Share

Amarah Alen

Author: Suzy Ru
last update Huling Na-update: 2022-01-17 14:50:20

Senyum Naya memudar saat  suara itu bukan suara Alen.  Ia mendongak dan terkejut saat orang yang memanggil dirinya adalah orang yang seumuran dengan almarhum ayahnya.

 Sesaat, sudut matanya mengerut. Ia bingung dengan sikap orang itu yang terus tersenyum manis ke arahnya."Siapa dia? Kenapa dia  tersenyum kepadaku? Apa dia temannya Ayah?" tanya batin Naya menebak seraya melihat orang itu dengan tajam.

Hentakan kakinya mulai mendekat menghampiri Kanaya.

"Selamat siang, Pak Lukman!"  

Kanaya terbelalak kaget. Ia menoleh ke belakang. Kedua mata indahnya mengerling dan seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut salah satu orang yang mengejar dirinya.

"Pak Lukman? Jadi, orang ini adalah pak Lukman?" tanya batin Naya melirik ke arah pak Lukman kembali. 

Perlahan, ia mulai berdiri. Kedua kakinya merapat dan berjalan mundur saat pak Lukman melangkah mendekati dirinya. Kanaya menghela nafas seraya melipat bibirnya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri melihat mereka yang mulai mengelilingi dirinya.

"Kanaya, bisa kita bicara sebentar?" tanya pak Lukman dengan manis. Kumis tebal dan kedipan matanya  membuat Naya merasa sangat risih.

"Ya  Tuhan, aku tak bisa membayangkan jika aku menikah dengan orang seperti dia Orang yang terlihat begitu playboy," gumam batin Naya menegak salivanya dengan paksa. 

"Kanaya?" tanya pak Lukman yang mencoba memegang wajah cantik kanaya yang berada di depannya.

Spontan, Naya menangkis tangan tua yang tertutup dengan jas hitam itu dan berkata, "Bapak, mau bicara apa? Bukankah urusan kita sudah selesai?"

Pak Lukman mengernyit seraya tersenyum tipis. Ia sangat suka melihat Naya yang begitu jual mahal.

"Inilah yang aku suka padamu," kata batin pak Lukman tak berhenti menatap Kanaya.

"Bisa kita bicara di mobil?" pinta pak Lukman seraya mengedipkan matanya.

Kedua mata Naya menyipit. Ia mulai menghela nafas dan menegakkan tubuhnya kembali. Ia tak mau terlihat lemah di hadapan mereka.

"Bicara di sini saja! Saya akan mendengarkan Anda dengan baik," ujar Naya seraya menopangkan kedua tangan di dada.

"Kanaya, kamu sangat cantik sekali! Alangkah baiknya, jika kamu mau menikah dengan saya," ucap pak Lukman yang begitu percaya diri.

Naya tersenyum tipis. Kedua matanya memicing menatap lelaki tua yang terlihat begitu bringas.

"Pak Lukman, saya tidak bisa menikah dengan Anda. Bukankah hutang saya sudah lunas?" ujar Naya yang membuat senyum pak Lukman memudar seketika."Maaf, saya harus pergi!" gegas Naya melangkah pergi. Tapi, lagi dan lagi Naya tak berkutik saat mereka  menangkapnya.

"Hei, apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku! Lepaskan! Tolong ... tolong ...," teriak Naya memberontak.

"Maafkan saya, Nona Inzen. Kami hanya menjalankan tugas," ucap Roy mulai mengikat kedua tangan Kanaya dan menutup mulutnya dengan lakban hitam. 

"Lepaskan!" teriak Naya yang suaranya terhenti di lakban hitam. Sesaat, sudut matanya memicing ke arah Lukman yang terlihat begitu bahagia.

"Ya Tuhan, kenapa hidupku terombang-ambing seperti ini," gumam batin Naya pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Sesaat, sebuah penyesalan datang menghampirinya. Ia sangat menyesal meninggalkan rumah Alen.

