Mag-log inZahira Malik memutuskan untuk pergi ke club setelah dikhianati sang mantan dan sahabatnya. Namun, ia justru membuatnya berurusan dengan Daniswara Biantara yang sangat galak, pemarah, dan mengalami amnesia?! Lantas, bagaimana nasib Zahira selanjutnya? Terlebih, pertemuan keduanya itu justru menimbulkan pertemuan-pertemuan yang tak diduga Zahira!
view more"Huff!" Zahira menghela nafas dengan berat. Itu pertanda bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu bukannya makan, dia justru sibuk memainkan sendok di atas piring, mengacak-acak makanan. Padahal makanan itu terlihat sangat lezat namun tak mampu membuatnya berselera.
Bagaimana bisa dia menikmati makanan sedangkan hatinya seperti sedang di tusuk-tusuk. Pacarnya! Lebih tepatnya mantan pacarnya telah menikah dengan sahabatnya sendiri. Jika para gadis dengan antusias menunggu mempelai wanita melempar buket bunganya, dia justru lebih asyik menikmat lamunannya. "Kapan acara ini berakhir," batinnya. Gadis berusia 25 tahun bernama Zahira Malik, bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta. Di balik wajahnya yang ceria, ada luka yang tersimpan begitu rapat. Tiba-tiba suara lembut mengalun di antara lagu pop yang sedang berlangsung. "Ra ... "Panggil Talitha. Tiga kali panggilan baru Zahira mendongak dengan wajah bingung. Dia bahkan celingukan untuk memastikan. "Aku?" tanyanya. Wanita muda itu menunjuk dirinya sendiri. Talitha melotot karena kesal, "Sini!" Aktris terkenal bernama Talitha Wongso melambaikan tangan dengan wajah juteknya, mengisyaratkan agar sahabatnya itu mau menghampirinya. Jarak mereka tidak jauh hanya beberapa langkah namun Talitha enggan beranjak. Zahira menggeleng dan tersenyum. Dia berusaha untuk tidak menangis dan bersikap ceria seperti biasanya. Talitha berjalan sambil mengangkat gaunnya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang buket bunga. Saat sudah berada di depan meja Zahira, wanita itu tersenyum simpul, "Kamu belum rela ya, kalau aku menikah dengan Kak Emran?" Deg! "Iya! Aku tidak rela," ujar Zahira dalam hati. Gadis itu hanya diam sambil mengerjabkan matanya yang mulai memanas. Pacaran selama tiga tahun bukan tiga hari, tentu dia sakit hati dan kecewa. Zahira bahkan mengambil cuti kerja selama dua hari hanya untuk menangisi pria yang menghamili sahabatnya. "Hei!!" Talitha menepuk bahu Zahira cukup keras. Tepukan itu membuat Zahira tersadar, gadis itu menggaruk tengkuknya dan tersenyum lebar. "Aku rela kok! Buktinya aku datang. Hehe ... " "Lalu! Kenapa kamu hanya duduk? Kamu bahkan belum mengucapkan selamat padaku setelah ijab kabul," sindir Talitha. "Eng ... kamu kan lagi sibuk dengan Pers. Aku ga berani ganggu," ujar Zahira dengan kikuk. "Alasan!" batin Talitha. Wanita itu meraih tangan sahabatnya dengan paksa, "Ayo ikut aku!" Zahira yang tidak siap hampir terhuyung, tangannya yang bebas menyenggol minuman di atas meja, "Ehh!!!" Byurr! Prang! Talitha menoleh saat mendengar suara gelas pecah, matanya melotot. Wanita itu menarik tangannya untuk mengangkat gaun pengantin lalu berteriak, "Hais! Kamu sangat ceroboh! Hampir saja gaunku basah!" Sebagian orang menoleh saat mendengar Talitha berteriak. Zahira menunduk menahan malu, tangannya menutup mulutnya yang menganga karena kecerobohannya, gaun mewah yang berwarna pastel itu kotor tersiram jus. Nodanya pasti sulit dihilangkan. Padahal gaun itu bukan miliknya, hanya karena harus berhemat, Zahira lebih