An Zi lantas menyahut dengan nada sedikit ketus dan tajam. "Paman Meng diamlah! Kalau Paman tidak mau menemaniku, Paman bisa kembali ke rumah!" "Sepertinya Paman Meng stdah tidak betah menemaniku. Kalau begitu, aku akan meminta Paman An Se agar mencarikan penggantimu." Mendengar kata 'pengganti' dari mulut An Zi, An Meng terkejut dan hatinya merasa sakit bukan main. "Mana boleh begitu?" An Meng bergerak mendekati An Zi, meletakkan keranjang bambu dan kotak kayu di lantai sebelum berlutut di hadapan sang tuan kecilnya. "Tuan Muda, tolong maafkan paman! Tolong jangan usir paman hanya karena masalah ini!" An Zi berpura-pura marah. Ia melengos sambil bergerak menjauhi An Meng.An Meng terkejut. 'Tuan Muda marah?' "Tuan Muda!" An Meng dengan cepat menyambar ujung pakaian An Zi, seakan takut jika dia akan diabaikan dan dibuang oleh anak muda yang sudah menjadi kekasih hatinya semenjak sang tuan masih balita. "Apakah Tuan Muda sudah tidak menginginkan Paman Meng ini lagi?""Aku bukan ti
Dua orang ini kembali ke dalam sandiwara mereka masing-masing."Sepertinya kamu masih trauma dengan kejadian kemarin itu," ujar Yin Long seraya meneruskan kembali pekerjaannya."Ya," sahut Pangeran Hei Xian dengan suara lirih, hatinya terasa sakit saat membayangkan tubuh para prajurit Klan Naga Hitam yang dibunuh oleh Yin Long. Tangan Pangeran Hei Xian terkepal kuat secara diam-diam. Ia berkata dengan suara dan tubuh bergetar. "Itu sangat mengerikan dan aku benar-benar tak bisa melupakannya, Paman!" Yin Long mengira jika Pangeran Hei Xian masih merasa trauma akibat peristiwa yang mematahkan kaki kirinya. "Sebaiknya kamu berusaha untuk melupakan kenangan semacam itu karena sangat tidak baik bagi kesehatan mental dan pikiranmu." "Lagi pula, mereka sudah paman kalahkan. Jadi paman rasa, mereka tidak akan datang dan tak akan berani menganggumu lagi," lanjut Yin Long, tenang. "Kalaupun mereka berani muncul di hadapan kita, kamu tak perlu merasa khawatir. Ada paman yang akan selalu menja
Siang itu, Yin Long tengah berada di ruang belajar bersama dengan Pengeran Hei Xian yang duduk di kursi roda sambil melihat-lihat buku-buku koleksi milik Yin Long. Sementara itu di dekat meja, Yin Long terlihat asyik menggambar sebuah benda berbentuk tabung bulat menyerupai kendi besar dengan empat kaki pendek melengkung dan dua pegangan menyerupai kuping poci raksasa. Dahi Yin Long sesekali berkerut, pandangan matanya menyipit sejenak, seperti tengah memikirkan sesuatu. Pri itu menghela napas pelan, lalu kembali menggoreskan penanya secara hati-hati. Tak jauh darinya, seorang anak muda duduk di kursi roda sembari membolak-balik beberapa buah buku yang tertata di rak kecil yang terbuat dari kayu albasia. Entah sudah berapa buku yang ia baca, tetapi tak ada satu pun yang menarik hatinya. Pangeran Hei Xian lama-lama merasa bosan dan mulai ingin bermain sesuatu, tapi permainan apa yang bisa dia lakukan sekarang? Kakinya bahkan tak bisa bergerak bebas dan ini sungguh menyiksany
An Meng berjalan terburu-buru karena An Zi pergi dengan setengah berlari. "Tuan Muda, tunggu! Memangnya siapa yang sakit dan kita hendak ke mana?" Sambil tersenyum berlari, An Zi menjawab, "Ke tempat Paman Yin!" "Paman Yin?" An Meng terkejut. "Pria cantik itu lagi?" Demi mengetahui ke mana arah tujuan An Zi, An Meng langsung berjalan pelan sambil menggerutu, "Memangnya apa bagusnya orang itu sampai-sampai kedua tuanku begitu memedulikannya?" "Memangnya aku tidak sebaik dia?" Tidak masalah jika Ah Yin memiliki pesona yang sanggup membuat gadis-gadis di lembah merasa terpikat, tapi tidak bisakah para pria di sana tidak ikut mengaguminya juga? "Dan ahli formasi seperti Qing Zhe juga merasa tertarik padanya. Gadis-gadis di lembah ini selalu membicarakannya. Belum lagi dengan orang-orang yang kerap memuji-muji pria sialan itu hanya karena sedikit berhasil meredakan sakit perut tuan muda!" An Meng terus menggerutu karena merasa tersaingi oleh Yin Long. "Lalu, apakah mereka t
Mahesa Serani pun melangkah keluar dari dalam pondokan milik Yin Long, berjalan melewati rerumputan basah oleh embun dan pepohonan yang rimbun. Angin pagi menyibakkan helai-helai rambutnya, sementara pikirannya sibuk mencari nama-nama tukang pandai besi yang pernah ia dengar dari para pedagang dan tetua kampung. 'Hmm, siapa ya yang bisa membuat benda seperti yang diinginkan oleh Tuan Yin? Selain benda itu harus kuat menahan panas, dia juga tidak mudah retak dan harus sesuai dengan gambar Tuan Yin nanti,' gumam gadis itu dalam hati. 'Tapi apa pun yang terjadi dan sesulit apa pun juga, aku harus berusaha untuk menemukan orang semacam itu,' pikirnya. *** Sementara itu di kediaman An Zi. Siang harinya, An Meng datang dengan sekeranjang penuh buah-buahan dan kotak kayu atau semacam tenggok berisi berbagai macam jenis kue yang dipesan oleh An Zi sehari sebelumnya. Sambil mengetuk pintu, An Meng berseru, "Tuan Muda, ini Paman Meng. Paman datang membawa pesanan Tuan Muda!" "Ma