Naya mengernyitkan dahi. Kedua bola mata indahnya berbinar dan tak bisa menghentikan tangan Lukman yang menyentuh dagunya.

"Maafkan aku, Sayang!" kata pak Lukman dengan senyum manisnya."Bawa ke mobil!"

Rongggg ronggggggg

Suara motor balap menghentikan langkah mereka. Semua mata tertuju pada sekelompok motor balap yang menuju ke arah mereka.

"Pak, bukankah itu teman-temannya mas Alen?" ujar Roy memicing menatap mereka menghentikan kendaraan secara bersamaan. 

 Kanaya menyeringai. Ia tak  menyangka jika Alen menolong  dirinya lagi. Senang dan bahagia itulah yang ia rasakan saat ini. Sosok lelaki yang baru ia kenal begitu peduli kepadanya. Meskipun, Alen mempedulikan dirinya hanya demi sebuah kontrak belaka.

"Bocah sombong itu! Benar-benar," ujar Pak Lukman menghela nafas panjang seraya menopangkan kedua tangan di pinggang. Ia tak menyangka jika ia selalu mencampuri urusannya.

"Lepaskan dia!" ketus Alen berjalan menghampiri.

Pak Lukman menyeringai. Dengan gaya perfectnya, ia membuka kacamata hitam yang menutupi kedua matanya.

"Tidak, aku tidak akan melepaskan dia apalagi menyerahkannya padamu. Tidak, Alen Towsar! Tidak akan!" tutur pak Lukman mengernyit.

Alen menatap Naya yang juga menatap dirinya. Kedua bola mata Naya berbinar seakan ingin mendapatkan belas kasihan dari dirinya.

"Apa saya harus membawanya ke jalur hukum untuk mengurus ini semua?" tegas Alen."Dan saya pastikan, Anda dan semua anak buah Anda membusuk di penjara!" gertak Alen mengejutkan kelima anak buah pak Lukman.

"Pak ...," lirih Roy mengernyit dan terdiam saat pak Lukman mengkodenya untuk diam.

"Itu tidak akan terjadi, Alen Towsar. Karena aku akan menyerahkan semua uang yang kamu berikan padaku!"  jawab pak Lukman yang tak mau mengalah."Aku juga sangat heran kenapa kamu merelakan uang tabungan kamu untuk menebus semua hutang Kanaya? Bukankah dari dulu, kamu sama sekali tak tertarik pada seorang wanita?" 

"Bukankah saya pernah bilang, she is mine!" tegas Alen yang mengejutkan Naya. Kata-kata yang selalu di dambakan setiap wanita.

"Dan, apa Anda lupa dengan apa yang telah Anda perbuat pada keluarga saya?" Pertanyaan Alen yang mengagetkan Kanaya. Kanaya bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya pada mereka.

"Saya tidak takut, Alen Towsar!" jawab Lukman sinis.

Alen memicing. Tangan kanannya mengepal dan bersiap menonjok ke arah wajah pak Lukman.

Buk

Pak Lukman tersungkur.

Naya mengerling. Ia tak berhenti menatap Alen yang sangat membenci pak Lukman sebegitunya.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa mereka memiliki dendam satu sama lain?" tanya Naya terkejut saat tangannya terlepas dari genggaman Roy.

Dengan cepat, Naya berlari menjauh dari perkelahian yang terjadi pada mereka. Langkahnya terhenti saat melihat bongkahan batu yang mungkin bisa memutuskan tali yang mengikat tangannya. Dengan sekuat tenaga ia duduk dan menggosok tali itu pada batu besar yang ada di depannya.

"Ya Tuhan, sulit sekali!" gumam batinnya terkejut saat Alen melepas tali tersebut.

Dengan hati-hati, Alen juga melepas lakban yang menutup bibir mungil milik Kanaya. 

"Makasih, Mas!" kata Naya menyeringai. 

