Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB XXIV DI LUAR EKSPEKTASI

Share

BAB XXIV DI LUAR EKSPEKTASI

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-03-27 17:52:04
Naira merasa ruang geraknya terbatas ketika melihat sosok Ken duduk menghadapnya, mengatakan akan cuti sehari dari pekerjaannya dan memilih untuk tetap di rumah. Pesannya pada bi Mar seolah lenyap begitu saja bahkan mengusirnya saat bi Mar datang membawa sarapan untuk Naira. Bi Mar yang melihat Ken kembali segera menaruh piring makanan di meja dan memberi hormat sebelum keluar kamar.

"Urusan kantormu sangat penting, kenapa harus beralasan cuti hanya untuk malas-malasan di sini?!" ucap Naira penasaran.

"Hanya satu hari. Libur kemarin ternyata membuat saya masih cukup kelelahan, jadi saya berpikir untuk istirahat kembali," balas Ken meregangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sambil sesekali melirik ujung kaki Naira yang terbalut plester.

'Cih! Alasan klasik macam apa itu?' maki Naira dalam hatinya.

"Apakah seorang Ceo harus merelakan pekerjaan pentingnya demi seorang istri pura-puranya?"

"Eits, tunggu! Kau jangan kegeeran, saya cuti bukan karenamu! Saya juga bukan pemalas! Beker
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXV PERANG AKAN DIMULAI

    "Astaga, dasar mesum!" sembur Naira, suaranya tercekat antara marah dan malu. Ia buru-buru bangkit, tangannya dengan cepat menyapu pakaiannya seolah menghilangkan jejak sentuhan tak sengaja itu. "Hey, kau yang mesum! Bibirmu duluan yang menyerang bibirku!" sanggah Ken, ikut berdiri dengan raut wajah tak terima bercampur sedikit salah tingkah. "Itu karena kau tiba-tiba muncul seperti hantu di belakangku, ya!" balas Naira sengit. "Saya hanya membantumu agar tidak mencium lantai! Harusnya kau berterima kasih, bukan malah melontarkan tuduhan!" tepis Ken bersungut, rahangnya mengeras menahan kekesalan. "Saya bahkan tidak sudi kau ada di belakangku dan menyentuhku!" "Kau memang gadis tidak tahu diuntung! Menyesal sudah berbaik hati!" balas Ken, suaranya meninggi sebelum ia membuang muka dan melangkah lebar menuju ruang kerjanya. Ia meng

    Last Updated : 2025-03-27
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXVI DI INTERVIEW BOS?

    Hari itu mentari pagi mulai meninggi, sinarnya mulai menghangat menembus kulit kepala. Langit biru yang membentang luas tanpa cela, dan harapan baru bagi puluhan orang yang memimpikan kursi perusahaan tambang PT GOLDEN ENERGY bisa terwujud. Bekerja di sebuah perusahaan ternama multinasional memang menjadi incaran bagi setiap orang yang mengharapkan gaji tinggi. Karena dari sanalah, kehidupan yang lebih baik dan terjamin menjadi dambaan bagi setiap orang yang berhasil lolos seleksi. Di ruang tunggu, kursi-kursi berjejer rapi, diduduki para pelamar yang menanti giliran tes wawancara sesuai bidang keahlian masing-masing. Aura antusias bercampur gugup terasa kental. Beberapa kali seorang pria berkemeja memeriksa kerapian dasinya di pantulan jendela, sementara yang lain lirih merapalkan doa-doa, berusaha menenangkan debar jantung yang tak menentu. Di sudut ruangan, di ujung deretan kursi, tampak Naira. Ia duduk dengan kaki terlipat di bawah tubuhnya, mata terpejam, jemarinya bertaut. Nap

    Last Updated : 2025-03-28
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXVII INSIDEN DI BAR

    SLURRPPP ... Suara sedotan plastik beradu dengan dasar minuman kotak yang hampir kosong itu terdengar menyedihkan di telinga Naira. Setiap tarikan napas yang hampa terasa seperti kekosongan pada relung hatinya. Di tangannya, ponselnya terasa dingin, ia membaca ulang setiap bait pesan dari perekrut perusahaan Ken, bahwa ia dinyatakan gagal masuk ke sana. Bagai pukulan telak, sisa satu harapannya ini seolah kandas di tengah jalan. Dari arah kejauhan, tampak Irene berlari kecil mengitari taman, mendekat ke arah Naira yang terduduk sendirian. "Maaf, aku terlambat," Irene terengah, sambil mengeluarkan beberapa makanan ringan dan menyodorkannya ke depan Naira. "Bagaimana hasilnya?" Naira tak menjawab, hanya menyerahkan ponselnya ke tangan Irene. Mata Irene membulat saat membaca pesan itu, "Are you serious? Sehebat Naira William dalam bisnis, ditolak perusahaan Ken? Jangan-jangan mereka salah kirim! Ini tidak mungkin!" "Apa ini ulah suamimu itu?" tanya Irene penuh selidik. "Sudahla

