Short
Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku

Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku

By:  Ghada ZahraCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
12Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ibuku adalah seorang seniman forensik yang paling andal di kantor polisi. Dia tegas, berintegritas, dan sangat membenci kejahatan.  Namun, ketika menerima telepon darurat dariku, dia malah menegurku dengan tegas, “Kamu jelas-jelas tahu ini hari ulang tahun adikmu yang baru mencapai usia dewasa, tapi kamu malah mau pakai trik kotor ini untuk merusak suasana! Kalau kamu benar-benar diculik, biar saja penculik itu membunuhmu!” Dia yakin bahwa ini hanyalah lelucon dan menolak datang ke kantor polisi untuk membuat sketsa. Akhirnya, dia melewatkan kesempatan terbaik untuk menyelamatkanku dan aku disiksa hingga mati. Setelah laporan tes DNA keluar, dia bergegas pergi ke tempat kejadian dengan langkah yang goyah. Berdasarkan tulang-tulangku, dia mulai menggambar sketsaku dengan tangan yang gemetar. “Ini nggak mungkin adalah Janice! Aku pasti salah gambar!” Namun, tidak peduli berapa kali dia menggambar, sketsa yang dihasilkannya menampilkan dengan jelas wajahku saat aku meninggal. Ibuku yang selalu membenciku akhirnya meneteskan air mata.

View More

Chapter 1

Bab 1

Aku sudah mati. Pakaian bagus yang kukenakan diganti dengan pakaian compang-camping pengemis yang terlalu longgar untukku. Wajahku juga sudah hancur akibat sayatan pisau.

Arwahku melayang di udara dan ditarik kembali ke rumah oleh daya tarik yang kuat. Di ruang tamu, Ibu mendorong sebuah kotak kado besar ke hadapan Jessica dengan susah payah. Kotak kado itu berisi hadiah yang dipersiapkannya dengan sepennuh hati. Nilai semua barang itu tidaklah murah.

Namun, di hari aku mencapai usia dewasa, Ibu bahkan tidak mengucapkan sepatah kata selamat kepadaku. Selama ini, kata-kata yang paling sering diucapkannya padaku adalah, “Kenapa yang mati waktu itu bukan kamu?”

Saat lahir, aku sangat sehat, tetapi kakak kembarku malah tidak dapat bertahan hingga 24 jam. Dokter berkata janin tidak berkembang dengan baik di dalam kandungan sehingga menyebabkan kegagalan organ.

Seorang wanita tua yang berada di ranjang pasien samping menceritakan pengalamannya.

“Bayi perempuanmu yang rebut nutrisi bayi laki-lakimu. Sepanjang jadi bidan di desa selama ini, aku sudah sering ketemu hal kayak begini. Bayi perempuan seperti ini sangat kuat.” Dia mendekat untuk melirikku, lalu tertawa dan melanjutkan, “Lihat putrimu ini. Cantik banget! Putih dan gemuk lagi!”

Ibuku yang bersandar di tempat tidur pun menatapku dengan penuh kebencian yang bercampur dengan kebingungan.

Sementara itu, ayahku langsung murka begitu mendengar hal ini. Dia mengatakan tidak bisa menerima pukulan ini dan bersikeras mau bercerai dengan Ibu. Dia yakin bahwa aku adalah pembawa sial dan akan memengaruhi bisnisnya jika berada di sisinya.

Sejak saat itu, aku pun dilabeli dengan kata “malapetaka” dan “pembawa sial”.

“Ibu, kenapa Kakak masih belum pulang semalam ini? Apa mungkin dia benar-benar diculik?”

Suara Jessica yang bertanya dengan hati-hati menyadarkanku dari lamunanku.

Saat mendengar namaku, Ibu langsung terlihat kesal. Bahkan ada sedikit kebencian yang menghiasi wajahnya. Dia menjawab, “Omongan orang yang suka bohong sepertinya mana bisa dipercaya? Mana mungkin ada penculik yang sudah menculiknya, tapi nggak minta uang. Dia cuma mau aku ke sana dan merusak acaramu. Dasar anak berhati jahat!”

Aku pun tercengang. Ucapan Ibu bagaikan pisau yang menancap di hatiku. Pada saat diculik, aku juga mengira penculiknya menginginkan uang. Namun, dia hanya menekan pisaunya ke leherku dengan sekujur tubuh yang gemetar dan menyuruhku menelepon Ibu.

Setelah yakin Ibu tidak akan datang untuk menyelamatkanku, pria itu tiba-tiba murka. Dia mengambil pipa baja dari samping dan tidak berhenti menghantam kepalaku. Saat aku masih sadarkan diri, dia menggunakan pisaunya untuk mencongkel satu per satu kukuku.

Pada akhirnya, dia juga menggores wajahku hingga rusak. Setelah meninggalkan luka di sekujur tubuhku, dia mencari pakaian pengemis dan menukarnya dengan baju yang kukenakan. Aku tidak akan melupakan apa yang dikatakannya sebelum aku sepenuhnya kehilangan kesadaranku.

Dia menancapkan pisaunya ke jantungku dan berkata, “Punya keluarga, tapi malah nggak disayang. Kamu bahkan nggak sebanding dengan pengemis.”
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
12 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status