan uang lebih jika mau menikah denganku. Kita bisa bekerja sama hingga kamu tidak perlu kekurangan uang lagi."

Freya terkejut mendengar tawaran tersebut. "Menikah denganmu? Apa ini hanya tentang uang dan balas dendam, Aarav?"

"Ini lebih dari sekedar uang, Freya," jawab Aarav, suaranya lembut namun tegas. "Ini tentang sakit hati kita. Lagi pula, pernikahan ini dilakukan atas berdasarkan kontrak saja, tidak untuk menjalin hubungan selayaknya suami-istri."

Freya terdiam sejenak, memikirkan apa yang baru saja didengarnya. "Aku butuh waktu untuk memikirkan ini, Aarav. Ini keputusan besar. Untuk sementara waktu, aku akan meminjam uang darimu. Aku berjanji akan melunasinya secepat mungkin." Akhirnya wanita cantik itu pun memberikan nomor rekening miliknya pada pria tampan itu, sebab dirinya sudah butuh uang untuk menghidupi kedua putrinya.

"Tentu saja, aku mengerti," kata Aarav, mencoba tersenyum. "Ambillah waktu yang kamu butuhkan, dan aku berharap kamu akan menerimaku." Pria tampan itu pun pergi terlebih dulu dari taman.

Freya duduk termenung sendiri memikirkan semua yang terjadi dalam hidupnya. Dia bahkan tidak bisa langsung mengiyakan niat Aarav untuk menikahinya. Padahal, dia yakin kalau dia dan kedua putrinya akan bahagia serta baik-baik saja selama bersama pria asing yang baru dikenalnya.

"Kenapa aku merasa dia adalah pria yang berbeda?" tanyanya dalam pikiran yang sedang kacau.

Di saat pikirannya melayang jauh, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah notifikasi m-banking masuk, netranya terbelalak saat melihat nominal yang dia terima di layar ponselnya.

"Lima puluh juta? Apa aku gak salah lihat? Apa Aarav salah mentransfer?" cecarnya. Dengan cepat wanita cantik itu pun menghubungi pria yang baru saja meninggalkan sendiri di taman.

Sudah ketiga kalinya wanita cantik itu melakukan panggilan telepon, tapi tidak ada jawaban juga dari pria tampan yang baik padanya. Jadi, dia pun mengirimkan pesan singkat dengan sebuah penjelasan. Sedangkan di tempat lain, tepat di dalam mobil yang tidak jauh terparkir di taman. Aarav sedang tersenyum setelah mendapatkan pesan dari Freya.

"Aku akan terus berusaha sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan." Pria tampan bermonolog, lalu mulai menghidupkan mesin mobilnya. Dia pergi setelah melihat wajah Freya penuh dengan kebingungan di taman.

"Bagaimana aku harus mengembalikan uang sebanyak ini?" Wanita cantik itu pun memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.

Freya menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam beberapa kali. Setelah merasa sedikit lebih tenang, dia memutuskan untuk meninggalkan kekhawatirannya sejenak dan fokus pada tugas-tugas harian yang harus dilakukan.

Dengan cepat, dia pergi ke supermarket yang letaknya juga tidak jauh dari taman. Dia masuk dengan langkah kaki lemas, dia kemudian mengambil tas belanja yang ada di sana. Freya terlebih dulu langsung menuju bagian sayuran dan mulai memilih beberapa sayur segar seperti wortel, bayam, dan tomat. Kemudian, dia melanjutkan ke bagian buah-buahan dan mengambil beberapa apel dan pisang.

Setelah itu, dia mengunjungi bagian daging untuk membeli beberapa potong ayam dan daging sapi. Dia juga mengambil beberapa bahan makanan pokok lainnya seperti beras, telur, dan susu. Sambil berbelanja, Freya mencoba untuk tidak memikirkan masalah uang yang dipinjamkan Aarav yang jumlahnya lebih dari yang dibayangkan. Dia mencoba menikmati momen tersebut dan mengalihkan pikirannya pada hal-hal sederhana yang bisa membuatnya lebih tenang.

Setelah selesai berbelanja, Freya menuju kasir. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat seorang pria menghalanginya.

