"Kak Arsen tidak mencium Kak Layla?"Pertanyaan itu dilontarkan secara terang-terangan dan Layla menahan keras dirinya untuk tidak melotot pada Kiran. Ia melirik Arsen yang tampak jelas terkejut, kemudian dia berusaha mengontrol ekspresinya dengan cepat. Layla sontak menatap Kiran yang berkedip-kedip tidak bersalah sambil cengengesan.Anak ini benar-benar melakukan segala cara. Tapi menyuruh Arsen menciumnya? Itu sudah kelewatan. Bagaimana kalau Arsen merasa kesal? Tentu dia tidak akan menunjukkannya di depan orang tua mereka, tetapi Layla takut Arsen akan menjauh karena ide-ide gila yang Kiran lontarkan."Biasanya 'kan memang begitu, seorang suami mencium istrinya di hari istimewa. Apalagi ini adalah pertama kalinya Kak Layla merayakan ulang tahun Kak Arsen. Benar 'kan, Ibu Sayang?" Kiran menyentuh lengan ibunya dengan lembut. Matanya menyipit dan bibirnya melengkung hingga ke telinga—Kiran tersenyum kelewat manis. Layla sampai diabetes melihatnya.Arinda tertawa kecil dan mengangg
Asap telah membumbung tinggi ke udara ketika Layla melangkah ke halaman belakang. Ia mengecek jagung, ikan, dan udang yang telah dibersihkan, juga tusuk bambu yang dibutuhkan.Malam ini, mereka ingin mengadakan acara bakar-bakar. Nenek bilang, mereka selalu melakukan hal itu saat Kiran berulang tahun selama di desa, jadi ia ingin melakukan hal yang sama pada Arsen.Bicara tentang Arsen, pria itu seolah menghindarinya setelah makan siang. Layla bertanya mengenai rencana pembangunan perpustakaan yang dia maksud, tetapi Arsen tidak mau menjawab lebih jauh. Katanya itu sebuah hadiah ulang tahun, jadi masih perlu dirahasiakan.Padahal Layla ingin bilang kalau Arsen tidak perlu melakukan hal itu. Sebuah perpustakaan—terlalu luar biasa untuknya. Ia hanya memberi Arsen dasi dan kemeja sebagai hadiah, bagaimana mungkin dia memberikan perpustakaan sebagai hadiah ulang tahunnya?Layla belum bicara lagi dengan Arsen setelah mengantar ayahnya pulang. Ada beberapa hal penting yang perlu ayahnya sel
Pada pukul delapan malam, semua jagung, ikan, dan udang telah selesai dibakar. Kiran membuat saus asam manis yang enak dan menuangkannya ke dalam beberapa piring.Semua orang sudah tidak sabar untuk makan, tetapi di sisi lain, Layla mengkhawatirkan sang suami yang sejak tadi duduk di tepi danau. Dia sama sekali tidak mendekat ke arah mereka, dan tampak merenung saat menatap air yang tenang."Layla, antarkan ini pada suamimu, Nak."Sebuah piring tersodor di depan Layla. Ia menoleh dan ibu mertuanya mengangsurkannya padanya.Layla mengambilnya, lalu melirik Arsen yang masih bergeming di tempatnya. Ia merasa ragu-ragu untuk mendekati pria itu, tetapi melihat tatapan ibu mertuanya, ia mau tak mau mengangguk."Antarkan padanya dan bicara ya, Nak. Dia sepertinya habis minum jika diam begitu," kata ibu mertuanya dengan suara pelan.Minum?Kenapa akhir-akhir ini Arsen sering minum alkohol? Atau mungkin itu memang kebiasaannya?Sepertinya tidak. Karena selama mereka bertemu sebelumnya, Arsen s
Mata Layla melebar ketika Arsen mulai melumat bibirnya.Arsen memiringkan kepalanya, sementara tangannya turun menuju punggungnya, merabanya dengan lembut. Napas mereka menyatu dan Arsen menekan bibirnya lebih kuat, lalu mendorong lidahnya ke dalam mulut Layla.Layla menekan tangannya ke paha, jantungnya memukul dengan sangat keras layaknya genderang. Bibir Arsen tak meninggalkan mulutnya sedikit pun, bahkan sampai napas Layla mulai terengah."Balas ciumanku, Layla," gumam Arsen serak, suaranya terdengar putus asa.Layla menatap ke dalam mata Arsen dan menemukan hasrat yang membara di sana, perutnya terasa melilit.Tatapan mereka terkunci satu sama lain ketika Arsen kembali menciumnya. Layla dirundung perasaan bingung, tetapi ciuman Arsen terasa menenggelamkannya. Lidah Arsen bergerak menyapu langit-langit hingga renten giginya, membuat Layla tanpa sadar melenguh.Arsen mengubah sudut ciumannya, dan gerakannya menjadi lebih terburu-buru, seolah dia tidak bisa menahan diri untuk mencic
Layla menatap bunga-bunga segar yang tumbuh subur dalam rumah kaca dengan senyum lebar.Ia memutuskan untuk singgah di toko bunga setelah mengantar ibunya kembali ke rumah. Arsen harus mengurus sesuatu, jadi ia pikir ini waktu yang tepat untuk membeli apa yang ia rencanakan selama ini.Layla mendapat beberapa rekomendasi dari pemilik toko, jadi ia membeli beberapa bunga tambahan selain bunga mawar dan bunga bakung. Seperti bunga kertas yang sudah cukup besar dalam pot, bunga kembang sepatu, bunga seruni dan bunga matahari.Ia merasa sangat bersemangat untuk menanam bunganya besok pagi."Nona, saya sudah membungkus semuanya." Pemilik toko—Risa—menghampiri Layla dan menunjuk seluruh tanaman yang telah dibungkus dengan plastik."Ah, terima kasih. Apakah boleh diletakkan di depan saja? Jadi suami saya bisa langsung mengambilnya nanti," kata Layla, menjelaskan.Wanita itu terlihat terkejut saat Layla menyebut kata 'suami'. Layla sudah tidak terlalu terkejut dengan hal itu. Mengingat umur d
Layla keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri sebentar. Ia menggosok rambutnya dengan handuk dan melangkah ke depan meja rias. Ia menatap pantulannya cukup lama di cermin, lalu beralih ke sekeliling kamar Arsen.Atau, haruskah ia menyebutnya kamar mereka?Walaupun keluarga mereka telah meninggalkan rumah ini setelah perayaan ulang tahun Arsen, Layla masih tidak bisa kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua. Mengingat bahwa nenek dan Kiran bisa datang sewaktu-waktu setelah berkemas di desa, Arsen meminta agar mereka tetap satu kamar sampai dia bisa memastikan segalanya.Layla tidak memprotes karena memindahkan seisi kamar bukan hal yang mudah, apalagi dalam situasi yang mengejutkan. Waktu itu, mereka hanya beruntung.Jika keluarga tahu mereka tidak sekamar, Layla tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka. Ia tidak akan bisa menjelaskan apa pun, terutama pada kedua orang tuanya.Meskipun, tinggal sekamar dengan Arsen juga bukan sesuatu yang mudah? Atau indah? Bagaim
Layla berlutut di depan lemari dan menatap dua buku yang dibelinya kemarin, menimbang-nimbang untuk menyimpannya di mana.Semalam, ia tetap menyimpannya di dalam tas, tetapi ia tidak bisa terus menyembunyikannya di sana untuk jangka panjang. Layla belum sempat membacanya. Ia hanya membuka buku kedua sebentar, rupanya berisi tips-tips untuk menyenangkan hati para suami.Jenis baju seksi seperti jaring laba-laba yang pernah disarankan Kiran, tidak luput dari daftar isi buku tersebut.Tetapi tetap saja Layla tidak bisa membayangkan dirinya memakai pakaian seperti itu.Ya ampun. Memangnya ia memiliki kesempatan untuk memakai itu?Layla membaca bagian pertama tentang bagaimana seorang pria bisa menjadi orang yang sangat pencemburu, terutama jika sang istri membicarakan pria lain (meskipun tidak sengaja) di depan wajahnya.Mungkin ada yang pandai menyembunyikan kecemburuannya, tetapi lambat laun hal itu akan tetap kentara untuk dilihat. Sikapnya terkadang akan berubah, seperti dia menjadi t
Rinai hujan terdengar berdebam keras di luar.Layla memandang ranting pohon angsana yang bergoyang karena tertiup angin kencang. Bunga-bunganya gugur, jatuh memenuhi halaman belakang rumah.Udara dingin kembali berembus melewati tubuhnya. Ia menatap hujan yang mulai mereda, lantas menutup pintu halaman belakang. Tadinya, ia ingin bersantai di dekat danau buatan, tetapi hujan tiba-tiba mengguyur di pagi hari yang cerah.Layla berjalan ke dapur dan memutuskan untuk menyeduh teh dan kopi. Teh untuk dirinya sendiri, sementara kopi untuk Arsen. Pria itu ingin pergi menemui asistennya di sebuah restoran, katanya ingin berbicara mengenai masalah perusahaan yang tidak bisa Arsen tangani secara langsung waktu itu.Karena aku sakit, batinnya.Arsen membatalkan penerbangannya keluar kota demi merawat Layla yang sedang demam.Ia berharap ia bisa membantu, tetapi Arsen bilang tidak ada lagi yang perlu dicemaskan.Layla mengaduk-ngaduk kedua cangkir dan segera membawanya ke beranda depan. Arsen dudu