memilih menyewa sebuah gaun dari pada membelinya. Zahira menatap wajah sahabatnya dengan mata berkaca-kaca. Sambil menahan tangis, Zahira berkata dengan suara parau, "Kenapa kamu menarikku? Sekarang lihat, gaunnya kotor!" Mereka berdua menjadi sorotan sekarang. Ekspresi Talitha menjadi sedih, "Loh! Hanya karena gaunmu kotor. Kok kamu menyalahkanku, Ra! Kamu sendiri yang menyenggol gelasnya. Kok kamu playing victim si?" Memang Zahira yang menyenggol gelas itu, namun jika Talitha tidak menariknya secara tiba-tiba. Maka gelas itu tidak akan tumpah. Lalu siapa playing victim di sini? Suara Zahira tercekat di tenggorokan, matanya mulai memanas karena malu. "Ta ... " panggilnya lirih. "Ada apa ini?" Suara wanita paruh baya mengalun dengan judes. Wanita itu bernama Wulan, Ibunya Emran Nugroho. Wanita itu berjalan ke arah dua wanita muda yang menjadi sorotan. Zahira mendongak, wajahnya tampak pucat pias. Wulan mengelus pundak menantunya dengan kasih sayang, "Kamu ga papa kan?" Setelah mendapat anggukan Talitha yang memasang wajah sedih, Wulan memutar tubuhnya menghadap wanita yang dia benci. Sambil berkacak pinggang, Wulan berkata dengan galak, "Kamu lagi! Kamu lagi! Bisa nggak sih kamu tuh ga bikin keributan? Kamu ga malu bikin acara orang rusak dengan tingkahmu itu?" Zahira mengusap air matanya yang jatuh dengan deras lalu membungkuk dan meminta maaf, "Maaf, Tante," ujarnya dengan suara parau. Talitha tersenyum samar, tapi dia belum puas. Talitha mempunyai ide, "Aduh!!!" pekiknya. Wulan langsung menoleh ke arah menantunya yang mengerang kesakitan sambil memegang perutnya yang masih rata. "Kamu kenapa, Nak?" Wulan memegangi pundak menantunya. Wanita itu berteriak, "Emran ... Emran ... " Zahira dengan sigap ingin menolong. Saat kedua tangannya terulur hendak menolong sahabatnya, Wulan menampiknya dengan keji. Wajah wanita itu menggelap dengan sorot mata yang tajam. "Kamu keterlaluan ya! Udah bikin keributan, sekarang kamu mau mencelakai menantuku!" tuduhnya. Zahira hanya bisa menggigit bibir bawahnya, saat mendengar tuduhan keji dari Ibu mantan kekasihnya. Emran berlari menghampiri Ibu dan Istrinya, wajah pria itu tampak khawatir saat melihat istrinya mengeram, "Ada apa, Ta?" "Sakit, Kak!" ujar Talitha lirih. Melihat ekspresi Talitha yang kesakitan membuat Emran langsung menggendong tubuh wanita itu dengan gaya bridal style. Lalu berjalan begitu saja melewati Zahira yang sedang menangis tanpa suara. "Kak, hatiku juga sakit," batin Zahira. Dia hanya bisa menatap punggung Emran dengan nanar. Sedangkan Talitha mengalungkan kedua tangannya dan wajahnya mendusel ke ceruk leher suaminya sambil menyembunyikan wajah dan seringainya. Wulan berjalan sambil menyenggol pundak belakang Zahira dengan keras sampai gadis itu terhuyung dan jatuh ke lantai dengan menyedihkan. "Akkkh!"Ucapan Zahira begitu lembut dan sopan, namun setiap katanya mengandung duri yang tajam. Wulan membeku di tempat, wajah ramahnya hilang tak berjejak. Namun sekali lagi, dia menahan diri demi status dan kemewahan. Wulan meraih gelas minumnya dan meneguknya hingga tandas.Wulan mengelap bibirnya dengan tissu lalu melirik jam tangannya dan berkata dengan lembut, "Maaf ya Ra ... Tante pamit dulu karena ada janji. Tapi tolong pertimbangkan tawaran Tante, oke ... "Zahira mengangkat kelopak matanya, matanya yang hitam dan jernih dipenuhi hawa dingin. Dia tidak menyangka ada orang yang tidak tahu malu seperti Wulan.Wulan berdiri dengan santai, mengambil tas mahalnya dan tersenyum. Saat berbalik badan dan berjalan menuju pintu keluar, ekspresi Wulan tampak mengerikan. Zahira melirik kue yang sudah tidak berbentuk itu dengan jijik dan bergumam, "Sayang sekali, padahal kuenya enak."***Di gedung Thalita duduk di meja rias sambil bersolek, dia masih menggunakan jubah mandi dan rambutnya yang
