Hidup Emily sangat tertekan. Bukan hanya dia lahir dari seorang istri siri, dia bahkan diputuskan oleh pacarnya yang lebih memilih bertunangan dengan putri sah. Dia juga dikhianati oleh calon suami di hari pernikahan. Untung saja ada seorang pria yang menawarkan pernikahan padanya. Saat di pesta perjamuan, seorang tamu agung datang. Dia terkejut saat melihat tamu agung itu begitu mirip dengan pria yang telah menikahinya.
Lihat lebih banyakPukul 8 pagi.
Emily menatap ponselnya dengan gelisah. Seharusnya Reza sudah datang untuk menjemputnya. Karena satu jam lagi mereka harus pergi ke Biro Urusan Sipil untuk mendaftarkan pernikahan. Entah sudah berapa kali Emily melakukan panggilan suara, namun tak satupun panggilannya dijawab. Puluhan pesan teksnya pun tidak dibalas , justru sekarang nomor Reza tidak aktif. ‘Bagaimana ini?’ Emily semakin gelisah. Dia takut pernikahannya hari ini gagal, dan dia akan kembali mendapatkan kesulitan dari ibunya. Jalan satu-satunya adalah menyusul Reza. Emily lalu menaiki taksi dan pergi ke rumah Reza. Dalam perjalanan, Emily sempat menghubungi Rania Hari ini, sahabatnya itu berjanji akan datang untuk menemaninya. Tetapi nomornya juga tidak aktif. Emily tidak banyak berpikir, mungkin Rania lupa karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Begitu sampai di tempat tujuan, Emily turun dari taksi dan segera berjalan ke rumah Reza. Pintu itu tertutup dengan rapat. “Reza!” Emily mengetuk pintu dan memanggil beberapa kali. Tetapi tidak ada jawaban. Apa Reza ketiduran? Tapi mana mungkin pria yang begitu bersemangat ingin menikahinya itu bisa melupakan hari penting seperti ini? Emily ragu-ragu. Tetapi ketika dia meletakkan tangannya di gagang pintu dan memutarnya pelan, pintu itu terbuka. "Tidak di kunci?" Dia bertanya pada dirinya sendiri. Dengan ragu-ragu, Emily melangkah masuk. Tidak ada siapapun di sana. “Apa Reza beneran ketiduran?” Gumam Emily sambil menatap ke lantai atas. Lalu dia segera naik ke lantai atas. Namun begitu dia berada di depan pintu kamar Reza, dia terkejut karena mendengar suara tidak asing dari dalam kamar itu. "Em, Reza, aku mencintaimu." Suara desahan dan manja wanita terdengar sangat jelas. Emily langsung membuka pintu kamar itu. Dan untuk beberapa detik... dia tercengang bukan main! Dia melihat sepasang pria dan wanita yang sedang bergumul di atas tempat tidur tanpa baju. Sang prianya adalah Reza dan yang lebih mengejutkannya adalah sang wanitanya ternyata Rania. "Apa yang kalian lakukan?!" Emily meneriaki mereka. Dua orang yang sedang bercinta itu seketika menoleh dan sama-sama terkejut saat menyadari kehadiran Emily. “Emily?” Mereka memanggil secara bersamaan dan sibuk menutupi tubuhnya. "Aku benar-benar tidak menyangka. Rania, kamu…" Emily tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Dia menatap Rania dengan marah sekaligus kecewa. Dia marah bukan karena Reza telah berselingkuh, tetapi… Kenapa harus Rania? Sahabat yang sangat ia percayai! Rania mengangkat wajahnya, lalu suaranya yang lembut menunjukkan rasa bersalah, "Emily, aku tahu ini salah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud," “Cukup!” Emily benar-benar merasa jijik pada Rania. Selama ini, persahabatan mereka sangat murni. Rania begitu baik dan pengertian. Ditambah lagi, Rania selalu ada di segala keadaannya. Di masa depan, mereka