Share

2. Kelakuan pelanggan

Author: NunaKoo
last update Last Updated: 2024-01-05 14:28:18

Kana nampak begitu asing tinggal di tempatnya kini. Di penuhi bau alkohol juga rokok yang terkadang sengaja di kepulkan ke arah wajahnya.

Awalnya dia tidak tahu kalau itu adalah tempat bordil. Namun beberapa wanita yang usianya jauh di atasnya memberitahu kalau yang dia tempati sekarang adalah tempat pelacuran.

Sehari di sana, Kana hanya menangis. Mencoba kabur pun percuma saat Madam menjelaskan kalau di setiap tempatnya di jaga oleh bodyguard. Wajah mereka nampak seram, tatonya juga banyak. Nyali Kana yang sebesar kacang kenari, tidak mungkin bisa melawan.

Satu hari di rumah bordil, Kana tidak begitu saja di pekerjakan oleh Madam. Pun wanita paruh baya itu menunggu Kana sampai dirinya siap menerima pelanggan. Yah, itu berlangsung sampai tiga bulan lamanya Kana di sana.

"Kau tahu kan, kalau kau sudah di jual ayahmu padaku?" Tanya Madam saat Kana di panggil ke ruangannya.

"Iya," jawab Kana terlihat lebih tenang.

Madam tersenyum."Kau mutiara di tempat ini, Kana. Kau masih perawan. Harus ada yang berani membayar mahal atas dirimu."

Kana diam saja. Tatapannya kosong entah menatap ke arah mana.

"Sudah 3 bulan sejak kedatanganmu ke tempat ini. Aku rasa kau sudah siap menerima pelanggan pertamamu."

Sial memang hidupnya. Dari kecil sudah ditinggalkan ibunya, saat sudah remaja pun tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Masa sekolahnya putus di tengah jalan, dan kini dia harus kehilangan kegadisannya dengan orang yang tidak dia kenal. Di rumah bordil?

Kana tertawa kecil. Benar kata ayahnya, namanya memang pembawa sial.

"Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?" Tanya Madam.

"Saya hanya menertawakan nasib saya. Ternyata apa yang ayah saya katakan ada benarnya. Madam, bisakah anda mengganti nama saya? Saya rasa nama Kana akan membuat kehidupan saya terasa sial untuk kedepannya. Nama Kana, akan terus mengingatkan saya pada pria brengsek itu."

Madam tertawa."Alan memang brengsek. Dengar Kana, Sebenarnya aku tidak menginginkan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ayahmu banyak meninggalkan hutangnya di tempat ini. Aku rugi banyak sejak ayahmu tidak membayar kembali apa yang sudah dia minum. Tentu saja sebagai seorang pebisnis, Aku ingin uangku kembali dan dia menyodorkan dirimu sebagai pengganti semua hutangnya."

Kana diam saja. Sepintas dia bisa melukis masa depannya kelak. Tidak ada harapan, juga tidak bisa dia lakukan.

"Baiklah kalau kau tidak ingin Kana sebagai namamu. Sebentar akan aku pikirkan. Em... bagaimana kalau Jane? Katrina Jane. Wajahmu blasteran Jepang-Amerika. Nama ini tidaklah aneh untukmu."

Nama baru, identitas baru juga sifat baru. Baiklah. Jane akan menjadi namanya mulai sekarang dan seterusnya. Dia tak akan lagi lemah. Dia akan fokus mencari uang dan sukses walau dengan cara kotor.

"Iya. Baiklah. Katrina Jane adalah nama yang bagus," jawabnya."Saya siap kapanpun Madam suruh. Saya tidak akan menolak lagi dan akan bekerja dengan serius mulai sekarang."

Madam tersenyum dan mengangguk."Ada satu tamu VIP yang sudah menunggumu dari lama. Dia ada di kamar satu. Kalau kau siap, mandilah terlebih dahulu dan pergilah ke sana. Aku akan menghubunginya kalau kau sudah siap."

"Baiklah."

