Share

Bab 82. Myra

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2025-09-10 14:29:59

Setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, Jennie dan Riko akhirnya tiba di rumah orang tua Anisa. Begitu turun dari mobil, Jennie menghirup udara pedesaan yang menenangkan, seolah semua beban di pundaknya perlahan menguap.

"Tempat ini cocok untuk menenangkan diri," gumam Riko sambil menatap sawah yang membentang di sekeliling.

Bu Eni, yang sudah diberi tahu Anisa, menyambut mereka di teras dengan senyum hangat. "Neng Jennie sama Pak Riko, ayo masuk!" sapanya ramah.

Riko mengernyit, sedikit bingung. "Ibu tahu nama saya?"

"Tadi Neng Anisa sudah telepon, Pak," jawab Bu Eni, masih tersenyum.

Riko menoleh ke arah Jennie dan tersenyum kecil. "Kamu masuk duluan, Kakak ambil barang-barangmu."

Jennie mengangguk. "Iya, Kak." Ia mengikuti Bu Eni masuk ke dalam, lalu berkata, "Maaf ya, Bu, udah ngerepotin."

"Enggak merepotkan sama sekali, Neng," jawab Bu Eni tulus. "Ibu malah senang ada teman. Anak-anak Ibu tinggal di kota, pulangnya paling sebulan sekali."

Tak lama kemudian, Riko masu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 82. Myra

    Setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, Jennie dan Riko akhirnya tiba di rumah orang tua Anisa. Begitu turun dari mobil, Jennie menghirup udara pedesaan yang menenangkan, seolah semua beban di pundaknya perlahan menguap."Tempat ini cocok untuk menenangkan diri," gumam Riko sambil menatap sawah yang membentang di sekeliling.Bu Eni, yang sudah diberi tahu Anisa, menyambut mereka di teras dengan senyum hangat. "Neng Jennie sama Pak Riko, ayo masuk!" sapanya ramah.Riko mengernyit, sedikit bingung. "Ibu tahu nama saya?""Tadi Neng Anisa sudah telepon, Pak," jawab Bu Eni, masih tersenyum.Riko menoleh ke arah Jennie dan tersenyum kecil. "Kamu masuk duluan, Kakak ambil barang-barangmu."Jennie mengangguk. "Iya, Kak." Ia mengikuti Bu Eni masuk ke dalam, lalu berkata, "Maaf ya, Bu, udah ngerepotin.""Enggak merepotkan sama sekali, Neng," jawab Bu Eni tulus. "Ibu malah senang ada teman. Anak-anak Ibu tinggal di kota, pulangnya paling sebulan sekali."Tak lama kemudian, Riko masu

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 81. Selamat Tinggal

    "Gara akan pergi ke luar kota besok pagi untuk urusan pekerjaan," kata Riko pada Jennie.Jennie menoleh, keningnya berkerut. "Berapa hari dia di sana? Kok dia nggak bilang apa-apa soal ini?""Aku tidak tahu pasti," jawab Riko, "tapi kata Luna, Gara kemungkinan hanya satu hari saja.""Kalau begitu, aku harus pergi besok," ucap Jennie, seolah sedang mengambil keputusan penting.Riko mengangguk, sorot matanya serius. "Aku sudah minta cuti dua hari pada Gara.""Nanti Mas Gara curiga nggak?" tanya Anisa, matanya menatap Riko dan Jennie bergantian. "Mas Riko cuti barengan sama kepergian Kak Jen?""Tidak aka." Riko meyakinkan. "Aku minta cuti pulang kampung untuk menjemput keluargaku. Seminggu lagi aku mau melamar Luna."Wajah Jennie mendadak murung. "Kak, maafin aku. Di hari bahagia kamu, aku nggak bisa nemenin.""Tidak apa-apa." Riko tersenyum lembut. "Doakan saja supaya acaranya lancar."Jennie menatap Anisa, matanya dipenuhi kekhawatiran. "Aku titip Anisa ya, Kak. Aku takut dia kena masa

