Share

Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku
Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku
Author: Ghada Zahra

Bab 1

Author: Ghada Zahra
Aku sudah mati. Pakaian bagus yang kukenakan diganti dengan pakaian compang-camping pengemis yang terlalu longgar untukku. Wajahku juga sudah hancur akibat sayatan pisau.

Arwahku melayang di udara dan ditarik kembali ke rumah oleh daya tarik yang kuat. Di ruang tamu, Ibu mendorong sebuah kotak kado besar ke hadapan Jessica dengan susah payah. Kotak kado itu berisi hadiah yang dipersiapkannya dengan sepennuh hati. Nilai semua barang itu tidaklah murah.

Namun, di hari aku mencapai usia dewasa, Ibu bahkan tidak mengucapkan sepatah kata selamat kepadaku. Selama ini, kata-kata yang paling sering diucapkannya padaku adalah, “Kenapa yang mati waktu itu bukan kamu?”

Saat lahir, aku sangat sehat, tetapi kakak kembarku malah tidak dapat bertahan hingga 24 jam. Dokter berkata janin tidak berkembang dengan baik di dalam kandungan sehingga menyebabkan kegagalan organ.

Seorang wanita tua yang berada di ranjang pasien samping menceritakan pengalamannya.

“Bayi perempuanmu yang rebut nutrisi bayi laki-lakimu. Sepanjang jadi bidan di desa selama ini, aku sudah sering ketemu hal kayak begini. Bayi perempuan seperti ini sangat kuat.” Dia mendekat untuk melirikku, lalu tertawa dan melanjutkan, “Lihat putrimu ini. Cantik banget! Putih dan gemuk lagi!”

Ibuku yang bersandar di tempat tidur pun menatapku dengan penuh kebencian yang bercampur dengan kebingungan.

Sementara itu, ayahku langsung murka begitu mendengar hal ini. Dia mengatakan tidak bisa menerima pukulan ini dan bersikeras mau bercerai dengan Ibu. Dia yakin bahwa aku adalah pembawa sial dan akan memengaruhi bisnisnya jika berada di sisinya.

Sejak saat itu, aku pun dilabeli dengan kata “malapetaka” dan “pembawa sial”.

“Ibu, kenapa Kakak masih belum pulang semalam ini? Apa mungkin dia benar-benar diculik?”

Suara Jessica yang bertanya dengan hati-hati menyadarkanku dari lamunanku.

Saat mendengar namaku, Ibu langsung terlihat kesal. Bahkan ada sedikit kebencian yang menghiasi wajahnya. Dia menjawab, “Omongan orang yang suka bohong sepertinya mana bisa dipercaya? Mana mungkin ada penculik yang sudah menculiknya, tapi nggak minta uang. Dia cuma mau aku ke sana dan merusak acaramu. Dasar anak berhati jahat!”

Aku pun tercengang. Ucapan Ibu bagaikan pisau yang menancap di hatiku. Pada saat diculik, aku juga mengira penculiknya menginginkan uang. Namun, dia hanya menekan pisaunya ke leherku dengan sekujur tubuh yang gemetar dan menyuruhku menelepon Ibu.

Setelah yakin Ibu tidak akan datang untuk menyelamatkanku, pria itu tiba-tiba murka. Dia mengambil pipa baja dari samping dan tidak berhenti menghantam kepalaku. Saat aku masih sadarkan diri, dia menggunakan pisaunya untuk mencongkel satu per satu kukuku.

Pada akhirnya, dia juga menggores wajahku hingga rusak. Setelah meninggalkan luka di sekujur tubuhku, dia mencari pakaian pengemis dan menukarnya dengan baju yang kukenakan. Aku tidak akan melupakan apa yang dikatakannya sebelum aku sepenuhnya kehilangan kesadaranku.