    Last Updated : 2025-03-28
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXVIII WAJAH YANG MEMERAH (18+)

    Situasi bar memanas. Beberapa orang berdesakkan karena dorong-dorongan pengunjung yang terpancing berkelahi, akhirnya di bubarkan petugas keamanan bar dengan menyalakan sirine. Sontak semua orang saling membubarkan diri untuk menyelamatkan dirinya agar tak di tangkap, menyisakan Irene yang waspada di pojokkan. Matanya menoleh kesana kemari mencari sosok Naira, namun nihil, ia tak menemukannya. Pria yang membantunya menghadang dari tinjuan pria asing itu menghampiri Irene yang kebingungan. "Kau tak apa-apa, kan?" tanya pria itu, khawatir mengecek kondisi Irene yang terduduk di lantai pojokkan. "Hah? Ti-tidak apa-apa! Saya ... sedang mencari teman saya," jawab Irene gugup dan gelisah. Irene sedikit terpaku begitu melirik sekilas ujung bibir pria di depannya sedikit terluka dan pipinya membiru. "Tadi temanmu duduk di mana?" tanya pria itu membuyarkan tatapan nanar Irene yang memandangnya cukup lama. "Di situ!" se

    Last Updated : 2025-03-29
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXIX SADAR

    Pantulan cahaya mentari pagi mulai menyusup melewati celah tirai yang tertiup angin, sorotnya mengalirkan kehangatan pagi yang malas. Kelopak mata Naira bergerak mulai terbuka dari tidurnya, ia mengerjap dan perlahan menurunkan kedua kakinya yang terasa lemas dan sedikit gemetar. Ia pun menyadari tubuhnya terasa ringan, dan saat kakinya hendak melangkah, seakan kaku sedikit nyeri di area pangkal pahanya. Ia pun penasaran begitu pantulan dirinya di jendela menampilkan siluet tubuh yang polos, tanpa sehelai pakaian. Dalam sekejap Tubuhnya membeku. Ia pun reflek menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya yang terbuka. Namun, hal itu membuatnya semakin terkejut begitu menoleh ke arah ranjang, sosok Ken sedang tertidur pulas tanpa pakaian luar. Seketika ia berteriak tak bersuara begitu mulai menyadarinya. "Apa yang terjadi?" gumamnya bertanya pada diri sendiri. Kedua bola matanya mulai mengarah ke sekeliling ruangan itu. "Tempat ini ...bukankah apartemen Ken?" Bola matanya membesr

    Last Updated : 2025-03-29
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXX MENCARI NAIRA

    Ken menghampiri apartemen Naira, mencoba memencet bel beberapa kali. Namun, sosok Naira tak juga terlihat batang hidungnya. Bolak-balik, Ken mengecek dan menunggu selama beberapa jam di pintu apartemen. Naira, masih tetap tak terlihat sosoknya untuk sekedar keluar membuang sampah ataupun membeli makanan di luar. Kesabaran Ken sudah tak terbendung. Ia mulai memberanikan diri, bertanya pada penjaga keamanan apartemen tentang keberadaan Naira di sekitar tempat itu. Apalagi lingkungan tersebut cukup sepi dan sibuk dengan aktifitas masing-masing, tak mudah bagi Ken menemui para penghuni yang tinggal di sebelah apartemen Naira. Kartu identitas Ken pun diserahkan sebagai jaminan, agar penjaga itu mau membantunya memutar cctv area koridor yang mengarah ke apartemen milik Naira. Namun, rekaman yang tersimpan hanya menampilkan sosok Naira terakhir masuk ke apartemennya sekitar dua minggu yang lalu, di mana ketika sebelum mendapat hukuman dari Ken.