sepakat untuk bekerja keras. Memperkaya diri agar tidak ada lagi yang bisa menindas mereka. Tapi hari ini… Suhu badan Emily tiba-tiba naik. "Rania, kamu benar-benar keterlaluan. Apa sebenarnya yang ada di otakmu?!" Emily maju dan ingin menarik rambut Rania, tetapi Reza menahan tangannya dan mendorongnya dengan keras hingga dia hampir terjatuh. "Cukup, Emily! Sebaiknya kamu pergi dari sini! Kamu hanya mengganggu kesenangan kami saja." Kemarahan di hati Emily semakin membara. Kemudian dia menoleh dan menatap Reza. "Mulai hari ini kita putus! Aku, membatalkan pernikahan kita." Begitu dia selesai bicara, Emily langsung berbalik badan dan melangkah pergi. Namun, baru saja dia melangkah ke arah pintu, perkataan Reza membuatnya tertegun, "Kamu pikir aku rugi kalau kita tidak jadi menikah?” Langkah Emily terhenti, kemudian dia menoleh. "Apa maksudmu?" "Coba kamu pikir, siapa pria yang mau menikahi wanita murahan yang pernah tidur dengan banyak pria seperti kamu, hah? Kalau bukan karena bayaran yang tinggi, mana mungkin aku mau menerima perjodohan itu dari ibumu?" "Bayaran?" Emily tercengang. "Ya, ibumu membayarku supaya aku mau menikah denganmu. Kamu kira aku tidak tahu tentang skandalmu satu tahun yang lalu itu?" Emily kehabisan kata-kata…. Lidya… ternyata perempuan tua itu lagi. Dia hanya mengepalkan tangannya dengan erat. Kemudian, dia berbalik badan dan pergi meninggalkan tempat itu. Ada rasa hancur yang teramat sangat di hatinya. Bukan karena perselingkuhan Reza ini, tetapi karena Lidya dan Rania. Lidya adalah ibunya, tapi kenapa selalu memperlakukannya seperti seorang musuh? Lalu Rania… Emily benar-benar tidak bisa berpikir lagi, apa sebenarnya yang ada di pikiran ibu dan sahabatnya itu? Apakah mereka berdua sengaja berkolusi untuk menghancurkannya sampai seperti ini? Emily berdiri di pinggir jalan. Saat dia ingin menelpon taksi online, ponselnya tiba-tiba berdering. Lalu Emily mengangkat panggilan. "Halo." "Halo, Nona Emily. Kami dari Biro Urusan Sipil. Apa Anda lupa jika hari ini adalah jadwal pernikahan Anda? Silahkan datang. Kami sudah menunggu.” Emily tertegun,“Itu,..” Mata beningnya berkedip. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya terjadi di telepon, kan? "Baik, aku akan segera datang." Setelah menutup panggilan, Emily dengan cepat menyetop taksi yang kebetulan lewat dan segera pergi ke Biro Urusan Sipil. Tanpa memikirkan apapun lagi, Emily segera menemui petugas yang sedang menunggunya untuk memberitahu mereka jika dia ingin membatalkan pernikahannya. Petugas Biro terlihat kebingungan "Nona, apa yang terjadi?” "Itu…” Beberapa detik Emily terdiam. Dia tidak mungkin memberitahu mereka jika calon suaminya telah berselingkuh dan mereka baru saja putus. “Calon suamiku tidak bisa hadir hari ini... jadi.." sebelum Emily selesai melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba terdengar suara berat dari seorang pria dari arah belakang. "Mohon maaf, Nona. Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Anda." Emily menoleh. Dia melihat seorang pria bertubuh tinggi sedang berdiri disana. Pria itu memakai kemeja polos lengan pendek dan celana jeans. Namun yang unik, Rambut pria itu berwarna Blonde dengan panjang melebihi bahu dan diikat sedikit kebelakang. Tampak seperti urakan tetapi rapi. Sepatu yang dipakainya juga terlihat sederhana hingga pria itu memberi kesan pria biasa yang tanpa memiliki kelebihan apapun kecuali fitur wajahnya yang memang terlihat cukup tampan. Emily tertegun beberapa detik, lalu bertanya "Iya, ada apa?" Pria itu mengajak Emily keluar dari ruangan. "Begini, Nona. Tadi aku dengar, kamu ingin membatalkan pernikahan karena calon suamimu tidak bisa hadir." Emily menatap pria itu dengan penuh kecurigaan. "Ya benar. Tapi, apa urusannya denganmu?" Pria itu terbatuk kecil, "Begini, kebetulan aku datang ke sini juga untuk membatalkan pernikahan karena calon istriku tidak bisa hadir. Sepertinya kita punya permasalahan yang sama. Bagaimana kalau, kita menikah saja?”"Dalam keluargaku, tidak ada larangan tentang sebuah status. Syarat utama adalah, saling mencintai dan menerima satu sama lain. Selain itu tidak akan ada masalah. Jadi, siapapun istri dari cucuku Felix Widjaja, asal dia bahagia, maka aku akan merestuinya. Begitu juga dengan Kelvin Widjaja!"Selesai Tuan Tua berbicara, baru semua kembali tenang.Namun ketika mereka siap menyantap makanan yang sudah dihidangkan, lampu di ruangan itu tiba-tiba padam .Semua orang berteriak panik. "Ada apa ini? Apa ada pemadaman listrik?"Namun tiba-tiba lampu kembali menyala. Sedetik kemudian, sebuah layar televisi lebar yang menempel di dinding belakang mereka duduk juga menyala. Semua orang menoleh ke arah sana.Pemandangan itu membuat semua orang terkejut bukan main.Ketika layar televisi berputar dan menampilkan beberapa foto tidak senonoh seorang wanita dengan tiga pria sekaligus yang sedang berada di sebuah kamar hotel.Semua orang bisa segera mengenali jika wanita yang ada di dalam foto itu adal
Sementara Felix, dia masih memeluk Emily sepanjang perjalanan pulang ke rumah."Lain kali, jangan terlalu berbaik hati kepada orang yang sudah menyakiti kita.""Tapi Alika itu...""Aku tahu. Dia adalah putri Nyonya Mira. Orang yang telah berjasa dalam hidupku dan orang yang telah menyayangimu. Tapi dia tidak ada hubungannya dengan kita. Aku sama sekali tidak menyukainya. Dia sudah menelantarkan ibu kandungnya sendiri, kan?"Emily merasa jika ucapan Felix ini benar. Bahkan sejak kecil, Alika seperti kurang peduli dengan ibunya sendiri. Dia lebih mementingkan dirinya sendiri dan.. lebih peduli pada Lidya yang selalu patuh dan melayaninya bahkan dengan segenap jiwa raganya.Kadang Emily juga merasa agak aneh. Lidya sangat perhatian pada Alika dan Nyonya Mira yang seharusnya adalah orang yang membencinya justru sangat perhatian padanya.Dia langsung mendongak dan menatap Felix. Felix melihat tatapan aneh Emily, “Apa yang sedang kamu pikirkan?”“Felix, aku selalu merasa aneh.”“Hm.. tenta
"Ampuni kami, ampuni kami. Cepat tolong Nyonya. Dia diserang oleh Nona itu. Kami tidak bisa menghentikannya." Kepala Pelayan begitu panik memohon kepada Felix.Mata Felix seketika memerah menatap tajam ke arah Alika yang masih menjambak rambut Emily."Berani sekali kamu! Lepaskan segera tanganmu dari rambut istriku, atau tanganmu akan patah sekarang juga!" Felix sudah melangkah mendekat.Alika seketika memucat dan perlahan melepaskan rambut Emily.Setelah tangan Alika terlepas dari rambutnya, Emily langsung berlari dan memeluk Felix."Felix.." Emily menangis tersedu-sedu di dada Felix."Apa sangat sakit?" Felix membenahi rambut Emily yang acak-acakan dan beberapa kali mencium kepalanya.Emily menggeleng. "Tidak. Aku hanya takut.""Tidak apa-apa. Ada aku. Jangan takut ya?" Felix mengangkat wajah Emily dan mengusap air mata Emily dengan kedua telapak tangannya. Kemudian mencium sebentar bibir Emily.Alika membeku saat menyaksikan adegan yang tepat berada di depannya itu. Nyawanya seper