Dia menancapkan pisaunya ke jantungku dan berkata, “Punya keluarga, tapi malah nggak disayang. Kamu bahkan nggak sebanding dengan pengemis.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 12

    Aku tidak merasa terkejut. Selama ini, Ibu memang begitu menyayangi Jessica.Namun, di malam hari, Ibu mengunci diri dalam kamarku. Dia mengambil fotoku dan menyentuhnya dengan jari yang gemetar.“Maaf. Maaf, Janice. Selama ini, kamu benar-benar sudah menderita. Kami yang berutang padamu. Ibu bersalah padamu. Tunggu saja, Ibu akan bawa adikmu pergi menebus kesalahan kami padamu.”Kemudian, dia membuka laciku dan mengeluarkan sebotol obat. Selama beberapa hari terakhir, dia selalu terbangun karena mimpi buruk. Jadi, dia pergi ke rumah sakit dan dokter memberikan obat tidur kepadanya.Aku melihat Ibu melarutkan sebotol obat tidur yang sudah dihancurkannya dalam air. Keesokan harinya, dia memasakkan semeja penuh makanan kesukaan Jessica yang semuanya mengandung obat tidur. Sehabis makan, Jessica pun mengantuk dan berjalan terhuyung-huyung ke kamarnya untuk tidur.Sementara itu, Ibu membuka pintu kamar Jessica dan mengeluarkan ponselnya. Kemudian, dia mengunci pintu rumah dari dalam, menut

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 11

    Keesokan harinya, Ibu bangun sangat pagi dan pergi ke pasar. Berhubung sering membeli makanan laut, begitu melihatnya, seorang pemilik toko langsung merekomendasikan udang yang besar dan segar kepadanya.“Kak Sarah, belilah beberapa ekor udang ini. Aku jamin putrimu pasti suka!”Ibu menjawab dengan terkejut, “Putriku nggak suka makan udang. Dia alergi makanan laut.”Pemilik toko itu pun bertanya dengan terkejut, “Nggak mungkin. Bukannya Jessica paling suka makan udang?”Ibu tidak lagi berbicara dan langsung berjalan ke arah toko sayur. Dia berjalan bolak-balik di sana. Setelah mengambil wortel dan paprika, dia meletakkannya lagi. Dia mengulangi tindakan aneh ini beberapa kali.Akhirnya, pemilik toko bertanya, “Dik, kamu mau masak apa? Kupilihkan bahannya untukmu.”Ibu terpaku di tempat dan berusaha mengingat sesuatu. Tiba-tiba, aku mengerti. Dia tidak tahu makanan apa yang kusukai. Sejak kecil, aku tidak memiliki hak untuk memilih makanan apa yang ingin kumakan seperti Jessica, juga ti

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 10

    Jessica mulai bersandiwara lagi. Sebelumnya, ini adalah cara yang paling sering digunakannya untuk menghadapiku. Dia sangat suka berbuat seperti ini. Dia sengaja mengungkit hal-hal ini di depan Ibu dan menyiratkan aku tetap bisa hidup dengan baik tanpa dampingan mereka. Aku sangat baik terhadap orang liar, tetapi sangat dingin dan pendiam di depan mereka. Dengan begitu, konflik di antara aku dan Ibu akan makin banyak dan Ibu juga akan makin membenciku.Namun, caranya itu tiba-tiba tidak berguna lagi hari ini. Ibu tiba-tiba menoleh, lalu menatapnya dengan dingin dan mengerikan.“Ibu ....”Baru saja Jessica memanggil Ibu, sebuah tamparan yang keras langsung mendarat di pipinya. Dia pun tercengang. Ibu sedang menggenggam rekam percakapanku dengan psikiater.[ Kapan kamu mulai melukai dirimu sendiri? ][ Waktu aku SMP kelas 3. ][ Kenapa bisa timbul pemikiran seperti ini? ][ Karena adikku memfitnahku dan ibuku nggak percaya sama aku. Aku nggak curi uangnya, tapi dia sengaja memfitnahku.