Api ganas berkobar yang dapat membakar rumah dan hutan memang ada, tetapi jenis api untuk membuat pil semacam itu dia baru pernah mendengarnya. Apa lagi ini adalah api sejati, baginya sungguh di luar nalar. Mahesa Serani mengakui dalam hati jika dirinya sedikit ceroboh dan tidak tahu malu terhadap Yin Long. Jika tahu pembuatan pil ternyata serumit ini, mana mungkin dia dengan begitu percaya diri datang ke tempat ini? Yin Long tersenyum samar, seolah mengenang masa lalu. "Itu cerita panjang, Nona. Tapi intinya, seseorang harus menyatu dengan alam, mendengar napasnya, menghormati kekuatannya … barulah api sejati mau tunduk pada sang penjinak." "Tentu saja hal seperti ini diperlukan niat dan tekad yang kuat, pelatihan yang serius serta ketekunan. Bisa dikatakan itu adalah ilmu tingkat tinggi yang sulit dijangkau oleh orang biasa. Dan sepertinya, pembicaraan kita kali ini terlalu jauh." Entah mengapa Yin Long merasa sedikit menyesal. Ia melihat Mahesa Serani tertunduk sembari meremas
Mahesa Serani mengangguk pelan dengan alis berkerut. Ia mulai paham tapi juga sedikit kecewa. "Sejujurnya, saya juga belum pernah menemukan benda seperti itu." 'Dari mana kami bisa mendapatkan benda semacam itu?' Mahesa Serani dibuat bingung mengenai benda ini. Ia bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa bentuk dari benda aneh yang dinamakan tungku alkimia. 'Tentang tungku alkimia ini, mungkin An Se Gege mengetahuinya. Aku akan menanyakan padanya nanti,' pikir Yin Long. "Lalu yang kedua." Yin Long melanjutkan sambil meraih sebatang tanaman dari keranjang bambu milik Mahesa Serani. "Dalam pembuatan pil yang sempurna dan efektif juga dibutuhkan teknik peracikan dan takarannya juga harus pas serta suhu pemanasan juga harus disesuaikan dengan bahan-bahan yang akan kita jadikan pil. Bahkan urutan memasukkan bahan pun tak boleh keliru. Satu kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal dan membuat pil itu gagal atau bisa malah menjadi pil yang beracun." "Beracun?" Mahesa Serani terkeju
Bukan hanya Yin Long saja yang merasa terkejut, bahkan orang lain nyaris menjatuhkan benda di tangannya. 'Berguru?' Pangeran Hei Xian yang mendengar ini dari balik kamarnya pun kaget dibuatnya. 'Kalau gadis bernama Mahesa Serani itu benar-benar ingin berguru dan Yin Long mau menerimanya, bukankah itu sama artinya dia akan sering datang ke sini?' pikirnya, dengan perasaan senang. Saat memikirkan ini, Pangeran Hei Xian merasa bersemangat. Ia berharap hal itu menjadi kenyataan dan artinya mereka akan sering melakukan interaksi yang mungkin dapat membuatnya kian dekat dengan gadis tersebut. Yin Long lantas berkata, "Nona jangan bercanda dengan suatu hal penting. Saya ini hanya seorang tabib biasa yang belum terlalu berpengalaman tentang metode-metode pengobatan di negeri ini. Saya yakin kalau Nona hanya bercanda saja, bukan?" "Saya serius, Tuan Yin." Ekspresi wajah Mahesa Serani terlihat serius. "Saya benar-benar ingin belajar dari Tuan Yin. Selama ini, saya hanya tahu cara mer
Gadis itu melanjutkan sambil mengambil beberapa lembar daun hijau yang agak bergerigi. "Ini adalah daun kumis kucing. "Kumis kucing?" tanya Yin Long sambil memerhatikan daun yang menurutnya memiliki nama cukup unik. 'Jangan-jangan setelah ada tanaman kumis kucing, ada juga tumbuhan kumis naga,' pikir Yin Long yang menjadi geli dibuatnya. "Daun itu memiliki nama yang cukup unik. Lalu, apakah kegunaan dari tanaman ini, Nona?" Yin Long penasaran. "Tentu saja kegunaannya sangat besar bagi orang-orang yang memiliki suatu penyakit pada saluran kemih," jawab Mahesa Serani. "Biasanya daun ini dibuat menjadi rebusan untuk melancarkan buang air kecil atau mengobati batu ginjal." "Hmm, luar biasa," puji Yin Long seraya mendekatkan matanya, memerhatikan secara saksama sambil sesekali mencium aromanya. "Hmm, aromanya agak tajam, tapi menyegarkan." "Apakah tanaman ini bisa dibudidayakan di lahan bebas atau hanya bisa tumbuh di hutan saja?" tanya Yin Long yang merasa tertarik dengan bentu