“Karena sudah menemani oma.”“Oh ….” Nerissa mengangguk-anggukkan kepalanya.Sejujurnya Naven ingin mengatakan hal lain. Namun, lidahnya seperti kelu. Seolah tak berani untuk mengatakan hal itu.Saat Mama Ruby dan Oma Clarisa sudah kembali, mereka menikmati makan bersama. Mereka semua menikmati makanan bersama.Usai makan mereka memutuskan untuk pulang. Mereka sudah lelah karena cukup sudah lama di mal.Sesampainya di rumah, Nerissa segera ke kamar. Merapikan belanjaannya tadi. Gaun yang dibelinya benar-benar sangat bagus. Jadi dia sangat senang sekali.“Sepertinya kamu senang gaun itu?” Naven yang melihat Nerissa memegangi gaun barunya, langsung bertanya.“Iya, ini bagus sekali. Tidak sabar memakainya.” Nerissa yang melipat kembali gaunnya dan memasukkannya ke dalam box.Naven sebenarnya juga tidak sabar untuk melihat secantik apa istrinya itu memakai gaun itu. Namun, takut juga istrinya jadi pusat perhatian.“Memang acaranya kapan, Pak?” Nerissa memastikan pada Naven lebih dulu.“Du
Nerissa yang melihat Naven tiba-tiba di depannya pun langsung terkejut. Sampai-sampai buru-buru naik ke permukaan untuk mengambil napas. Karena terkejut, dia tidak benar saat berpijak. Sampai-sampai membuat tubuhnya limbung.Dengan gerakan cepat, Naven langsung menangkap tubuh Nerisa. Membuat Nerissa langsung menatap ke arah Naven.Naven melihat wajah sang istri yang begitu cantik. Meskipun tanpa polesan make up. Wajah Nerissa sangat mulus dan tak ada noda sama sekali. Tentu saja itu membuat Naven mengagumi dalam diam.Tetesan air yang mengalir di wajah Nerissa pun membuat wajah tampak segar. Benar-benar tak menjadi pemandangan yang indah.“Kenapa Pak Naven tiba-tiba di depan saya?” Nerissa langsung melemparkan protesnya.Naven belum beralih dari memandangi wajah Nerissa. Masih memuja dalam hatinya, betapa cantik sang istri.“Pak Naven.” Nerissa yang tidak mendapati jawaban pun langsung memeluk lengan Naven.Barulah saat itu Naven tersadar ketika Nerissa memukulnya.“Kenapa?” tanya Na
Nerissa semakin panik ketika Naven memberikan perintah. Dia belum siap jika harus melakukan apa yang diminta oleh Naven. Dia takut dengan dirinya sendiri.Tak mau terpengaruh, akhirnya dia memutuskan untuk tidak membuka pintu kamar. Membiarkan Naven terus mengetuk pintu.Naven yang melihat Nerissa tidak membuka pintu pun memilih untuk membiarkan. Tak mau memaksa. Sekali pun Nerissa sudah berjanji.“Kita lihat, kapan kamu akan keluar.” Naven mau lihat seberapa lama Nerissa akan ada di kamar.Sambil menunggu Nerissa, Naven memilih untuk menonton televisi.Sayangnya, dua jam berlalu, Nerissa tidak kunjung keluar. Naven merasa jika Nerissa benar-benar sengaja sekali.“Padahal dia belum makan. Tapi, justru mengurung diri.”Naven takut jika sampai Nerissa sakit. Jika Nerissa sakit, pasti urusannya lebih panjang. Karena itu, Naven akhirnya memutuskan untuk pergi saja.Sebelum pergi, dia mengirim pesan pada Nerissa. Meminta Nerissa untuk keluar dan makan lebih dulu.Nerissa yang berada di kam
Nerissa sengaja keluar sedikit mepet waktu berangkat. Hal itu sengaja dilakukan agar tidak bersinggungan dengan Naven. Sengaja dia tidak sarapan juga agar tidak bertemu dengan Naven di meja makan.Saat keluar dari kamar, Nerissa melihat Naven sudah bersiap. Tidak hanya Naven saja di sana. Ada Kiki juga yang membawakan tas Naven.Tanpa berkata apa-apa, Naven keluar dari apartemen. Diikuti oleh Kiki di belakang.Melihat situasi itu membuat Nerissa merasa aneh dengan sikap Naven. Tidak biasa-biasanya pria itu diam saja. Apalagi setelah kemarin, dia telah menipunya.“Apa dia marah karena aku menghindar untuk dicium?” Nerissa mencoba bertanya-tanya pada dirinya sendiri. “Ach … mungkin dia hanya diam saja. Bukan karena itu.” Dia berusaha untuk menenangkan diri.Tak mau membuat Naven terlalu lama menunggu, akhirnya Nerissa langsung keluar dari apartemen. Mengekor di belakang Naven yang sudah cukup jauh.Sepanjang di jalan, Nerissa melihat Naven diam saja. Sebenarnya melihat Naven diam adalah