Dengan langkah lemas Jane keluar dari ruangan Madam. Dadanya berdebar hebat, kakinya lemas dan duduk bersimpuh di lantai. Dia memang sudah mengatakan siap, tapi dalam hatinya yang terdalam, Jane takut.

"Kau tidak boleh seperti ini, Kana. Namamu Jane sekarang. Kau harus mendapatkan banyak uang dan melanjutkan hidupmu," ucapnya ke dirinya sendiri.

Pun Jane kembali ke kamarnya dan mandi sesuai apa yang Madam suruh. Ada banyak make up di nakasnya, Dia menggunakannya untuk pertama kali dan pertama kalinya juga dia memoles bibirnya dengan lipstik.

Kamar satu ada di ujung ruangan tempatnya berdiri. Nampak semakin menyeramkan saat langkah kakinya kian mendekat. Pintu tertutup itu dia ketuk pelan.

"Masuklah."

Terdengar suara pria paruh baya menjawab ketukannya. Jane masuk, dan nampak pria berkumis tebal dengan wajah mesum merebah di tengah ranjang. Usianya sekitar 40-an.

"Siapa namamu, Nona?" Tanyanya.

"Ka_ maksud saya, Jane. Nama saya Jane."

Dia tersenyum,"Aku sudah membayarmu dengan harga mahal. Kau jangan mengecewakanku atau aku akan melaporkanmu ke Madam."

Jane diam saja. Namun dalam hatinya dia sudah bertekad akan melalui ini tanpa rasa takut lagi. Ini hidupnya, masa depannya hanya dia yang menentukan.

"Saya tidak akan mengecewakan anda, Tuan."

Senyum Jane di akhir ucapannya membuka tirai hitam di kehidupannya. Masa bodoh dengan harga diri. Dia tidak akan perduli lagi dengan semua itu. Dia akan menentukan jalan hidupnya kini dengan uang juga kenikmatan duniawi.

.

.

Beberapa tahun kemudian di The Langham hotel, New York.

"Jane, Kenapa kau begini padaku?!" Pria berperut buncit itu nampak marah. Nadanya tinggi, wajahnya sampai merah. Dia bertelanjang dada, hanya memakai celana pendek saja.

"Tuan Austin, Anda adalah pelanggan tetap saya. Sejak kapan anda menggunakan semua ini saat berhubungan intim?" Jane menuding beberapa alat bantu seks seperti rotor, vibrator juga seks toys lainnya.

"Aku ingin ada yang berbeda. Aku ingin mencobanya. Kau itu sudah ku bayar mahal! Kau harus menuruti semua yang aku suruh!"

"Apakah Madam tahu apa yang anda lakukan ini?" Ekspresi Jane berubah serius. Sungguh dia benci jika harus menggunakan semua alat BDSM itu jika berhubungan intim dengan pelanggannya.

"Apakah aku harus melaporkan caraku berhubungan denganmu ke Madam? Aku adalah pelanggan tetap di Moonlite. Aku yakin Madam akan memaklumi apa yang aku lakukan. Jangan-jangan kau lupa kalau aku ini tamu VIP-mu, Jane?"

Jane mengerutkan dahinya. Memang Tuan Austin adalah pelanggan tetapnya di Moonlite BunnyRanch.

Iya. Tempat tinggalnya dulu sudah pindah dan menjadi lebih besar sekarang. Bahkan sekarang sudah menjadi tempat terkenal dengan semua wanitanya yang cantik. Jelaslah Jane menjadi mutiara bersinar di Moonlite. Dia menjadi kebanggaan di tempat itu.

"Maaf, Tuan Austin. Sepertinya Madam belum menjelaskan ke anda kalau saya tidak menyukai cara ini. Saya akan menggembalikan uang yang sudah anda kirim ke Madam. Untuk malam ini, saya rasa sudah cukup. Anda bisa menghubungi saya besok kalau sudah dalam keadaan baik."

Jane memakai pakaiannya kembali setelah sebelumnya sudah membukanya separuh. Tuan Austin nampak kesal. Rahangnya nampak mengeras. Jane meraih tasnya lantas membuka pintu, namun belum dia keluar, tangan Tuan Austin sudah menarik rambutnya.