Pertanyaan itu cukup membuat Zahira termangu beberapa detik, "Maksudnya?"Wulan mengerutkan bibirnya dan wajahnya berubah murung lalu berkata dengan nada sedih, "Ehhh ... Talitha sangat sibuk, dia tidak pernah di rumah dan tidak pernah mengurus putraku. Jika di rumah dia hanya malas-malasan."Wulan menceritakan kehidupan Emran dan Talitha yang tidak ada hubungan dengan Zahira, membuat gadis itu merasa canggung. Zahira mengusap tengkuknya lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Wajar si ... Talitha kan sedang hamil."Melihat ekspresi Zahira yang polos dan tidak terpengaruh membuat Wulan merasa kesal. Wanita paruh baya itu hanya menggertakkan giginya lalu kembali berpura-pura. Wulan kembali menghela nafas dan terlihat tidak berdaya. "Aku juga pernah hamil, tapi aku merasa dia aneh. Dia kadang terlihat dingin dan acuh pada Emran. Aku juga dengar rumor bahwa dia sedang dekat dengan pria lain. Jangan-jangan anak itu bukan milik putraku."Setelah mengatakan hal buruk pada menantunya yang dulu
Melihat Zahira ketakutan, Wulan menggigit bibirnya dengan canggung dan berkata dengan lembut dan hati-hati, "Boleh masuk, Ra? Ada hal yang ingin aku katakan." Zahira tercengang. Apakah matahari terbit dari barat? Kenapa nyonya angkuh seperti Wulan akan bersikap rendah hati seperti ini. Semakin dipikirkan, semakin terasa mustahil. Melihat Wulan begitu sopan, Zahira semakin merasa gelisah. Dia berkedip beberapa kali sambil memegang gagang pintu dengan kuat. Dia masih ingat setiap interaksi bersama Wulan, mereka tidak pernah berakhir menyenangkan. Jadi Zahira harus membuat alasan karena tidak ingin berduaan saja dengan ibu mantan pacarnya yang problematik itu. Setelah menenangkan diri, Zahira berdehem dan mulai merangkai alasan. "Tante, kebetulan tempat tinggalku masih berantakan. Sebentar lagi orang yang akan membereskannya akan segera datang. Bagaimana kalau kita mengobrol di kafe depan?" ujarnya dengan ragu. Jika ada interaksi di antara mereka berdua harus di depan umum agar ti
Karena terlalu hanyut dalam suasana, Danis dan Zahira tidak mendengar ketukan pintu. Mereka masih tenggelam dalam perasaan yang menggebu-gebu.Setelah beberapa ketukan tidak ada respon, Zaidan pun menjadi panik. Dia takut hal buruk terjadi pada adik kesayangannya. Zaidan pun membuat ancang-ancang dan mendobrak pintu dengan tubuhnya yang besar.Brak!!!Zahira dan Danis langsung terperanjat, mata mereka terbelaklak dengan wajah pucat. Saat melihat sosok yang berdiri dengan garang."Zaidan!""Kakak!"Melihat pemandangan yang mengotori matanya, mata Zaidan melotot dan hampir keluar dari tempatnya. Adik kesayangannya yang lugu dan polos sedang bermesraan dengan sahabatnya sendiri tanpa ikatan resmi. Sebagai Kakak dia tidak terima. Suara pria itu pun menggelegar penuh amarah, "Apa-apaan ini!" Zahira langsung mendorong tubuh Danis, dia langsung merapikan jubah mandinya dan duduk bersimpuh di atas ranjang. "Kami ga ngapa-ngapain, Kak!" ujarnya dengan suara bergetar.Danis berdehem dan wajahn






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.