    Last Updated : 2025-03-30
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXI RUMAH SAKIT JIWA

    "Um, maafkan saya bu, kami memang sudah menikah sekitar sebulan yang lalu, acara pernikahan dilakukan secara tertutup. Irene, sahabat Naira hadir mewakili keluarga." "Apa?!" Dahi ibu itu mengkerut, semakin dibuat bingung. "Kenapa mereka tidak memberitahuku?" "Maaf, mungkin mereka belum sempat. Saya mohon bantuan kali ini saja, Bu." Ken menyampaikannya dengan nada yang serius. Ibu itu menatap Ken dengan tanpa ekspresi. Namun, melihat keseriusannya, muncul sedikit pertimbangannya. "Baiklah," ucap Ibu itu, menghela napas dalam. "Sebenarnya, saya Ibunya Irene. Ia pergi sejak siang dan belum kembali, saya menduga ia bertemu Naira. Kau tanyakan langsung saja padanya." "Ta-tapi Bu, saya dan Irene belum begitu akrab. Jika Ibu berkenan, bisakah memberi tahu kemana biasanya mereka pergi." Ibunya Irene terdiam sejenak, seolah menyembunyikan sesuatu, tapi kemungkinan sedang berpikir tentang kebenaran ucapan pria di depannya. "Hm. Kalau begitu, tunjukkan foto pernikahanmu! Baru saya bi

    Last Updated : 2025-03-30
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XXXII PAPA MULAI INGAT

    Ken memperhatikan perubahan sikap Naira. Kekesalan dan amarah terpancar jelas dari caranya menarik lengannya menyusuri koridor. Namun, alih-alih merespons dengan serupa, Ken justru menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, yang tak lama kemudian pecah menjadi tawa terbahak-bahak. Naira, yang terlanjur diliputi amarah, hanya bisa mengerutkan alisnya, kebingungan terpancar di wajahnya. "Kenapa kau tertawa?" tanyanya dengan nada bingung bercampur kesal. "Apa ada yang lucu? Apa kau sedang menertawakan hidupku?!" Ken yang masih terbahak-bahak mulai perlahan mereda, tawa itu menyisakan senyum tipis di bibirnya sebelum akhirnya lenyap sama sekali. Geraknya menjadi lebih tenang saat tubuhnya condong sedikit ke arah Naira. Memegang kedua lengan Naira dengan erat, membuat Naira semakin kebingungan dan mencoba melepaskannya tapi Ken tetap menahannya. Dalam keheningan sejenak mata keduanya bertemu dan Ken menatapnya begitu dalam. Tanpa diduga, mendekapnya dengan sangat erat, ia membenamkan wa

    Last Updated : 2025-03-31

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVIII SIAPAKAH NAIRA SEBENARNYA?

    Setelah kejadian gagalnya acara pertemuan dua keluarga Laura dan Ken, Jasmine hari itu tampak beberapa kali melihat ponselnya saat dapat panggilan telepon dan pesan dari Laura, memintanya untuk menemuinya di luar. Seperti teror di siang hari, dirinya merasa khawatir bercampur bingung menentukan sikapnya dan apa yang akan ia sampaikan pada Laura. Permintaan maafkah? Atau berpura-pura tidak tahu menahu, tapi mana mungkin? Laura yang malam itu menunjukkan sifat tempramennya di depan keluarga Wilson, sungguh membuatnya terkejut. Sedikitnya, dalam lubuk hatinya, ia merasa bersyukur acara pembahasan ulang pertunangan itu batal kembali. Karena ia akhirnya menyadari sikap dan sifat Laura memang benar-benar tak pantas untuk Ken. Kejadian akhir-akhir ini membuat perasaannya semakin kacau, apalagi sebelumnya tak sengaja mencuri dengar obrolan antara suaminya dan sahabat lamanya, William di paviliun. Jasmine hanya terkejut ketika tahu William ternyata suami Maladewi. Di man

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVII ANTARA CINTA DAN BENCI

    Sekitar pukul sembilan pagi, Naira kembali ke apartemen miliknya. Sebelum berpisah dengan Ken, ia sudah mengabari papanya akan pulang. Ken juga mengizinkannya, dan mengantarnya sampai halte tempat Naira turun dekat apartemennya. Hal itu mereka lakukan untuk menghindari kecurigaan William. Ia menemui papanya yang tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Senyum hangat dan rasa rindu berhari-hari tidak bertemu, membuat William terlihat antusias menyambut kedatangan putrinya. "Selamat pagi, Nak. Ayo, sarapan dulu. Kau pasti lelah beberapa hari menangani masalah perusahaanmu itu," sapa William mempersilahkan Naira duduk di hadapannya. Naira pun menerima sambutan hangat papanya dengan senyum merekah dari bibirnya. Matanya berbinar menatap banyak makanan dengan asap yang masih mengepul. "Wah ...Ini terlihat lezat sekali," ucapnya, tak sabar ingin segera menyantap. Ia pun mengambil satu sendok olahan daging campur sayur dan dimasukkannya ke mulut dengan lahap mengunyahnya. "Um, yummy

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXVI ANAKKU ...?