Alika sempat berpikir jika saja dia yang punya kesempatan untuk menjadi istri Felix Widjaja, mungkin dia akan menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini.Ketika memikirkan itu Alika tersenyum pahit. Bisa mendapatkan posisi seperti ini saja dia patut bersyukur. Impian menjadi istri Kelvin saja sudah banyak menyita waktu dan otaknya. Jika bukan karena dia harus berjuang dengan cara licik, mungkin dia tidak akan sampai di titik sekarang ini.Tidak tidak. Felix Widjaja adalah Presiden Lewis. Presiden Lewis adalah orang yang memiliki hutang budi pada ibunya. Jika dia bisa memiliki kesempatan untuk mengungkit hal ini, maka dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan baik dengan Presiden Lewis.Menjadi tunangan Kelvin dan memiliki hubungan baik dengan Presiden Lewis, tentu itu akan membuatnya menjadi wanita terhormat di ibukota ini. Saat dia sedang tersenyum dengan kebanggaannya ini, dia mendengar langkah banyak kaki dari arah tangga.Saat dia menoleh, dia melihat be
Emily menarik lengan Felix dengan gelisah. "Sebaiknya, aku tidak perlu pergi ya?""Emily. Tidak bisa seperti itu. Makan malam ini sengaja kakek buat khusus untuk memperkenalkan cucu menantunya kepada para saudara. Aku juga sudah berencana, setelah kasusmu selesai, aku akan segera memperkenalkan kamu ke seluruh media. Jadi kamu harus datang."Mendengar itu bukannya membuat hati Emily tersanjung karena sebentar lagi dunia akan mengetahui statusnya sebagai Nyonya Lewis, justru dia lihat semakin khawatir.Felix merapatkan duduknya dan menarik tubuh Emily. Dia membawa kepala Emily pada dadanya."Karena ada aku, kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu lagi." Felix berbisik dengan lembut.Emily mendongak, menatap wajah Felix yang sangat tanpa dan sedang tersenyum padanya."Kamu mau berjanji?"Felix mengangguk dan mencium keningnya.Emily merasa senang mendengarnya, tanpa sadar dia memeluk Felix dengan erat.Ada kenyamanan yang dia rasakan.“Aku sudah mengat
"Kalau aku memberitahumu, apa kamu akan percaya?” “Kelvin, kamu terlalu membenciku. Kamu tidak pernah memberiku kesempatan untuk bicara sedikitpun. Lagipula, sekarang aku sudah melupakan soal itu. Jadi sekarang, tidak perlu dibahas lagi."Perasaan Kelvin semakin merasa bersalah, "Emily, aku tahu aku salah, tapi aku sudah menyadarinya sekarang. Bisakah kita kembali seperti dulu lagi? Aku berjanji akan mempercayaimu kali ini."Emily seketika mendongak. "Kamu bicara apa?""Ya. Aku masih begitu mencintaimu. Aku tidak bisa melupakanmu. Bisakah kamu kembali bersamaku? Kali ini, Aku akan menjagamu dengan hidupku."Emily kembali tertawa pahit."Apa kamu salah minum obat? Aku sudah menikah, kamu sebentar lagi juga akan menikah. Itu tidak mungkin, Kelvin. Kamu jangan gila, ya!""Kamu bisa bercerai dari Felix. Aku akan membantumu untuk mengurusnya."Entah kenapa, Emily sangat tidak menyukai perkataan Kelvin ini. "Ini bukan hal penting yang perlu kita bahas. Jadi aku permisi." Emily ingin melan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen