Nerissa digosipkan tidur dengan Presdir untuk naik jabatan. Hal itu membuatnya begitu terluka. “Menikahlah denganku. Aku akan membantu kamu membalas apa yang mereka lakukan padamu.” Nerissa begitu terkejut ketika Naven Presdir Zorion Grup menawarinya menikah untuk membalas orang yang membuat gosip itu. Namun, ternyata ada kontrak pernikahan yang harus mereka sepakati. Akankah Nerissa menerima tawaran Naven itu?
View MoreMendengar pertanyaan itu membuat dahi Naven berkerut dalam. Pikirannya melayang memikirkan siapa yang menghubungi. “Ini siapa?” Walaupun sudah bisa menebak, tapi Naven mau mendengar secara langsung. Saat Naven melemparkan pertanyaan itu, Nerissa menghentikan langkahnya. Entah kenapa dia merasa ikut penasaran ketika Naven bertanya siapa yang menghubungi. “Saya Evan Martin-teman Nerissa.” Benar dugaan Naven jika yang menghubungi adalah pria yang kala itu bertemu di restoran cepat saji. Pria itu ternyata benar-benar menghubungi Nerissa.“Ada perlu apa?” tanya Naven dengan ketus. “Apa bisa saya bicara dengan Nerissa?”Mendengar permintaan itu, Naven langsung menatap dengan tajam Nerissa. Dia sedikit kesal ketika pria di seberang sana ingin bicara dengan Nerissa. Tatapan Naven itu membuat Nerissa yakin jika sambungan telepon itu ada hubungannya dengan dirinya. Namun, tentang apa Nerissa tidak tahu.“Jika ada yang penting kamu bisa sampaikan padaku. Nerissa sedang sibuk.” Nerissa su
Kini tinggal Nerissa sendiri bersama mertuanya. Tentu saja itu membuat Nerissa takut sekali. Apalagi teman-teman Mama Ruby terlihat orang-orang berkelas.“Jadi menantu Jeng Ruby ini kerja di mana?” Salah seorang teman bertanya.Mendengar pertanyaan itu, Nerissa tampak takut. Sebagai karyawan rendahan, pastinya itu sangat memalukan.“Dia kerja sebagai manajer pemasaran di perusahaan kami.” Mama Ruby mengulas senyum manisnya. “Mereka itu seperti saya dan suami yang bertemu di kantor.” Kali ini Mama Ruby tertawa ketika menceritakan hal itu.“Wah ... ternyata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”“Benar-benar mereka memang menuruni kisah kami.” Mama Ruby tampak senang.Nerissa melihat Mama Ruby tampak bahagia sekali. Tentu saja membuat Nerissa tampak jauh lebih tenang.“Nerissa, belum ada tanda-tanda?” Teman Mama Ruby menatap Nerissa.“Tanda-tanda apa Tante?” Nerissa tampak bingung.“Tanda-tanda kehamilan?”Mendapati penjelasan itu membuat Nerissa bingung. Dia tidak tahu harus menjawab ap
Mendapati larangan itu tentu saja membuat Nerissa bingung. Kenapa tiba-tiba sekali Naven melarangnya. Padahal dia sudah siap untuk pergi berenang.‘’Memang kenapa?”“Kita akan pergi.”“Pergi ke mana?” Nerissa tampak penasaran sekali.“Sudah jangan banyak bicara. Bersiaplah. Nanti kamu akan tahu.” Naven mengayunkan langkahnya ke kamarSebenarnya Naven hanya mengulur waktu. Karena dia sendiri juga sedang memikirkan ke mana dia akan pergi bersama Nerissa.Saat ditinggal begitu saja oleh Naven, Nerissa hanya bisa terdiam. Dia masih merasa aneh sekali dengan sikap Naven. Kenapa juga pria itu tiba-tiba sekali ingin mengajaknya pergi.“Dia benar-benar menyebalkan sekali!”Nerissa harus menahan geramnya ketika Naven harus menghalangi kesenangannya. Namun, dia tidak punya kuasa untuk menolak. Dengan langkah kesal, Nerissa segera kembali ke kamar. Bersiap untuk pergi dengan Naven.Di kamar mandi, Naven yang sedang menggosok rambutnya dengan sampo, memikirkan ke mana dia akan membawa Nerissa. Pa