"Ternyata kita bertemu lagi di sini," ujar pria yang hingga detik ini masih dibenci oleh Freya atas apa yang sudah diperbuatnya.

Wanita cantik itu pun berusaha untuk menghindari mantan suaminya, sebab berbicara dengan Barry hanya akan membuka luka lama.

"Eits ... kamu mau ke mana? Jangan pergi dong!" cetus Barry terus menghalangi langkah kaki Freya.

Freya mendesah kesal, "Apa lagi yang kamu mau, Barry? Bukankah sudah cukup kamu menyakiti aku?"

Barry tertawa sinis, "Menyakiti? Kamu yang lemah, Freya. Selalu drama, selalu berlebihan. Tidak heran kalau kamu selalu gagal dalam hidup."

Mata Freya menyipit marah, namun ia berusaha tetap tenang. "Setidaknya aku tidak hidup dengan menjadi penghianat."

Barry mendekat, suaranya rendah dan penuh ejekan. "Oh, jadi kamu sudah punya keberanian untuk berbicara? Sebenarnya siapa yang mengkhianati siapa? Ingat-ingat lagi siapa yang memulai semuanya, Freya."

Freya terdiam sejenak, mencoba menahan air mata yang ingin keluar. "Aku tidak akan jatuh ke dalam perangkap mu lagi. Permisi."

Namun Barry menarik tangannya, "Jangan sok kuat. Kita berdua tahu, kamu masih lemah dan tak berdaya tanpa aku."

Freya melepaskan tangannya dengan kasar. "Aku lebih baik sendirian dari pada bersama pria seperti kamu."

Barry tertawa, "Bermimpi lah, Freya. Kamu tidak akan pernah bisa lepas dari bayanganku."

Freya menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah pergi tanpa melihat ke belakang. Ia tahu, kata-kata Barry hanya pantulan dari ketidakmampuan dirinya sendiri untuk meraih kebahagiaan sejati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 39

    Sesampainya mereka di rumah, Dina masih teringat akan kejahatan Hera. Bahkan menimbulkan rasa trauma dalam dirinya.Freya mengelus rambut Dina dengan penuh kasih sayang, mencoba menenangkan gemuruh di hati putrinya. Malam itu, mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, dibalut selimut tebal untuk mengusir dinginnya malam. Di luar, hujan rintik-rintik mengiringi suara lembut Freya yang terus berusaha menenangkan Dina."Nak, ingatlah selalu bahwa kamu aman sekarang. Mama akan selalu ada di sini untukmu," kata Freya sambil mengecup kening Dina.Dina mengangguk pelan, matanya mulai berat karena rasa kantuk. "Ma, apakah Hera tidak akan kembali lagi?"Freya tersenyum, meskipun ada kekhawatiran di dalam hatinya. "Tidak, sayang. Hera sudah pergi jauh dan tidak akan mengganggu kita lagi. Kita sudah aman di sini."Mata Dina perlahan terpejam, merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan ibunya. Freya terus membisikkan kata-kata penghiburan, berharap bahwa perlahan-lahan luka di hati Dina akan

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 38

    Sesampainya Freya di tempat tujuan, dia langsung menghampiri Juminten yang sedang kebingungan."Kamu sudah cari, mbok? Apa belum ketemu juga?" tanyanya cemas."Sudah, hanya saja non Dina tidak ditemukan." Juminten merasa bersalah karena lengah menjaga gadis kecil itu. "Lebih baik kita berpencar, Mbok. Siapa tahu saja nanti ketemu," ujar Freya. Pada saat itu juga, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal masuk. Wanita cantik itu pun tanpa pikir panjang langsung mengangkat panggilan tersebut. Dia yakin, pasti nomor asing itu akan memberitahu di mana anaknya berada.Memang benar, ternyata panggilan itu dari Hera. Dia meminta wanita cantik itu untuk menemuinya di suatu tempat. Bahkan dia mengancam akan berbuat sesuatu yang buruk pada Dina jika Freya tidak datang seorang diri. Dengan terpaksa, Freya mengiyakannya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya. Freya merasakan jantungnya berdetak kencang saat menutup telepon. Pikirannya berkecamuk denga

