Sesampainya di sebuah taman, Merry segera bergegas turun dari mobil dia melirik ke semua arah di sana dengan wajah yang memakai kaca mata hitam dan masker, memastikan tidak ada orang di sana yang mengenalinya. “Davin kemana? Kenapa belum ke sini” Merry berbisik dengan nada lirih nyaris tak terdengar, sembari berjalan mondar-mandir di depan mobil. Belum lama Merry menunggu, tiba-tiba saja seseorang datang dan menepuk pundaknya. Membuat wanita bertubuh gempal itu pun tersontak kaget dan perlahan memutar badan. “Mas Davin! Membuat ku kaget saja,” Merry bernafas lega. Karena akhirnya yang datang Davin bukan orang lain. Davin tanpa sungkan meraih tangan Merry dan membawanya ke tempat yang cukup tersembunyi. “Gimana apa kamu sudah berhasil menjalankan rencananya?” Merry menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan, dan menceritakan tentang rencananya. “Orang suruhan kita sudah memutuskan rem mobil itu,” Jelas Merry meyakinkan sembari memperlihatkan rekaman video di
Laura merasa sedikit lega, saat melihat Dave yang sengaja membawa Erland di depan semua awak media, karena dia tidak ingin lelaki yang bergelar suaminya itu terus menjadi cemoohan para pemburu berita dan saingan bisnisnya yang ikut memprovokasi imagenya. “Katakan pada mereka semua, siapa yang menyuruh mu?!” Rio mendesak Erland agar berbicara di depan semua orang. Dave menatap tajam, memberi peringatan mantan kekasih istrinya agar mau berterus terang, dan mengklarifikasi kebenaran yang ada. “Cepat! Katakan kau suruhan orang, katakan siapa dia?” Dave geram, semua para wartawan dan karyawan di perusahaan saling menatap dan berbisik mereka sangat penasaran apa yang akan di katakan oleh Erland. Mengingat berita kemarin yang begitu menghebohkan. Erland tidak ingin mati konyol di tangan Dave, setelah dia mengajukan satu permintaan dan Dave pun mengabulkannya. Mau tidak ada pilihan lain lagi selain jujur. “Baik aku-aku akan jujur.”Semua orang di sana berbisik riuh, dan ingin tahu apa y
“Selamat nyonya, calon bayi anda laki-laki, janinnya bertumbuh dengan baik,” Ujar Dokter Ema sembari memberikan foto hasil USG tadi. Kedua bola mata Laura berkaca-kaca, tangan mungilnya gemetar, saat akan mengambil foto hasil USG itu, namun hati wanita cantik itu pun berdebar-debar, saat melihat jelas gambaran malaikat mungilnya yang masih ada di dalam perutnya. “Laki-laki? Dokter Ema anda tidak bohong kan jika calon cicit ku beneran seorang jagoan nanti?" Oma Nena memastikan karena dia masih sangat tidak percaya. Dokter Ema melepas kacamata putihnya, lalu dia kembali meyakinkan jika itu memang hasil akurat yang tidak bisa di manipulasi. Mendengar hal itu, wanita tua itu terlihat mengukir senyum sumringah, karena apa yang dia inginkan dan dia tunggu kini akhirnya sebentar lagi akan jadi nyata. “Oma, akhirnya cicit yang Oma inginkan laki-laki sebentar lagi akan menjadi nyata," Lirih Laura yang masih tak percaya, dia tahu jika malam itu adalah saat terpahit Laura, di mana suaminya
Erland tersenyum getir saat dia di desak untuk buka mulut, dengan apa yang telah terjadi kemarin. “Rupanya kau lebih suka memilih mati di tangan bos, dari pada harus bekerja sama dengan kami,” Geram salah satu pengawal sembari menarik kerah Erland. Pria itu bukanya takut, tapi malah tersenyum getir dan menantang jika hanya ingin bertemu dengan Dave, lalu dia mengatakan jika dirinya akan ku bercerita.Orang-orang suruhan Dave sangat geram karena melihat sikap Erland yang malah sengaja menantang tanpa ada rasa takut.“Lancang sekali kau mau bertemu dengan bos!” “Silahkan jika kalian mau menghabisi aku, tapi aku pastikan tidak akan mendapsatkan informasi apa pun dari ku,” Tegas Erland yang sengaja mengecoh para pengawal Dave. Suara langkah kaki mulai terdengar, membuat fokus Erland teralihkan ke depan. Sorot mata elang Dave membidik ke arahnya, membuat dia kaget sampai menelan ludah beberapa kali. “Tu-tuan Dave,” Erland tertegun. Dave yang sudah membendung amarahnya dari tadi denga
Dua jam setelah Dave pergi, Laura yang sedang asyik menyiram bunga di taman sedikit kaget saat Oma Nena datang mengunjungi-nya. “Semangat sekali nak nyiram bunganya...”Seketika Laura menjeda aktivitasnya, keningnya menyergit. Lalu perlahan memutar badan dan menoleh ke arah sumber suara familiar yang berada tepat di belakangnya. “Om-ma...” Laura mengukir senyum sumringah yang bibir ranum. Oma terlihat sangat lega saat melihat Laura masih tetap bisa beraktivitas seperti biasanya, dia tak lupa juga membawa beberapa camilan buah-buahan kesukaan cucu mantu kesayangannya. “Apa ini Oma?” tanya Laura segera meraih dan mencium tangan wanita tua itu. “Makanlah, kamu sudah ngemil kan agar calon cicit Oma tumbuh dengan sehat,” Oma Nena mewanti-wanti. Kedua bola mata sipit Laura berkaca-kaca, saat melihat betapa tulusnya oma Dave yang begitu menginginkan pewaris penerus untuk keluarganya. Kening nyonya Nenna berkerut rapat, saat melihat Laura yang malah melamun dan bergeming tanpa berkata m
Keesokan harinya, Dave yang sudah berpenampilan rapih terlihat sudah berpenampilan rapih dengan tuxedo hitamnya, pergelangan tangannya di hiasi jam tangan brand yang hanya di lauching satu unit saja. “Aku tahu, hari ini kita selesaikan tinjauan project ini,” Ucap Dave dengan nada bariton khas dan berat dengan benda pipih yang menempel di daun telinganya. Laura yang sudah membawa segelas teh hangat dengan balutan dress di atas lutut terlihat sangat cantik dan anggun, tampak berdiri ragu saat akan menghampiri suaminya. Tapi sebagai seorang istri, ia tetap harus menjalankan kewajibannya. “Mas, ini teh dan roti bakarnya di makan dulu sebelum berangkat,” Laura mengingatkan dengan nada lembut yang hampir tak terdengar. Dave segera mengakhiri panggilan teleponnya dari koleganya, lelaki berparas rupawan itu pun perlahan memutar badan dan menatap Laura yang sudah berdiri sembari membawa nampan berisi sarapan paginya. Dave berdehem Kecil, dia perlahan meraih dan meminum dan sedikit memakan