"Argh! Apa yang anda lakukan?! Lepaskan!"

"Dasar pelacur sialan! Kau kira aku siapa sampai kau berani memperlakukanku seperti ini?! Kau hanya pelacur rendahan yang makan dari uang pelangganmu!"

Tuan Austin berusaha menarik Jane kembali ke dalam kamar, namun kedua tangan Jane mengerat kuat di ganggang pintu yang sudah terbuka.

"Kya! Lepaskan, Brengsek! Kau menyakitiku!"

"Aku akan memberimu pelajaran, Dasar pelacur sial!"

Buak!

Tiba-tiba tendangan kuat menghantam perut Tuan Austin sampai pria paruh baya itu terjengkal kebelakang. Tangan kekar menyahut pergelangan tangan Jane yang saat itu sudah terlepas secara reflek.

Pun dia menggenggam erat tangan Jane dan dengan berlari membawa Jane lari dari tempat itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   109. Akhir dari perjalanan (Tamat)

    Tiga tahun kemudian~ Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Waktu berlalu begitu cepat. Kehidupan berjalan seperti biasanya, kebiasaan juga tetap terjadi di setiap harinya. Setelah mengetahui Jane hamil saat itu, keluarga Foster seakan si beri sebuah berkah tak terduga. Di samping saham MH meroket naik, nama Regan pun ikutan naik kembali. Berbanding terbalik dengan MH, E & A jatuh sesuai apa yang Regan katakan. Sahamnya anjlok, nama E & A pun juga ikut jelek. Banyak dari staf keluar dan tidak pernah kembali. Memilih masuk ke MH yang saat itu tengah membuka lowongan kerja. Tuan Easter di jatuhi hukuman tiga tahun penjara, tapi entah kenapa dia juga mengaku kalau dia adalah pelaku yang meneror Jane saat itu sehingga hukumannya menjadi lima tahun. Sengaja dia melakukannya karena sadar jika Regan mempunyai bukti lagi atas teror yang saat itu terjadi, bisa di pastikan kalau Alice akan di penjara juga. Mendapati ayahnya masuk penjara untuknya, Alice memilih p

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   108. Kembali pulang

    Setelah sekian lamanya, kaki Jane menapak kembali ke rumah besar bercat putih yang dia tinggalkan dengan sengaja. Bujukan Regan kemarin yang menceritakan soal kesehatan ayah mertuanya membuat hati Jane tergerak. Tujuan utama dia pergi, di karenakan dia ingin Tuan Abraham bisa memulihkan kesehatannya. Namun, setelah mendengar kalau dia tidak baik-baik saja, tidak mungkin Jane membiarkannya. Dia pulang, ingin memastikan keadaannya seperti apa yang Regan katakan. Saat kakinya sudah di ambang pintu, Dia berhenti melangkah. Regan yang berada di dekatnya sampai heran,"Ada apa?" Tanyanya. "Tidak. Hanya saja aku merasa takut jika ayah masih marah padaku." Regan tersenyum tipis, menggenggam jemari Jane yang menggantung lantas mengecupnya."Percayalah padaku. Dia sudah sangat mengharapkanmu kembali. Bukan hanya aku, Juan, Yohan, apalagi ayah, merindukan dirimu, Jane." Jane menoleh kebelakangnya. Di sana berdiri Juan dan juga Emely yang kini tersenyum lebar. Bahkan Emely terlihat ingin

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   107. Bertemu kembali

    "Dia sedang mengandung. Jane, hamil anakmu, Kak Regan." Regan membisu, tubuhnya membeku. Dia terduduk kembali dengan badan yang gemetar hebat."Dia hamil? Kau yakin mendengar itu?" "Aku sangat yakin." "Istriku sedang hamil," ucapnya menutup mukanya. Regan menangis, tapi tidak dengan tangisan kesedihan. Namun dia sangat bahagia karena mendengar kabar baik itu. Walau di sisi lain dia sangat menyesali perbuatannya karena tidak segera mencarinya, tapi setelah mengetahui tempatnya sekarang, Dia lega. Pun, saat itu juga Regan langsung memesan dua tiket ke Virginia, untuknya dan untuk Juan. Sengaja Yohan tidak dia ajak karena sejak masalah terakhir itu, kesehatan ayahnya sedikit terganggu. Tuan Abraham berada di rumah dan Yohan berada di sana untuk menjaganya. Butuh waktu tidak begitu lama untuk sampai ke Virginia, apalagi lewat jalur udara. Hanya butuh 1 jam dan hanya naik taksi sebentar yang akhirnya mereka sampai di alamat yang Emely berikan. Saat kedua pria itu turun tak