"Kita pergi!" kata Alen menarik tangan Naya menuju ke arah motornya.

Kanaya menegak salivanya dengan paksa. Pandangan matanya tertuju ke arah pak lukman dan anak buahnya yang tak berkutik saat teman-teman Alen menghadang mereka. 

Jentikan tangan membuyarkan lamunan Naya.

"Naik!" seru Alen.

"Iya!" jawab Naya memakai helm dan mulai menaiki motor balap yang tidak pernah ia naiki sebelumnya."Sudah, Mas!"

Alen mendesah melihat Naya sangat canggung saat bersamanya. Dengan cepat, ia  meraih kedua tangan Naya agar melingkar di pergelangan pinggangnya yang sispex. 

Naya tak berhenti mengerjap. Jantungnya berdetak begitu kencang saat tubuhnya menempel di punggung Alen. Aroma wangi tubuh Alen begitu terasa hingga membuatnya tak mau lepas dari pelukan tersebut.

"Alen Towsar, berani-beraninya kamu memperlakukan aku seperti ini," gumam batin Pak Lukman menahan sakit seraya menatap ke arah mereka yang pergi begitu saja.

*****

Laura menghampiri mamanya yang terdiam seraya berpikir. Terlihat jelas di raut wajah sang mama menyimpan sesuatu yang tidak ia ketahui.

"Ma, ada apa?" tanya Laura duduk di samping mama Dina. 

"Hah, mama bingung! Bisa-bisanya Kanaya kabur dari pak Lukman. Trus, bagaimana caranya mama membujuk dia agar mau menikah dengan pak Lukman?" ujar Mama Dina mengejutkan Laura.

"Kanaya kabur?"

"Ya. Dan pak Lukman mengancam mama kalo mama tak berhasil membujuk Kanaya, pak Lukman akan menarik semua fasilitas yang ia kasih pada kita."

Laura terbelalak kaget. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana kehidupan ia dan mamanya jika kemewahan itu hilang begitu saja.

"Oh My God! Bagaimana kalo rumah ini, mobil dan barang-barang mewah lainnya hilang dariku? Semua teman kuliahku pasti  akan menghinaku habis-habisan," gumam Laura mondar-mandir ke sana kemari.

"Makanya, kamu bantu mama membujuk Kanaya. Kalo perlu, kita paksa dia!" kata Mama Dina.

"Tapi, Ma. Bagaimana caranya membujuk Kanaya? Kanaya pasti sudah tau kalo mama yang menjaminkan dia pada pak Lukman," kata Laura mengingatkan mamanya.

"Ya, trus bagaimana lagi? Mama juga bingung. Apa perlu kita menyuruh orang untuk menculiknya?"

*****

Sesampai di rumah, Alen menarik tangan Naya begitu kuat. Langkah kakinya seakan terburu-buru membawa Naya untuk menaiki anak tangga yang menjulang tinggi di rumahnya.

Sesaat, Naya mengerling saat Alen melewati kamar yang ia tempati.

"Mas Alen, kenapa mas Alen?" tanya Naya terkejut saat Alen membawanya masuk ke kamar yang lain.

Naya terperangah saat dirinya hampir terjatuh saat Alen mendorongnya begitu keras.

Ceklek

Alen mengunci pintunya dan berjalan ke arahnya dengan tatapan penuh amarah yang memuncak.

"Mas Alen,"  ujar Naya menegak salivanya dengan paksa. Kedua mata indahnya mengerling melihat Alen yang terus membuatnya berjalan mundur.

Naya terjatuh tepat di atas ranjang.

"Mas Alen ...," kata Naya tak berhenti mengerjap. Detakan jantungnya kian menjadi saat Alen memegang kedua tangannya dengan kuat. 

"Berani-beraninya kamu melanggar kontrak perjanjian kita! Bukankah kamu sudah berjanji akan melakukannya dengan baik sampai kontrak itu berakhir?" ketus Alen sangat marah. 

 Naya terdiam dan tak mampu berkata-kata. Bibirnya bergetar, mulutnya seakan terkunci dan tak mampu berucap lagi.

"Maaf. Maafkan aku!" jawab Naya terhenti.

"Kamu benar-benar membuatku kecewa! Dan seharusnya aku menyentuh tubuh kamu ini dulu, agar kamu tidak lari dariku," ucap Alen yang bersiap menjamah tubuh Naya.

"Mas Alen, tolong jangan lakukan itu!" kata Naya memohon. Kedua matanya berbinar dan seakan tak mampu menahan air mata yang berkumpul di kelopak mata.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Kebahagiaan yang sesungguhnya

    Aroma parfum Diego juga tercium jelas olehnya. Ia mendongak dan terkejut saat dirinya juga tak sadar akan tingkahnya yang dengan mudahnya bersandar di bahu bodyguard sang kakak.Oh my God! Apa yang aku lakukan? Bisa-bisanya aku bersandar di bahu Diego? batin Rania seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Lentik bulu matanya tak berhenti mengerjap. Dengan perlahan, ia mengangkat kepala dan mencoba menjauh dari pelukan Diego."Hush hush, Sayang. Kamu ingin cepat pulang, ya? Yuk! Kita ke mobil duluan. Tunggu papa dan mama di sana saja, ya!" ucap Rania mencoba menenangkan bayi yang ia gendong. Sebuah trik untuk menjauh dari Diego tanpa mengeluarkan kata-kata. Diego mengernyit. Jemari tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya menatap wanita yang telah membuat perasaannya tak karuan."Rania, tunggu!" gegas Diego mengikuti langkah Rania.Alen melepas pelukannya. Ia menyeringai seraya membelai rambut indah istrinya yang terikat."Siapa yang mengikat rambutmu?" tanya Alen menyapu

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Perubahan Arga

    "Aku sangat merindukan kakak. Aku akan memeluk tubuh kakak yang hangat itu sebagai pengobat rinduku selama dua tahun ini!" Naya terperangah dan tak percaya mengingat kembali sebuah pesan yang membuat dirinya cemburu buta dan mengharuskan pergi dari rumah.Ya Tuhan, apa iya dia Rania yang mengirim pesan pada suamiku itu? batin Naya bertanya. Bibirnya merapat, ia seakan tak mampu menegak salivanya sendiri saat pikiran itu terus menaungi dirinya."Kamu mengenal suami saya?" tanya Naya penasaran.Rania tersenyum senang. Mungkin waktu ini sangat tepat untuk meminta maaf pada Naya dengan apa yang ia perbuat. Sebuah pesan yang seharusnya tak ia lakukan di saat Alen sudah mempunyai istri.***Ana Towsar seakan tak percaya dengan keputusan putranya itu. Meninggalkan rumah mewah yang sudah ia tempati beberapa puluh tahun lamanya."Sebenarnya apa sih yang ada di otak kamu, Ga? Bagaimana mungkin kita tinggal di rumah seperti ini? Kamu kan tau, penyakit mama akan kambuh jika hidup kekurangan seper

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Kecurigaan Kanaya

    Alen menoleh. Alisnya bertaut saat mendengar nama Rania terlontar dari percakapan pengendara lain.Rania, apa yang mereka maksud adalah Rania adikku? batin Alen bertanya.Tanpa pikir panjang. Alen mengambil ponsel miliknya yang berada di dalam saku celana. Dua bola matanya mengerling saat membuka pesan dari Rania."Kak, sampai mana? Kak Naya membutuhkan donor darah secepatnya." Pesan singkat yang membuat Alen seakan tak mampu menegak salivanya sendiri.Ya Tuhan, apa naya dalam bahaya? Alen buru-buru memasukkan ponselnya dan segera meluncurkan motor balapnya dengan cepat saat lampu merah berganti hijau.Di tengah perjalanan, Alen menghentikan laju kendaraannya lagi. Ia mendesah sebal saat beberapa orang membuat keributan di jalan menuju arah vila.Alen membuka helm. Sudut matanya mengerut melihat para petani yang terlihat begitu melas dan lelah.Apa yang mereka lakukan pada para petani itu? batin Alen mulai melangkah. Tanpa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, ia melangkah men