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 9

    Setelah diinterogasi, Erwin meminta untuk menemui Ibu. Ibu juga menyetujuinya. Saat melihat Ibu, Erwin tertawa dan mengejek, “Wah, akhirnya kamu nangis juga? Kamu mulai sedih untuk gadis itu? Ckckck, kasihan sekali. Sampai detik terakhir sebelum dia mati, dia masih tidak berhenti memanggil Ibu.”Dia meniru keadaanku dan lanjut berkata, “Begini. Dia nggak berhenti teriak ‘Ibu, tolong aku’ sambil menangis dan meronta. Oh iya, kamu belum tahu, ‘kan? Awalnya, aku telepon putri bungsumu duluan. Tapi, dia menyuruhku untuk langsung membunuh kakaknya. Katanya, kamu nggak sayang sama kakaknya. Meski dia mati, kamu juga nggak akan nangis.”“Hahaha! Sarah, ternyata anak yang kamu besarkan sama nggak berperasaannya denganmu! Kalian itu sampah masyarakat!” Setelah mendengar tawa Erwin, Ibu pun membungkuk dengan kesakitan dan memuntahkan darah. Melihat hal ini, Erwin bertambah gembira.Setelah sesaat, Ibu baru menyeka darah di sudut bibirnya dan tiba-tiba berujar, “Dulu, orang yang kakakmu minta a

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 8

    Setelah videonya berakhir, seluruh lokasi pun menjadi kacau. Semua orang mulai memaki kekejaman pelaku. Sementara itu, Ibu hanya duduk di sana tanpa bergerak.Aku tersenyum getir sambil menunduk. Ternyata begitu. Pantas saja penculik itu tidak pernah meminta uang dari awal sampai akhir dan hanya meminta Ibu untuk datang. Ternyata dia ingin membalas dendam. Pada saat ini, aku tidak tahu apa yang kurasakan. Aku merasa sedih, tetapi juga bersyukur. Aku sedih karena Ibu tidak peduli padaku. Aku bersyukur karena dia tidak pergi mencariku.Meskipun tidak menyayangiku, Ibu sangat profesional dalam pekerjaannya. Dia menolak permintaan kakaknya pria itu pasti karena alasan tertentu. Aku memang menyalahkan Ibu, tetapi aku tidak ingin dia mati. Bagaimanapun juga, dia itu ibuku.Aku selalu berharap dia bisa memberiku kasih sayangnya meskipun hanya sedikit. Namun, aku sudah tidak memiliki harapan untuk merasakannya....Ibu tidak berhenti menonton video itu. Kemudian, dia mengambil cuplikan gambar

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 7

    Ibu tidak tidur selama 3 hari penuh. Dia yang berlutut di atas lantai menyentuh tulangku dengan hati-hati dan menggambar sketsa segaris demi segaris.Saat menggambar sketsa ke-10, sedikit akal sehatnya yang tersisa akhirnya sirna. Aku berjongkok di samping sambil melihat semua sketsa yang digambarnya. Sketsa itu sangat bagus dan mirip denganku. Setelah memandang sketsa-sketsa itu sesaat, aku tiba-tiba merasa agak terkejut. Ternyata, aku terlihat begitu cantik di dalam sketsa yang digambar Ibu.Saat berusia 8 tahun, aku masih belum mengerti apa sebenarnya pekerjaan Ibu. Aku hanya tahu dia sangat jago menggambar. Aku membangga-banggakannya di hadapan teman sekelasku. Jadi, mereka semua meminta untuk melihat lukisan Ibu untuk membuktikan apakah dia memang sehebat itu.Aku membusungkan dadaku dan menjawab tanpa ragu, “Tentu saja! Ibuku itu orang terhebat di dunia ini!”Sepulang sekolah, aku mengerjakan semua pekerjaan rumah, lalu dengan hati-hati mengajukan permintaan pada Ibu untuk mengga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status