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 80. Keputusan Jennie

    "Aku nggak apa-apa, Mom, Nis," jawab Jennie, "cuma kurang istirahat aja." Senyum tipis terukir di bibirnya, berusaha keras menutupi badai yang berkecamuk di dalam hatinya.Andin, ibu mertuanya, menatap Jennie dengan raut penuh kekhawatiran. Sementara Anisa terus mencecarnya dengan pertanyaan tentang keadaannya. Namun, Gara, suaminya, tetap bungkam, seolah Jennie tak pernah ada di sana. Sikap dinginnya menusuk hati Jennie jauh lebih dalam dari apa pun."Bang, Kakak ipar kenapa?" Bara memecah keheningan, "kalian nggak kenapa-kenapa 'kan?"Gara hanya berdeham pelan, pandangannya tetap lurus ke depan. "Dia lelah," jawabnya singkat, tanpa menoleh sedikit pun.Jawaban itu terasa menghina bagi Jennie. Seolah Gara meremehkan perasaannya, mereduksi luka batinnya menjadi sekadar kelelahan fisik. Perih semalam kembali menguasai hatinya. Ia meraih gelas air, menenggaknya hingga tandas, berusaha menenangkan diri."Gara, lihat istrimu!" tegur Andin, "kamu ini kenapa? Baru pulang bukannya peluk cium

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 79. Api Cemburu

    Bara dan Anisa keluar dari mobil, datang menjemput Jennie atas suruhan Mommy."Kakak ipar!" panggil Bara ceria saat melihat Jennie. Ia keluar dari mobil, disusul Anisa."Kalian dari mana?" tanya Jennie heran melihat kedua adik iparnya tiba-tiba muncul."Mommy nyuruh kami jemput Kakak," jawab Bara.Anisa mengangguk setuju. "Iya, Kak. Kami udah nunggu di sini sejak satu jam yang lalu.""Satu jam? Kenapa nggak nyamperin?" kata Jennie."Takut ganggu acara Kak Jennie." Anisa tersenyum kecil. "Bahagia banget ya jadi Lastri, dilamar romantis sama laki-laki yang begitu mencintainya.""Iya," jawab Jennie, suaranya terdengar sendu. "Kita berdua ini kurang beruntung, pernikahan seharusnya diawali kebahagiaan kayak mereka tadi, malah diawali sebuah kebohongan.""Iya ya, Kak," ucap Anisa setuju.Bara hanya terdiam. Awal pernikahannya dengan Anisa juga tidak jauh berbeda, penuh dengan konflik. Ia tidak bisa membela diri ketika mendengar kekecewaan dua wanita di depannya ini."Andai waktu bisa diula

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 78. Lamaran

    Setelah Gara pergi ke luar kota, Jennie selalu pergi ke luar rumah untuk menjadi tukang parkir."Jen, suami lo orang kaya. Lo minta pulau juga pasti dibeliin. Ngapain lo malah ikutan markir lagi sih?" tanya Jo, sahabat Jennie yang juga tukang parkir."Gue mau beliin sesuatu buat laki gue, pakai uang hasil keringat sendiri," jawab Jennie.Setelah beberapa hari, uang hasil markir akhirnya terkumpul."Gue mau beli apaan, ya?" tanya Jennie pada Jo."Lah, mana gue tahu. Gue kan bukan orang kaya," jawab Jo."Mending temenin gue ke toko perhiasan yuk!" ajak Jo."Wuih, banyak duit!" kata Jennie. "Mau beliin gue?""Ngapain beliin lo? Gue mau ngelamar Lastri," bisik Jo sambil melirik ke arah pintu minimarket."Oke deh," kata Jennie. "Ntar kalau si Jali datang, kita langsung cabut.""Ntar malam bantu gue, ya," kata Jo. "Gue gugup, takut ditolak.""Yaelah, Jo. Kalau enggak yakin, jangan dilamar dulu," kata Jennie."Gue pacaran udah lama banget, Jen. Masa gue harus nunggu punya rumah dulu? Kapan n

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 77. Kehancuran Delina

    Lalu datanglah beberapa pria berbadan besar. Raut wajah Delina berubah panik. Ia mundur beberapa langkah.“Siapa mereka?” tanya Delina dengan suara bergetar.“Mereka bukan siapa-siapa,” jawab Jennie, senyumnya semakin lebar. “Hanya orang yang akan mengantarkanmu ke tempat yang seharusnya.”Salah satu pria itu maju dan menyerahkan sebuah surat. Delina mengambilnya dengan tangan gemetar. Setelah membaca isinya, matanya melotot. Surat itu adalah panggilan dari kepolisian, atas laporan pencemaran nama baik dan pemalsuan dokumen yang dibuat oleh Gara dan Jennie.“Gara… Gara sudah tahu?” Delina tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Tentu saja,” jawab Jennie. “Suamiku adalah orang paling protektif di dunia. Siapa pun yang menyentuhku, dia akan menghancurkan mereka. Dia bilang, aku adalah dunianya. Jadi, berani-beraninya kamu merusak dunia Maung Mannaf Group.”Delina tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa menatap nanar Jennie yang kini tampak begitu kuat dan berkuasa. Gaun putih yang dike

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status