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Rencana Ana Towsar

    Apa iya Naya yang di maksud Rania? Mana mungkin dia akan melahirkan. Usia kandungannya kan baru tujuh bulan dan .... kata batin Alen terhenti saat melihat naya terbaring kesakitan seraya memegang perut besarnya.Naya! kata Alen seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Kak, cepetan ke sini!" kata Rania membuyarkan lamunan Alen."Aku akan segera ke sana!" gegas Alen mematikan ponselnya seketika.Naya menoleh saat mendengar suara yang tak asing baginya. Suara khas yang selalu membekas dalam benaknya."Hah, syukurlah! Akhirnya Kak A ...," kata Rania terhenti."Maaf, apa boleh saya pinjam ponselnya?" Naya beralih posisi untuk berbaring ke kanan. Ia mencoba untuk tersenyum meski dirinya merasakan sakit akan kontraksi yang terus melanda."Oh, tentu saja. Silahkan!" Rania melangkah menghampiri dan menyodorkan ponsel miliknya. "Terimakasih!" jawab Naya dengan cepat mengetik nomor milik Alen. Namun, jemari tangannya terhenti saat ia lupa akan nomor milik suaminya.Senyum manisnya mengemban

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Pertolongan Rania

    Saking penasarannya, ia menyentuh air tersebut. Naya terperangah dan terkejut saat meyakini air itu adalah air ketuban."Ya Tuhan, apa aku akan melahirkan sekarang?" Naya duduk seraya memegang perutnya. Ia menoleh ke arah jalan yang sama sekali sepi dari kendaraan. Dahinya mengernyit, bibirnya merapat menahan rasa sakit yang semakin menjadi.Mas Alen, bagaimana ini? Aku tak mau terjadi sesuatu pada anak kita!" ucap batin naya mengatur nafasnya secara perlahan.Naya menoleh saat mendengar suara hentakan kaki mengarah padanya. Senyumnya mengembang dan dengan sekuat tenaga mencoba bangkit untuk meminta pertolongan. Sosok wanita berambut pendek berlari ke arahnya."Kakak, Kakak baik-baik saja?" tanya Rania memegang tangan Naya yang penuh dengan keringat."Tolong saya! Tolong bawa saya ke rumah sakit sekarang!" pinta Naya menahan sakit sembari memegang perutnya.Alis Rania bertaut melihat kaki Rania mengalir sebuah air ketuban.Apa kakak ipar mau melahirkan? Bukankah Kak Alen bilang kalo

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Sepeda

    Mau kemana dia? Kenapa dia pergi begitu saja?" tanya Naya memanyunkan bibirnya.Tubuhnya lemas dan kecewa akan sikap Alen yang mengacuhkan dirinya. Kedua matanya menatap makanan yang sudah ia tata dengan rapi. "Setidaknya ia memakannya sedikit saja sebelum pergi. Tak tau apa, betapa kerasnya aku menyiapkan semua ini! Pasti dia pergi untuk menemui Rania itu," gerutu Naya mendesah sebal.Beberapa menit kemudianCeklekNaya menoleh menatap ke arah pintu tersebut. Senyum manisnya tertoreh dan berharap Alen kembali untuk makan dengannya.Dia kembali! gegas Naya beranjak dari duduknya. Namun, harapannya sirna. Naya terkejut. Ia tersenyum tipis saat melihat orang yang menjadi tempat curhat saat ia ada masalah datang menghampiri dirinya."Naya, maaf! Ibu lancang masuk ke sini. Habisnya pintunya tak teekunci," kata Bu Angel berjalan menghampiri."Tak apa, Bu. Memang pintu itu terbuka lebar untuk menyambut kedatangan Bu Angel," tutur Naya tersenyum.Bu Angel menoleh menatap beraneka mgakanan

