Share

D U A P U L U H D U A

“Cincinnya bagus.” Mahesa membuka pembicaraan setelah keheningan lama yang hadir di antara dirinya dan Indira,  dan hal pertama yang keluar dari mulutnya adalah mengomentari benda berkilau di jari Indira.

Indira meletakkan cangkir kopinya, melirik jari manis kanannya, kemudian tersenyum kecil. “Iya, dong. Dari Adrian,” sahutnya dengan dagu terangkat. “Kok lo enggak bilang-bilang kalau mau ke Paris?”

“Itu, aku—”

“Jangan-jangan lo kangen ya sama gue? Mama bilang, lo masih keinget-inget gue,” potong Indira.

“Bukan keinget, tapi kebiasaan aja.”

Indira mencebik. “Apa susahnya sih ngaku kalau emang kangen!” gerutu Indira. “Gue pikir lo sibuk ngurusin cewek lain, ternyata masih inget kalau punya istri?”

“Kamu marah?”

Indira membuang muka, melihat orang-orang yang lalu-lalang di trotoar Paris.

“Enggak! Ngapain ju

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status