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   106. Kabar baik 2

    "Nona, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Emely tapi Jane hanya diam saja masih tidak percaya dengan keadaan yang terjadi setelah kepergiannya. "Apa maksudmu?" Lirik Jane mengubah suasana menjadi tidak enak. Emely terkesiap mendengar nada yang berbeda. Jane terdengar tidak suka. "Em...maksud saya, masalah anda sepertinya sudah selesai, Nona. Tuan Regan sangat hebat membalikkan situasi ini. Apakah anda tidak ingin kembali?"Jane menghela napas panjang, menatap ke arah luar jendela lagi."Aku yakin Regan pasti bisa menyelesaikan masalah yang menerpa kami. Kabar soal Tuan Easterlah yang ternyata dalang di balik artikel itu, tentunya membuat ku sedih. Aku sangat menyayangkan sikapnya itu yang berusaha menghancurkan pernikahan kami. Tapi, daripada bertanya bagaimana sekarang, Aku lebih memikirkan keadaan ayah. Dia pasti syok karena di khianati teman baiknya sendiri."Emely menunduk, dia diam saja takut dan segan. "...Aku masih tidak bisa kembali, Emely. Walau masalahku selesai,

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   105. Kabar baik

    "Alice, hubungi pengacara kita dan ceritakan apa yang terjadi padanya." Lanjutnya lantas pergi dari sana di dampingi oleh dua polisi. "Ayah! Tidak! Jangan pergi!" Teriaknya berusaha untuk memberontak dengan mencekal tangan ayahnya namun dengan cepat, Yohan menyahut lengannya dan menariknya kebelakang. Membuat cekalan tangan Alice pada ayahnya terlepas. "Jangan berbuat apapun atau kau akan menyesalinya," tekan Yohan menatap tajam Alice. Sedangkan Tuan Easter sudah turun lebih dulu. Regan hanya terdiam di tempatnya. Sama sekali enggan untuk bicara. Hanya menatap ke arah Alice dan Yohan yang saat ini sedang berseteru. Lagi-lagi Alice menghentakkan tangannya hingga terlepas."Kau yang akan menyesalinya karena berurusan denganku!" Balas Alice dengan mata merah dan sedikit bengkak. "Alice..." panggil Regan dan tatapan Alice teralihkan ke Regan."Aku memaafkanmu, dan berjanji akan menutup mulutku atas apa yang sudah kau lakukan pada Jane karena aku masih menganggapmu sebagai teman. Aku mo

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   104. Penangkapan Tuan Easter

    "Maafkan saya, Nona. Tapi ada polisi di depan. Mereka mencari Presdir."Tuan Easter dan Alice kaget. Mereka saling berpandangan."Polisi?" Gumam mereka hampir bersamaan."Kau bilang apa barusan? Polisi?" Ulang Tuan Easter. "Iya, Presdir. Mereka mencari anda."Tuan Easter bingung sekaligus khawatir. Kenapa polisi datang mencari dirinya? Padahal dia tidak melakukan apa-apa.Begitu sekretarisnya keluar, dua orang polisi masuk ke dalam ruangan. Mereka berbadan tinggi tegap dan berpakaian biasa. "Tuan Easter?" Panggil salah satunya. "Iya. Saya Easter. Ada perlu apa kalian mencariku?""Bisakah anda ikut kami ke kantor polisi?""Apa? Kenapa aku harus ikut kalian kesana? Apa yang sudah aku lakukan?""Anda di laporkan atas tindakan pencemaran nama baik tanpa bukti. Silahkan ikut kami ke kantor polisi untuk di mintai keterangan."Alice terkejut bukan main, sedangkan Tuan Easter melotot tak percaya."Apa?! Siapa yang dengan lancang melaporkanku ke polisi, hah?! Dasar kurang ajar!" Teriaknya ma