Langkah Nerissa langsung terhenti ketika mendengar suara Naven. Tak menyangka jika Naven belum tidur. “Baik, saya kembali.” Terpaksa Nerissa kembali ke sofa dan duduk di sana. Mata Nerissa semakin berat. Dia benar-benar sangat mengantuk sekali. Namun, dia belum bisa pergi sebelum Naven tidur. Sesekali dia menguap karena mengantuk. Rasanya dia ingin sekali segera pergi ke kamarnya untuk merebahkan tubuhnya. Sayangnya, dia harus sabar menunggu. “Pak Naven sudah tidur?” tanyanya. “Belum.”Mendengar jawaban itu, Nerissa hanya bisa pasrah. Dia kembali menunggu Naven. Karena mengantuk, Nerissa menyandarkan kepalanya ke punggung sofa. “Pak Naven sudah tidur?” Beberapa saat kemudian Nerissa bertanya. “Belum.” Mendapati jawaban itu membuat Nerissa lelah menunggu. Dia terus menguap. Karena terlalu nyaman bersandar di punggung sofa, lama-lama Nerissa memejamkan matanya. “Pak Naven sudah tidur?” Kembali Nerissa memastikan kembali. Suara Nerissa terdengar lirih karena sudah mengantuk.Ka
Bab 59 Naven langsung menelan salivanya ketika mendengar ucapan Nerissa itu. Sejenak dia ingat ucapan Nerissa tadi bersama Ana. Namun, tidak menyangka jika Nerissa memerhatikan baju pria yang berada di foto.Lebih bodohnya Naven dengan percaya dirinya memamerkan kemeja itu pada Nerissa. Jika sudah begini, tentu saja membuat Naven bingung harus apa. Dia belum siap jika Nerissa tahu siapa Evelyn sebenarnya.“Kamu tahu tas-tas branded itu banyak sekali ditiru. Pasti pria yang di foto itu meniru desain desainer yang membuat kemeja itu.” Bukan Naven namanya jika tidak bisa memberikan alasan dan tentu saja alasannya masuk akal.Nerissa merasa jika alasan Naven itu cukup masuk akal. Dia sering sekali lihat tas palsu beredar. Jadi wajar jika desain baju ditiru juga. Jadi dia percaya saja yang diucapkan oleh Naven.“Sayang sekali bayar mahal-mahal, tapi desainnya ditiru.” Nerissa merasa justru sayang pada uang yang dikeluarkan. Lebih baik membeli baju yang ditiru orang. Lebih baik desain umum
Saat mendengar suara tersedak, Nerissa dan Ana langsung mengalihkan pandangan pada Naven. Mereka saling pandang ketika melihat Naven tersedak.“Pak Naven tidak apa-apa?” Kiki panik ketika Naven tersedak. Dia tahu pasti apa yang membuat Naven tersedak.“Tidak.” Naven langsung menggeleng.Saat mendengar Naven tidak apa-apa, Nerissa pun langsung tenang. Dia kembali melihat postingan Evelyn itu.“Lihat ada orang di sini. Apakah dia kekasihnya?” Tiba-tiba Nerissa menemukan seseorang di slide foto terakhir.Naven membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Nerissa itu. Jantungnya berdegup kencang, takut Nerissa menemukan foto dirinya di dalam foto Evelyn.“Ki, tolong antarkan Ana pulang. Ini sudah malam.” Akhirnya Naven mengambil jalan tengah untuk cepat meminta Ana pergi agar Nerissa tidak melihat foto Evelyn terlalu lama dan menemukan dirinya.“Baik, Pak.”“Hadiahnya ada di sana. Bawakan sekalian.” Naven mengarahkan ke sudut ruangan, di mana letak hadiah untuk Ana yang ingin diberikan.Ne
