Ruang rapat utama Dirgantara Group berubah menjadi ladang strategi pagi itu. Arka duduk di ujung meja, mengenakan setelan hitam arang yang serasi dengan wajahnya yang dingin dan penuh konsentrasi. Di sisi kanan, Cynthia duduk bersama dua staf legal di sisi kiri, Ayla dan Bu Dina.
Di layar besar terpampang headline dari lima media berbeda semuanya dengan angle berbeda, tapi punya satu benang merah “Skandal keluarga Ramadhani” dan “istri misterius sang CEO.”“Gambar yang bocor itu diambil dari rooftop apartemen saya. Sudut pengambilannya terlalu tajam untuk kamera biasa. Ini kerja orang dalam atau seseorang yang tahu persis kebiasaan kita,” ujar Arka sambil mengetukkan jarinya ke meja.“Saya sedang koordinasi dengan tim keamanan properti dan IT internal,” jawab Cynthia cepat.Ayla menunduk. Meski tidak salah, rasa malu dan sesak tetap menyelimutinya. Ini bukan hanya tentang dirinya, tapi juga tentang bagaimana dirinya bisa jadi celah bagi lawan bisnHujan turun malam itu. Tidak deras, tapi cukup membuat jendela apartemen dipenuhi titik-titik air. Ayla duduk di tepi ranjang, memeluk lutut, mengenakan hoodie tipis miliknya. Di luar kamar, suara TV terdengar samar. Arka sengaja tidak masuk, memberinya ruang.Tapi ruang itu justru membuat pikirannya semakin gaduh.Nama Naira berputar-putar di kepalanya. Tak ada alasan jelas untuk merasa cemburu setidaknya secara logika. Tapi hati tidak pernah sejalan dengan logika. Ia hanya wanita biasa yang tiba-tiba harus berdiri di sisi seorang pria dengan masa lalu serumit Arka Dirgantara.Pernikahan mereka... kontrak.Namun perasaan Ayla terhadap Arka perlahan mulai bergerak, menyusup ke celah-celah yang tidak bisa ia cegah. Dan kini, ada orang dari masa lalu Arka yang kembali cantik, pintar, punya koneksi kuat. Seseorang yang seharusnya cocok dengan dunia Arka, bukan dirinya.Telepon genggamnya bergetar. Pesan masuk dari Andra.“Kamu baik-baik aja, Ay? Aku baca berita merger Dirgantara. Kayakny
Langit Jakarta mendung sejak pagi. Di ruang rapat lantai 20 Dirgantara Group, suasana terasa tegang. Ayla duduk di sisi kanan meja, diapit oleh dua staf divisi merger. Arka berada di ujung meja, tenang seperti biasa, meski matanya tajam memperhatikan tiap detail dokumen yang dibahas."Jadi, pihak konsultan keuangan dari perusahaan mitra meminta klarifikasi atas isu keluarga yang sempat mencuat di media minggu lalu," ucap Reza, salah satu tim merger.Ayla menegang. Ia tahu yang dimaksud tentu tentang dirinya dan Andra. Meski Arka sudah mengatur klarifikasi resmi, tetap saja keraguan masih tertinggal di benak beberapa pihak."Sudah saya tangani. Klarifikasi sudah dikirim ke semua pihak, termasuk penyataan tertulis dari tim legal," jawab Arka singkat.Namun saat rapat bubar, Ayla nyaris lengah ketika seorang pria menghampirinya di lorong kantor."Ayla Ramadhani, ya?" sapa pria itu ramah, mengenakan jas abu-abu gelap.Ayla mengangguk ragu. "Iya. Maaf, Anda...?""Saya Mario, dari salah sat
Gemuruh hujan turun deras membasahi jendela kaca kantor Dirgantara Group. Pagi itu, suasana di ruang rapat utama terasa jauh lebih tegang dari biasanya. Para petinggi duduk berjejer, sebagian besar dengan ekspresi waspada. Ayla duduk di dekat Arka, berusaha terlihat tenang meski hatinya berdebar tak karuan.Kevin duduk menyilangkan kaki, wajahnya santai namun matanya menyapu tajam ke seluruh ruangan.“Agenda utama hari ini,” ucap Bu Dina, membuka rapat, “adalah membahas reaksi publik pasca bocornya laporan investigasi dari media tentang hubungan personal antara Ny. Ayla Ramadhani dengan salah satu pihak terkait proses merger.”Beberapa pasang mata langsung melirik ke arah Ayla. Arka menyandarkan punggungnya, memasang wajah tak terganggu. Tapi tangannya di bawah meja mengepal.“Saya ingin menegaskan,” ucap Kevin datar, “bahwa opini publik tidak bisa dianggap sepele. Apa pun yang menyangkut integritas perusahaan, terutama di tengah proses merger sebesar ini, akan jadi sorotan.”“Dan say