    Dahi Naira mengenyit, melirik sekilas ekspresi Ken yang juga tampak termangu mendengar John mengeja namanya dengan penekanan. Dengan sedikit rasa ingin tahu, Naira bertanya kepada pria paruh baya di hadapannya, "Maaf, apa Om sedang mengingat seseorang yang dikenal?" Tersadar dari keterdiamannya, John menjawab sedikit terbata, "A-ah ...ti-tidak! Mungkin hanya pikiran saya saja yang sedang melantur. Saya hanya teringat seseorang, tetapi nama William tentu bukan satu-satunya di negeri ini." Ia menambahkan tawa yang terdengar dipaksakan. Ken menimpali, berusaha menengahi suasana kikuk di antara mereka, "Sepertinya cafe kecil ini ramai sekali sampai membuatmu sedikit gugup saat mendengar nama yang hampir kau kenal." John mengangguk kecil, lalu tertawa, "Ah, ya, sepertinya begitu. Maklum, sudah kepala lima, hahaha ... seperti ayahmu saja. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarnya, Ken?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan. Ken membalas dengan sedikit menyindir, "Baik, baik sekali. Namun, se

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXV KABAR YANG MENYAKITKAN LAURA

    Laura menggeser kasar kursinya hingga berderit. Ia keluar dengan langkah lebar dan wajah yang merah padam mendekati Naira secara berhadapan. "Kau?! Apa kau benar-benar istrinya Ken?" tanyanya dengan nada yang menekan dan suara napas yang menderu. Jantung Naira mencelos, napasnya sedikit tercekat. Ia berusaha menegakkan wajahnya memandang Laura yang menatapnya lekat dengan tatapan seolah hendak membunuh. Ia mengembuskan napasnya pelan, berusaha untuk menguasai dirinya. Jemarinya ia gerakkan, agar ketegangan sedikit mengendur dalam dirinya. "Ya, nona Laura!" jawabnya pelan dan suara sedikit bergetar. "Maaf, pertemuan pertama kita harus mengetahui kalau saya sudah jadi istrinya." Mendengar hal itu, darah Laura semakin mendidih. Kepalan tangannya yang erat, reflek menampar Naira, namun dengan kecepatan tangan Ken yang menahannya, tangan itu tak sampai mengenai pipinya begitu Naira reflek menghindar sambil memejamkan matanya. Sontak mata Jasmine melebar, di tambah tangan Cath yang menc

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXIV OPERA MAKAN MALAM

    "Ken?" gumam Laura, terkejut dengan mulut terbuka. Kilatan matanya menangkap dua sosok di hadapannya. Semua mata tertuju pada kehadiran Ken dan Naira yang baru saja tiba dan menyapa semuanya. Dalam satu meja itu, hanya ekspresi Wilson yang terlihat biasa saja. Sementara Jasmine dan Cath, ikut terkejut dengan keberanian Ken menunjukkan istrinya di depan keluarga Laura. Ketakutan dan kegelisahan semakin menerpa keduanya. Di mana selama ini, Cath selalu menghubungi Laura dan mengatakan hal-hal tentang kakaknya yang masih mencintainya. Dan Jasmine, di hari sebelumnya yang menjanjikan pertemuan setelah mendapatkan hadiah dari Laura, kali itu membuatnya tak bisa berkutik dan tak berani menjelaskan keadaan sebenarnya. Sementara orangtua Laura sangat syok karena pertemuan itu memunculkan orang baru yang membuat benak mereka bertanya-tanya, "Siapa gadis itu?" "Apa-apaan ini, tuan Wilson?! Kenapa? Kenapa Ken membawa seorang perempuan lain, sementara kita akan membicarakan pertunangan anak ki