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 37

    "Kamu jangan menangis ya, sebab aku akan menikah dengan Hera." Barry berbicara penuh jumawa.Freya terdiam tanpa berkata apa pun lagi, lalu mengambil undangan yang diberikan oleh mantan suaminya. "Kamu harus datang ke pernikahanku." Barry berbicara penuh harap. Freya memandangi undangan itu dengan tatapan kosong. Sampulnya berwarna emas dengan hiasan bunga-bunga yang tampak mewah."Aku pasti datang." Freya menjawab dengan tegas."Jangan lupa bawa pasanganmu juga," ucap Barry memberikan senyuman meremehkan."Tenang saja, aku akan membawa pasanganku." Freya menaruh undangan tersebut dalam tasnya."Sudah tidak ada kepentingan lagi 'kan?" tanya Freya sinis. "Kalau memang sudah tidak ada kepentingan lagi, lebih baik kamu pergi sekarang juga." Dengan tegas wanita cantik itu mengusir mantan suaminya."Oh ... ternyata kamu sudah semakin sombong sekarang?" cetus Barry tidak terima dengan perlakuan mantan istrinya. Freya menatap Barry dengan dingin, bibirnya mengerucut dalam ekspresi yang pe

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 36

    Aarav merasakan gelombang ketegangan yang menjalar melalui tubuhnya. Kata-kata Sisca menggema dalam pikirannya, memunculkan kekhawatiran yang belum sempat dia tanggapi. Bagaimana ia bisa menjelaskan kepada orang tuanya tentang kondisi Freya tanpa mengungkit masa lalunya yang rumit?Freya merasakan perubahan dalam diri Aarav, dan dengan lembut, dia meremas tangannya. "Aku tahu ini sulit," bisiknya, "Tapi aku yakin mereka akan mengerti, terutama setelah mereka mengenalku lebih baik."Aarav menatap mata Freya yang penuh keyakinan. Keberanian dan ketulusan dalam dirinya memberikan dorongan yang ia butuhkan. "Aku akan berbicara dengan mereka," jawabnya akhirnya, menghela napas panjang. "Orang tuaku memang sangat konservatif, tetapi mereka selalu menginginkan yang terbaik untukku. Aku yakin mereka akan menerima Freya dan anak-anaknya, meskipun mungkin butuh waktu."Sisca tersenyum penuh pengertian, mengetahui bahwa Aarav akan menghadapi tantangan yang berat. Tanpa pikir panjang, wanita sete

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 35

    Malam itu menjadi malam yang membahagiakan bagi Aarav, sebab Freya sudah mau terbuka padanya. Bahkan dia merasa hubungan mereka semakin dekat saja, bahkan perihal pertemuan orang tua mereka masing-masing. Sebenarnya ada rasa takut dalam hati wanita cantik itu karena selama ini telah bersikap tidak baik pada kedua orang tuanya karena memaksa menikah dengan Barry. "Kalau memang kamu belum siap bertemu dengan kedua orang tuamu, biarkan aku saja yang menemui mereka untuk meminta restu," ujar Aarav memberikan usulan."Gak bisa, Aarav. Tidak semudah itu, kedua orang tuaku keras. Terlebih, mereka pasti tidak tahu kalau aku sudah berpisah dari Barry." Freya berusaha untuk tidak membuat Aarav kesulitan jika harus meminta restu, apalagi pernikahan mereka bisa dibilang palsu. "Lantas, bagaimana kita akan menjelaskan pada Mamaku?" tanya Aarav penasaran. "Aku juga gak punya solusi." Freya ikut kebingungan. Sudah tidak ada jalan keluar, jadi pria itu pun memiliki ide untuk memperlancar pernikah

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 34

    Hera menghentikan mobil Aarav secara tiba-tiba, lalu mulai mengancam untuk tidak ikut campur dengan urusannya dengan Freya. "Aku tidak bermaksud ikut campur, aku dan dia akan menikah." Aarav mulai berterus terang. Hera terpaku sejenak, menatap Aarav dengan mata menyala penuh amarah. "Menikah? Dengan Freya?" suaranya bergetar, antara tidak percaya dan marah. "Kau pikir ini lelucon? Kau bahkan tidak tahu siapa Freya sebenarnya."Aarav menatap Hera dengan tenang, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu lebih dari yang kau kira, Hera. Freya adalah wanita yang luar biasa, dan aku mencintainya."Hera menggelengkan kepala, bibirnya mengecil menjadi garis tipis. "Kau benar-benar tidak mengerti. Urusan ini jauh lebih rumit daripada yang kau bayangkan. Freya memiliki masa lalu yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Dan sekarang, kau sudah terlibat terlalu dalam."Aarav merasakan ada sesuatu yang gelap dan tidak terkatakan di balik kata-kata Hera. "Apa maksudmu? Masa lalu apa yang begitu mengerika