“Sudah-sudah. Jangan banyak tanya.” Nerissa langsung mendorong tubuh Ana untuk masuk ke kamar.Ana langsung diam. Dia paham jika pasti Nerissa dan Naven sedang bermesraan dengan Nerissa. Maklum karena masih terbilang pengantin baru.Nerissa yang masuk ke kamar segera mandi. Bergantian dengan Ana. Kepulangan Naven yang mendadak memang membuat Nerissa cukup terkejut. Namun, mau bagaimana lagi, karena sang suami sudah di rumah.Ana yang selesai mandi pun bersiap merapikan pakaiannya. Karena Naven sudah pulang, tentu saja itu membuatnya berpikir jika lebih baik jika pulang. “Na, kamu mau ke mana?” Nerissa merasa terkejut ketika melihat Ana merapikan pakaiannya.“Pak Naven sudah pulang. Jadi aku rasa jika tidak ada salahnya jika aku pulang.”Mendengar ucapan Ana, tentu saja Nerissa kecewa. Namun, Ana memang di sini untuk menemaninya saat Naven tidak ada. Jadi wajar jika Ana memilih untuk pulang.“Baiklah kalau begitu.” Nerissa mengangguk, tak menghalangi niat Ana untuk pulang.Nerissa dan
Kiki mengantarkan Nerissa dan Ana ke apartemen. Seharian berbelanja membuat Nerissa merasa lelah sekali. Jadi Nerissa dan Ana langsung tidur sesaat setelah pulang berbelanja.Tepat jam enam sore Nerissa bangun. Saat dia keluar, dia melihat lampu yang masih gelap. Masih ada sinar dari luar. Tapi, karena di luar sudah mulai gelap, sinar yang masuk sangat sedikit.Nerissa yang keluar, mencari keberadaan Kiki. Seharusnya jam segini, Kiki sudah menyalakan lampu.Saat sedang mengayunkan langkah untuk menyalakan lampu, Nerissa melihat seseorang tidur di sofa. Dia mengira itu Kiki sedang tidur. Karena tidak mau mengganggu, Nerissa membiarkan lampu tetap mati.Langkah Nerissa diayunkan ke dapur karena dia ingin mengambil minum. Nerissa memilih mengambil minum di lemari pendingin. Karena ingin mengambil minuman manis.Nerissa mendapatkan jus jeruk saat membuka lemari pendingin. Pas sekali untuk mengobati rasa hausnya. Dengan pintu lemari pendingin yang masih terbuka, dia meminum segelas jus. Ke
“Apa perlu kita ke dokter?” Evelyn menatap Naven.Mendapati pertanyaan itu jelas membuat Naven bingung. Dia tidak benar-benar sakit. Hanya pikirannya memang sedang tidak baik-baik saja karena memikirkan Nerissa.“Tidak perlu, aku tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat saja.” Naven menggeleng.“Tapi, sejak tadi kamu tidak enak badan terus.” Evelyn tampak memaksa.“Tidak apa-apa.” Naven berusaha meyakinkan Evelyn. Jika sampai dibawa ke dokter dan diberikan obat, yang ada dia akan minum obat tanpa sakit. “Baiklah, sebaiknya kamu istirahat. Kita tidak perlu jalan-jalan dan keluar malam. Aku takut udara malam justru membuatmu semakin sakit.” Ada guratan kekhawatiran dari raut wajah Evelyn. Baru kali ini Naven sakit.“Apa kamu tidak apa-apa jika tidak pergi jalan-jalan?” Naven memastikan kembali.“Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti sekali kamu sedang tidak enak badan. Jadi tidak baik jika memaksakan.”“Atau kamu jalan saja dengan asistenmu. Aku akan di sini.”“Mana bisa aku tenang jika kamu di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.