Beberapa jam kemudian, Widia terlihat sangat kesal saat melihat para pengawal tadi membawa semua mahar pernikahan yang sudah di berikan padanya. "Astaga ayah! Kenapa ayah membiarkan mereka membawa barang-barang berharga kita," Maki Widia sembari berkacak pinggang tak rela. Bastian menghela nafas kasar, setelah orang-orang utusan Handoko pergi membawa barang-barang mewah yang kemarin di berikan. "Sudah Bu, jangan membuat ayah pusing lagi pula Dave yang menyuruh mereka, kita bisa apa? Sudah tidak di penjara saja sudah untung," Bastian terduduk lemas.Rasanya dia bingung mencari cara agar bisa membujuk Handoko mau berubah pikiran lagi dan masih memiliki negosiasi yang menguntungkan untuknya. "Heh! Ayah menyebalkan, ibu tidak ingin bicara. Semua perhiasan itu sekarang malah di ambil," Widia menggerutu kesal. Lalu pergi ke kamarnya dan membanting pintu dengar kasar. Bastian hanya terduduk lesu, mengingat finansial keluarganya yang kini makin merosot. Apa lagi jika Dave selamanya tidak
Laura mengangguk patuh atas perintah suaminya, mereka berdua di sambut teriakan antusias para wartawan yang sudah lama menanti dari tadi. Mereka tanpa sungkan melontarkan beberapa pertanyaan pada Dave, tentang mempelai pengantin wanita yang sudah di ganti. Mendengar pertanyaan-pertanyaan yang berisik di telinga, membuat Dave sudah tidak ingin menjadi bulan-bulan paparazi itu lebih lama lagi. Hingga dia memutuskan untuk menegaskan jika apa yang selama ini di beritakan tidaklah benar adanya. Dengan suara yang lantang dan tegas, jika Dave mengatakan wanita yang sangat dia cintai adalah istrinya saat ini, bahkan dia mengatakan jika foto mempelai wanita saat foto prewedding adalah murni kesalahan pencetakan seorang fotografer saja . Tentu saja para wartawan saling menatap, rasanya mereka masih sangat janggal. Dan sungguh tidak masuk akal untuk hal itu. Baru saja salah satu wartawan akan bertanya lagi, Dave lebih dulu memberikan statement jika ada wartawan perwakilan dari mana
Satu pertanyaan Dave dengan nada baritonnya yang khas memecah keheningan di meja makan yang panjang dan mewah itu. Membuat Oma Nenna tersenyum lalu menjawab, jika dia akan memberikan sebuah kado pernikahan special terutama untuk Laura. Cucu mantu yang telah berhasil membuatnya senang. "Didepan semua orang di sini, Oma hanya ingin mereka tahu. Jika Laura adalah menantu pertama dari keluarga ini maka sesuai janji, perhiasan temurun leluhur kita, akan di berikan padanya!" Semua orang di sana terkejut, saat wanita tua yang berusia enam puluh tahunan lebih itu pun mulai membuka sebuah kotak merah berukuran sedang dan..Kilau cahaya Perhiasan membuat semua pasang mata berbinar dan takjub."Wah, indah sekali." Celetuk Merry menatap penuh obsesi, saat melihat kalung berlian dengan liontin safir berwarna biru. Bibirnya mengerucut lalu menatap Davin mengisyaratkan jika dia juga menginginkannya. Laura masih termangu, ia berusaha mencubit kecil tangannya agar tersadar dari apa yang dia denga
"A-aku tidak mengerti apa maksud mu mas?" Laura berusaha untuk melepaskan tangan Dave yang mencengkram lehernya. Membuat nafasnya tercekat di tenggorokan. Melihat wajah Laura yang memucat, spontan Dave segera melepaskan tangannya. "Selain pintar menipu kau juga pandai tebar pesona di depan pria lain menjijikkan!" Laura menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan, sungguh entah apa lagi yang membuat Dave begitu marah padanya. "Tebar pesona apa mas? Aku hanya menjawab pertanyaan saja. Lalu apa yang salah?" Tanya Laura menatap nanar. Dengan nada rendah hampir tak terdengar. Darah Dave semakin mendidih saat melihat sikap Laura, yang entah benar tidak paham atau memang pura-pura polos. Namun dengan tegas dia menegur jika Laura tidak boleh sembarang berbicara atau pun hanya sekedar menjawab, walaupun itu dengan adik-adiknya. Tak ingin Dave berlarut marah, membuat Laura memejamkan kedua matanya sejenak lalu dia berusaha meyakinkan. "Maafkan aku, aku janji tidak ak
Dahi Laura berkerut, ia terkejut karena bagaimana bisa adik ipar keduanya begitu tahu tentang dia Begitu juga dengan semua orang di sana terutama Dave. "Deril! Apa kamu kenal dengan Laura?" Tanya Nyonya Marina, seraya menatap penuh selidik. Sampai membuat semua orang penasaran. Ekspresi wajah Dave, masih tetap muram dan dingin. Saat melihat adiknya tampak antusias bertanya pada Laura, di depan banyak orang. Deril menatap Laura, dia tersenyum lalu menghampiri lebih dekat lagi. Membuat Laura merasa tidak nyaman karena dia benar-benar tidak mengerti kenapa adik Dave tahu tentang dirinya. "Iya Bu, dulu Laura adalah senior ku. Dia selalu menjadi Juara tiap kali ada sebuah event mading tidak di sangka sekarang malah menjadi Kaka ipar ku," Jelas Deril seraya menatap dalam Laura tanpa berkedip. Laura tertegun, dia menatap dan berusaha mengingat apakah dia mengenal Deril atau tidaknya. Dan sayangnya sama sekali ia tidak ingat. "Jadi kalian itu satu kampus dulu?" Sambung oma Nen
"Terima kasih, semoga pernikahan ini Oma restui," Pinta Dave memasang senyum penuh keterpaksaan, lalu memegang erat tangan Laura, mereka berjalan menghampiri neneknya sebagai tradisi penghormatan dan meminta berkat.Jantung Laura seperti berhenti berdetak, saat ia merasakan genggaman hangat lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya itu. Meskipun ia tahu jika itu hanya sebuah sandiwara saja. Tapi sesuai kesepakatan dalam point kontrak kemarin, selama Laura menjadi istrinya dia harus mematuhi semua perintah Dave untuk menjaga image pernikahan mereka agar tetap harmonis di depan semua orang. "Senang bisa bertemu dengan oma," Sapa Laura tersenyum perlahan mulai duduk di bawah, dan tak lupa mencium tangan Oma Nena begitu juga Dave menemaninya di samping. Melihat Dave sudah berhasil mendapat pelabuhan hatinya, membuat Oma Nena sangat bahagia. Apa lagi setelah melihat Laura yang terlihat sangat sopan dan Lugu, membuat pertemuan pertamanya dengan sang cucu menantu tidak ada keraguan sedikit