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 33

    "Sudah lama kenal Aarav? Dan kapan kalian jadian terus memutuskan untuk menikah?" tanya Jenar penasaran. Akan tetapi, Freya gugup dan tidak tahu harus menjawab apa. Beruntung pria tampan itu langsung menjawab dengan senyum tenang."Sebetulnya, kami baru kenal satu bulan," ujar Aarav dengan nada santai. "Saat itu, aku merasa ada sesuatu yang istimewa di antara kami. Jadi, aku langsung mengajaknya menikah."Jenar tercengang mendengar jawaban dari putranya. "Satu bulan? Serius? Kenapa secepat itu?""Kan Mama sendiri yang bilang aku harus secepatnya menikah, ya sudah kalau kita sudah sama-sama cocok. Mau tunggu apalagi?" cetus Aarav memberikan senyuman."Ya gak gitu juga, Aarav. Tetap saja, kamu harus melihat dari segi bibit, bebet dan bobotnya. Gak bisa langsung ajak nikah begini. Kalau ternyata dia keturunan dari keluarga yang tidak baik-baik gimana?" bisik Jenar dengan nada yang begitu pelan agar tidak didengar oleh Freya. "Mama tenang saja, tidak usah khawatir. Aku yang lebih tahu ba

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 32

    Freya masih menatap Aarav dengan mata membulat. Kepanikan bercampur kebingungan jelas terlihat di wajahnya. Aarav menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat."Freya, aku tahu ini mendadak dan mungkin membuatmu tidak nyaman. Tapi Mama itu sangat tradisional. Dia ingin bertemu dengan calon menantunya sebelum pernikahan, bahkan jika itu hanya pernikahan kontrak," jelas Aarav dengan nada tenang namun tegas.Freya menggeleng pelan. "Tapi Aarav, kita tahu pernikahan ini hanya formalitas. Mengapa harus melibatkan keluargamu? Tidak bisakah kita menjaga jarak dari hal-hal pribadi seperti ini?"Aarav terdiam sejenak, memikirkan jawabannya. "Aku mengerti perasaanmu. Namun, Mama tidak akan menerima begitu saja kalau aku menikah tanpa mengenalkanmu. Dia sudah banyak berkorban untukku, dan aku tidak ingin mengecewakannya."Freya menggigit bibirnya, pertanda pikirannya sedang berkecamuk. Di satu sisi, dia memahami pentingnya memenuhi harapan keluarga Aarav. Namun, di sisi

  • Kontrak Cinta sang Janda   Bab 31

    Jelas saja Freya mengambil uang yang diberikan oleh mantan suaminya."Aku harap kamu tidak meminta uang ini kembali setelah diberikan kepada anak-anak." Freya kembali mengingatkan. Mantan suaminya menghela napas panjang. "Aku tahu, Freya. Aku tidak akan meminta kembali. Ini untuk mereka."Freya mengangguk pelan, matanya menunjukkan rasa lega meski ada bayang-bayang kekhawatiran. "Baiklah, terima kasih, Barry. Anak-anak sangat membutuhkan ini untuk masa depan mereka."Barry mengangguk. "Bagaimana kabar mereka?" tanyanya, suaranya lembut namun penuh perhatian."Anak-anak baik-baik saja," jawab Freya. "Kamu gak usah khawatir, selama calon istrimu itu tidak mengganggu kehidupan kami lagi." Barry tidak bisa mengatakan apa pun lagi, melainkan berlalu pergi begitu saja. Freya menatap punggung Barry yang menjauh, menghela napas dalam-dalam. Setelah sejenak menenangkan diri, dia berjalan menuju kafe terdekat tempat dia berjanji untuk bertemu Aarav. Jalanan kota siang itu tidak terlalu ramai

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status