Nerissa yang keluar dari toilet pun dikejutkan dengan kehadiran Harry. Namun, dia menduga jika Harry sengaja menunggunya.“Ada apa?” Nerissa langsung bertanya tanpa basa-basi.“Aku hanya ingin menjelaskan jika aku bukan tidak tahu perubahan. Aku hanya tidak diberitahu.”Rasanya, Nerissa ingin tertawa mendengar ucapan Harry.“Untuk apa mereka sampai tidak mau memberitahumu?”“Jelas, karena mereka ingin menyingkirkan aku. Apalagi aku dekat denganmu.”Nerissa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.Melihat reaksi Nerissa, Harry merasa jika Nerissa percaya padanya. Dia memang harus menyelamatkan posisinya dengan menjilat Nerissa.“Baiklah, aku paham.”Harry lega mendengar hal itu.“Sa, aku harap kamu bisa mengganti ketua team itu. Dia benar-benar tidak kompeten.”Nerissa mengangguk. Kemudian berlalu kembali ke meja di mana rekan kerjanya sedang makan.Mereka semua menikmati makan bersama. Nerissa tidak sama sekali membahas apa pun tentang apa yang dikatakan Harry tadi. Tak mau mengganggu ma
“Iya, saya akan keluar.”Nerissa tidak mau sampai melepaskan kesempatan itu. Apalagi dia ada rapat setelah ini.Dengan segera Nerissa keluar dari ruangan Naven. Langkahnya diayunkan buru-buru keluar dari ruangan Naven.Di dalam ruangan, Naven berusaha untuk menahan diri. Tadi dia sebenarnya tidak tahan dengan Nerissa. Ingin sekali mencium istrinya itu, tapi dia berusaha menahan diri agar bisa membedakan mana nafsu dan mana cinta.“Aku tidak yakin kuat.” Naven merasa ini akan sangat berat. Apalagi melihat Nerissa di depan mata.Di tempat lain, Nerissa kembali ke meja kerjanya. Berusaha fokus dulu dengan pekerjaannya. Tak mau sampai membuatnya mengabaikan tanggung jawabnya.“Kita rapat.” Sesaat setelah Nerissa duduk di kursinya, dia kembali berdiri lagi.Semua karyawan yang diminta rapat pun langsung ke ruang rapat.Nerissa memimpin rapat. Karena ada beberapa hal yang ingin disampaikan pada team yang sedang mengerjakan event.“Tadi saya sudah melihat persiapan event yang cukup baik. Say
“Pak Naven sedang apa?”Tak ada jawaban dari Naven. Pria itu masih diam. Hal itu membuat Nerissa semakin bingung kenapa Naven diam saja.“Apa dia sedang cari ilmu hitam?” Nerissa bertanya dengan pelan pada dirinya sendiri.Naven sedang duduk bersila di karpet di ruang tamu. Tangannya berada di lutut dan matanya terpejam. Seperti sedang bermeditasi.Rasa penasaran Nerissa membuatnya mendekat pada Naven. Memastikan apa yang dilakukan Naven. Tepat di depan Naven, dia berjongkok untuk melihat apa yang dilakukan oleh Naven.Nerissa berada tepat di depan Naven. Dilihatnya pria itu memejamkan matanya. Kehadirannya pun tidak mengganggu sama sekali. Seolah Naven benar-benar berkonsentrasi.Namun, tiba-tiba Naven membuka matanya. Hal itu membuat Nerissa terkejut hingga memundurkan tubuhnya dan jatuh ke lantai.“Kamu sedang apa?” Naven menatap sang istri aneh.“Saya yang harusnya bertanya. Pak Naven sedang apa?” Nerissa justru balik bertanya.“Meditasi.”Dahi Nerissa berkerut dalam. Dia memikirka
“Sial!” Harry meluapkan rasa kesalnya saat sampai di apartemen.“Kamu kenapa lagi?” Arumi merasa heran dengan sikap Harry yang pulang-pulang sudah marah-marah saja.“Nerisa membuat aku malu dengan mengeluarkan aku dari team event.” Harry meluapkan rasa kesalnya.“Memang kenapa bisa kamu dikeluarkan?” Arumi begitu heran sekali.“Tadi saat kunjungan aku tidak tahu beberapa hal. Aku beralasan jika ketua team tidak memberitahuku. Aku pikir dengan memberitahu Nerissa seperti itu aku akan aman dan ketua team akan dipecat. Ternyata dugaanku salah. Nerissa justru mengeluarkan dari team dan mempermalukan aku di depan karyawan lain.”Arumi akhirnya tahu bagaimana cerita detailnya. “Bukankah aku sudah bilang jika percuma kamu mendekati Nerissa. Dia pasti masih menaruh dendam karena kamu mengkhianati. Jadi percuma kamu mendekatinya.”Apa yang dikatakan Arumi memang benar. Caranya mendekati Nerissa memang tidak berhasil.“Lagi pula untuk apa kamu menggunakan cara baik-baik.” Arumi ikut kesal. Dia