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXIII PERTEMUAN KELUARGA

    Orangtua dari pihak Laura baru saja tiba di depan rumah utama keluarga Wilson. Mereka disambut baik para pelayan yang sudah menunggunya di pelataran depan rumah. Jasmine dan Cath sudah berdiri di dalam, siap menyambut kedatangan keluarga Laura. Sementara Wilson masih di ruang kerjanya, ia masih menelepon seseorang dan terdengar pembicaraan serius. "Ya, ya, ya. Malam ini saya akan menemui putraku. Surat itu memang belum sempat kutanyakan padanya. Kau jangan terburu-buru. Karena ini bisa saja beresiko ke depannya," ucap Wilson dengan nada suara yang terdengar menenangkan, namun sedikit menyimpan kekhawatiran di dalamnya. "Kau percaya saja padaku, ini tak akan lama. Kalau begitu, saya tutup ya, panggilan ini. See You, Sir." Wilson mengakhiri sambungan telepon itu. Ia menghela napas berat. Garis kerut di dahinya menonjol, ia mengusap wajahnya kasar. "Ck. Ken ...Ken ...bagaimana ini?" gumamnya, sedikit mengurut keningnya, tampak khawatir. Matanya menyiratkan seolah tengah berpikir sesua

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXII HARI PERTAMA BERKENCAN

    Ken menghampiri Naira yang bersembunyi di balik pilar, lalu dengan cepat menarik tangannya dan bergegas meninggalkan tempat itu. Sedikit terkejut, Naira hanya pasrah mengikuti langkah Ken menuju mobilnya. Ken membukakan dan mendudukannya di kursi penumpang, dan memakaikan sabuk pengamannya. Dengan langkah lebar, Ken segera memutar ke arah sisi pengemudi, dan duduk di kursinya. Ia melirik Naira yang masih terdiam dengan tatapan kosong ke depan. Perlahan, tangan Ken meraih tangannya dengan lembut, dan menggenggamnya sambil menundukkan wajah. "Maafkan aku, Sayang ..." gumam Ken lirih, suaranya terdengar berat. "Maaf, aku tak tahu jika dia berada di sana tadi. Dan menemukanku, sedikit jauh darimu." Mendengar permintaan maaf Ken, perasaan Naira yang campur aduk sedikit mereda. Ia pun meletakkan tangan satunya lagi di atas genggaman Ken. "Tak apa. aku ...hanya sedikit terkejut, mungkin aku sendiri yang terlalu kaku, mengingat hubunganmu dengannya terjalin cukup lama, jadi hal seperti itu b

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXXI TELEPON DARI WILLIAM

    "Kau di mana, Nak?" tanya William, dalam sambungan telepon dengan suara yang terdengar khawatir. "Um, maaf Pa, aku baru mengabarimu, aku ...sedang di rumah Irene. Aku sedang memiliki urusan pekerjaan dengannya, jadi maaf untuk beberapa hari aku tidak pulang dulu ya, Pa," "Kau sedang tidak bersama pria itu, kan?" tanyanya lagi membuat Naira sejenak termangu. Mata Naira melirik sekilas ke arah Ken yang sedang tersenyum di sebuah butik pakaian pria. "Ah, ti-tidak Pa, aku sudah lama tak menghubunginya," jawab Naira cepat, dengan jantung yang sedikit deg-degan. Sejenak hening, William tidak meresponnya. Suasana ruangan toko cukup tenang, membuat William di ujung sana tak begitu mencurigai keberadaannya. Saat itu Naira menelepon di samping ruang ganti pakaian. Sementara Ken berada di antara area rak pakaian dan sepatu. Ia masih fokus memilah-milah model sepatu sambil sesekali melirik Naira dengan tatapan lembut, tersenyum sambil melambaikan tangannya.

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXX SEPULUH TAHUN YANG LALU

    Siang itu, Ken baru saja pulang dari tempat kuliahnya. Ia berjalan melewati lorong rumahnya untuk menuju ruang kerja khusus papanya yang berada di paviliun. Ia ingin tunjukkan piagam penghargaan dari universitasnya karena sudah memenangkan kompetisi bisnis internasional. Hari yang cerah itu diiringi suasana hati Ken yang bahagia dengan pencapaian yang baru saja di terimanya. Senyum merekah terpatri sepanjang jalannya. Namun langkahnya terhenti ketika ia tidak sengaja menubruk salah satu pria seumuran papanya, menjatuhkan beberapa lembar kertas yang membuat mata Ken sejenak terpaku, kertas bertuliskan 'Surat Perjanjian Hak Milik Perusahaan' dengan di sebelahnya, kertas bertuliskan 'Surat Perjanjian Adopsi Sementara', ia pandang selama beberapa detik sebelum pria itu terburu-buru mengaisnya dan merapikannya. Wilson, papanya yang sedang duduk bersama satu pria berambut pirang, ikut terkejut mengetahui keberadaan Ken yang berdiri di pintu paviliun. Situasi sejenak hening dan terasa cangg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status