Pagi itu Ayla datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Ia pikir, dengan datang lebih cepat, ia bisa menenangkan pikirannya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Setiap detik terasa seperti menunggu sesuatu yang tak diinginkan.Setelah meletakkan tas di mejanya, ia menatap layar monitor yang masih gelap. Tangannya bergerak, tapi pikirannya mengembara kembali ke pesan malam itu."Ternyata kamu berubah juga, Ayla. Tapi apakah kamu siap kalau aku kembali?"Pintu ruangannya diketuk. Cynthia muncul dengan wajah netral, tapi nada suaranya menyimpan sesuatu.“Ayla, ada tamu yang ingin bertemu. Dia tidak buat janji, tapi bilang ini penting.”Ayla mengernyit. “Siapa?”Cynthia menelan ludah. “Farel Satria.”Dunia Ayla berhenti berputar sejenak.“Dia… di mana?” tanyanya pelan.“Ruang tunggu tamu di lantai satu. Kami belum mengizinkan dia naik.”Ayla menarik napas panjang. Kepalanya menunduk. “Beritahu dia… aku akan turun sebentar.”Begitu Cynthia keluar, Ayla merapikan bajunya di cermin kecil d
Studio talkshow pagi itu dipenuhi lampu-lampu terang dan kru yang lalu-lalang cepat. Ayla duduk di ruang tunggu, mengenakan blouse putih sederhana dan blazer navy yang dipilihkan Cynthia. Riasan wajahnya tipis, nyaris seperti tak ada, tapi cukup untuk menunjukkan ketegasan.Tangannya masih dingin.Ia menatap pantulan dirinya di cermin rias. Masih perempuan yang sama. Tapi hari ini, ia bukan lagi hanya istri kontrak, bukan juga bayang-bayang dari nama besar Arka Dirgantara. Hari ini, ia bicara sebagai Ayla Ramadhani.“Siap, Mbak Ayla. Lima menit lagi kita mulai,” ucap seorang kru sambil memberi clipboard rundown.Ayla mengangguk. Suaranya belum keluar, tapi di dalam dadanya, ada detak yang semakin mantap.Di layar belakang panggung, sorotan visual menampilkan headline tentang merger, foto-foto Arka, dan potongan informasi tentang keluarga Ramadhani. Semuanya terasa bagaikan pusaran yang hendak menelannya hidup-hidup.Saat giliran Ayla tiba, pembawa acara menyambut hangat.“Pemirsa, kit
Pagi itu, Jakarta diguyur hujan deras. Langit gelap seperti mencerminkan suasana hati Ayla. Ia menatap layar laptop yang menampilkan laman berita dengan tajuk besar:"Skandal Keluarga Ramadhani: Kakak Ipar CEO Dirgantara Group Ternyata Terlibat Skema Penggelapan Dana!"Berita itu tak hanya memuat nama Andra, tapi juga foto lama keluarga mereka termasuk Ayla di antara gambar-gambar yang di crop dengan sengaja untuk menekankan kedekatan hubungan.Ayla menutup laptopnya. Tangan gemetar. Napas tersendat.Ia ingin marah, tapi yang lebih dulu datang adalah rasa malu. Sekujur tubuhnya terasa terbuka di hadapan publik yang tak ia kenal. Disorot, dikuliti, dan dihakimi.Ketukan di pintu membuatnya tersentak.Cynthia muncul dari balik pintu dengan wajah cemas. “Ayla… Pak Arka minta kamu ke ruangannya sekarang.”Ayla berdiri perlahan. “Beritanya udah nyebar, ya?”Cynthia menunduk pelan. “Bukan cuma nyebar. Trending. Nama kamu di mana-mana.”Ayla mengangguk. Ia menarik napas panjang, lalu melangk