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   103. Memulai aksi

    Lusanya...Regan mengadakan jumpa pers setelah mempertimbangkan banyak hal. Dia sudah meminta izin pada ayahnya, dan Tuan Abraham pun tidak banyak berkomentar. Dia hanya diam namun tidak mencoba untuk melarang. Mungkin di dalam hatinya yang terdalam, Tuan Abraham tidak setuju dengan tindakan Regan yang akan mengungkap kejadian sebenarnya, tapi di sisi lain, Dia sudah terlanjur sakit hati dengan kelakuan teman dekatnya itu yang diam-diam ingin menikamnya dari belakang. Seakan baru saja mendapatkan berita besar, kala itu banyak wartawan yang hadir di sana. Bahkan tidak hanya Regan, ada Yohan dan Juan yang menemani. Regan tidak ragu sama sekali dan sangat yakin dengan tindakan yang akan dia lakukan. Pukul 12.30, semua sudah berkumpul. Sudah setengah jam yang lalu wartawan dari segala media sudah menunggu. Regan masuk di dampingi oleh seorang pengacara, juga Yohan di belakangnya. Melihat sosok Yohan, banyak wartawan saling bertatapan. Dia tak pernah melihat sosok asing yang kini menge

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   102. Tawaran terakhir

    Pagi itu Regan tidak pergi bekerja. Dia sengaja meliburkan diri hanya untuk menemui Tuan Easter di perusahaan miliknya, yaitu E & A Grup.Dari awal datang, tak sekalipun Regan mengatakan apapun pada Alice. Niat ini juga tanpa sepengetahuan ayahnya. Namun dengan ucapannya semalam menunjukkan kalau ayahnya tidak akan melarang apa pun yang akan di lakukan oleh Regan. Entah itu masalah Jane, atau masalahnya dengan Tuan Easter.Melihat bagaimana ekspresi ayahnya semalam, Regan sangat yakin kalau dia sudah sangat kecewa pada temannya itu. Pun ayahnya tidak akan melarang jika seandainya dia tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini."Apa Paman Easter ada di ruangannya?" Tanya Regan langsung saat dia berada di depan sekretaris. "Presdir ada di dalam, tapi sedang tidak bisa di ganggu. Kalau boleh tahu, anda siapa? Dan apa keperluan anda? Saya akan menjadwalkan pertemuan dengannya."Regan tidak menjawab, dia langsung saja melangkah ke arah ruangan Tuan Easter. "Anda mau kemana?! Tunggu, Tua

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   101. Pengakuan Regan yang sebenarnya

    Di lain tempat, Tuan Easter menutup pintu mobilnya keras, lebih tepatnya membanting pintunya keras. Dia kesal setengah mati mendengar semua ucapan itu dari mulut Regan dan berpikir bagaimana caranya dia tahu kalau dialah orang yang memberi informasi pada reporter itu.Alice nampak sangat tenang. Padahal ayahnya sedang kalut luar biasa. Mereka masuk ke dalam rumah. Tuan Easter melepaskan kancing bagian atas kemejanya lantas duduk di sofa ruang tamu. "Ayah terlihat sangat khawatir," ucap Alice ikut duduk di seberang ayahnya. Kedua kakinya ia silangkan. Dia tersenyum saat melihat ayahnya seperti itu."Tentu saja aku khawatir. Berani-beraninya Regan mengatakan semua itu di depan Abraham. Dan lagi, Reporter sialan itu sudah mengkhianatiku. Sialan! Aku akan memberi pelajaran padanya.""Ayah, bukankah dia sudah tak lagi berada di apartemennya?""Apa? Bagaimana bisa kau tahu?""Aku hanya menebaknya. Kalau Regan sudah menemuinya, kemungkinan besar dia akan menghilang. Seperti halnya ayah Jane

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status