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Mencoba bersabar

    Ya Tuhan, siapa orang itu? Kenapa dia masuk dalam villa ini? Apa yang harus aku lakukan? Mas Alen, aku takut!"Mbak Naya, jika mbak tidak mau pulang. Jangan lupa kunci semua pintu ya, Mbak. Dan jangan keluar di waktu malam hari!" Perkataan Diego yang kembali melintas dalam benaknya. Bibir Naya merapat. Jemari tangannya menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya. Keringat dingin mulai keluar mengimbangi rasa takut yang menguasai dirinya.Perlahan, tangannya turun memegang perut yang terasa menggetarkan tubuhnya.Sayang, maafkan mama, ya? Tak seharusnya mama membiarkanmu ikut cemas seperti ini! gumam batin Naya menghela nafas panjang.Apa orang ini adalah orang yang akan mencelakaiku? batin Naya bertanya. Jantungnya kian berdegup kencang saat hentakan kaki terdengar mengarah padanya. Mas Alen, bagaimana ini? Apa aku benar-benar berpisah sebelum aku bertemu denganmu? Mas Alen, aku ....DegSudut mata Naya mengernyit. Ada sedikit cahaya yang menembus di antara kegelapan yang berad

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Ketakutan Kanaya

    "Sekarang kamu tau kan, siapa orang yang membuat istri kakak ngambek?" tanya Alen."Jadi, ini semua karena aku?" tanya Rania seakan tak percaya jika dirinya adalah penyebab kaburnya kanaya."Ya Tuhan, Kak Alen! Aku minta maaf, ya?" "Sudahlah! Kamu tak perlu merasa bersalah. Kakak akan mengatasi kesalah pahaman yang terjadi ini," tutur Alen mematikan rokoknya."Tapi, Kak. Aku merasa bersalah banget membuat kakak ipar salah paham gegara pesanku itu." Bibir Rania memanyun. Raut wajahnya yang biasanya selalu ceria mendadak suram akan masalah yang terjadi.Alen menghela nafas panjang. Tangannya dengan lembut mengusap rambut pirang yang dimiliki Rania. "Percayalah! Kakak akan menyelesaikan ini semua dengan cepat. Kakak juga tak sabar memperkenalkan kamu dengan dia. Memperkenalkan adikku yang belum dia ketahui," ujar Alen mencoba menenangkan hati Rania.Drt ... Drt. ...Diego calling ...Tanpa banyak buang waktu, Alen mengangkat telepon dari bodyguard tersebut. Berharap apa yang ia rencanak

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Salah paham

    Alen mengeryit dan terbelalak kaget saat melihat chat dari Diego."Mas, Mbak Naya keluar dari rumah!"Pesan dari Diego yang membuat Alen terkejut setengah mati. Spontan, Alen menghubungi Diego. Jari jemari tangannya meraih jas yang ia letakkan di bahu kursi putarnya."Diego, kamu di mana?" tanya Alen begitu panik. Suaranya yang lantang membuat Rania terbangun dari tidurnya. Mata yang masih sayu menoleh menatap Alen yang terlihat begitu panik. "Apa yang terjadi, Kak?" tanya Rania menghampiri Alen."Rania, Kakak harus pulang sekarang. Istri kakak keluar dari rumah," gegas Alen pergi meninggalkan Rania seorang diri."Keluar dari rumah?" tanya Rania mengernyitkan keningnya. Jari jemari tangannya mulai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Apa emang begitu ya, kalo hidup berumah tangga?"Di mobil, Naya terdiam seribu bahasa. Dua bola matanya tak berhenti menatap ke arah jendela mobil yang memperlihatkan pemandangan indah di sepanjang perjalanan.Bisa-bisanya mas Alen bermain di bel

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status