Share

1. Bagian 17

last update Last Updated: 2021-09-08 18:38:10

Lima hari kemudian, Gusti Patih Setyo Pinanganpun dihadapkan pada Gusti Prabu Karang Sewu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dihadapan para pejabat dan petinggi kerajaan, Bintang dan istrinyapun ikut hadir ditempat itu. Beberapa hari sebelumnya Gusti Prabu Karang Sewu telah mengadakan pertemuan dengan para pejabat dan petinggi istana untuk memutuskan nasib Gusti Patih Setyo Pinangan dan banyak dari pejabat dan petinggi kerajaan yang masih tidak percaya kalau Gusti Patih Setyo Pinangan yang melakukan semua itu, tapi beberapa orang diantaranya terlihat terus mendesak Gusti Prabu Karang Sewu untuk menjatuhkan hukuman, karena walau bagaimanapun bukti sudah nyata kalau pusaka kerajaan tersebut ditemukan dirumah Gusti Patih Setyo Pinangan, jika hukuman tidak dijatuhkan maka harkat dan martabat kerajaan Karang Sewu akan direndahkan oleh raja-raja tanah jawa lainnya dan hal inilah yang semakin membuat Gusti Prabu Karang Sewu serba salah, disalah satu sisi, hati nuraninya sangat tidak percaya kalau Gusti Patih Setyo Pinangan yang melakukan semua itu, tapi disatu sisi, keputusannya untuk menjatuhkan hukuman kepada seseorang yang nyata-nyata bersalah harus ditegakkannya sebagai seorang Gusti Prabu Karang Sewu.

“Patih Setyo Pinangan, apakah ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku sebelum aku membacakan keputusan atas hukuman yang akan kau terima.......”. ucap Gusti Prabu Karang Sewu lagi. Gusti Patih Setyo Pinangan terlihat menjura hormat.

“Hamba berani bersumpah kalau bukan hamba ataupun putra hamba yang melakukan semua ini, tapi demi tegaknya rasa keadilan hukum dikerajaan ini, hamba akan menerima hukuman apapun yang Gusti Prabu berikan...........”. Ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi dengan bijaknya, hal ini tentu saja membuat Gusti Prabu Karang Sewu semakin sulit untuk memutuskan hukuman bagi Gusti Patih Setyo Pinangan, karena walau bagaimanapun jasa Gusti Patih Setyo Pinangan terhadapnya dan terhadap kerajaan Karang Sewu sudah tidak bisa terukur lagi.

“Gusti......”. sebuah suara membuat semua perhatian beralih kearah sosok Patih Ranang yang terlihat bangkit berdiri.

“Kalau boleh saya ingin memberikan saran.......”

“Silahkan Gusti Patih.......”

“Patih Setyo Pinangan adalah sahabat saya, dan aku tahu betul bagaimana sifatnya dan aku yakin bukan dia ataupun putranya yang melakukan semua ini, tapi walau bagaimanapun hukum harus ditegakkan demi keadilan.......tapi mengingat jasa dan bakti Patih Setyo Pinangan terhadap kerajaan ini sudah begitu besar dan tak ternilai lagi, maka hamba kira hukuman apapun tidak akan pantas untuk kita berikan pada Patih Setyo Pinangan......”. ucap Patih Ranang lagi. Ditempatnya Gusti Prabu Karang Sewu terlihat mengangguk-angguk. Dan terlihat Mahapatih Karang Sewu membisikkan sesuatu ditelinga Gusti Prabu Karang Sewu.

“Baiklah, aku sudah mengambil keputusan......Patih Setyo Pinangan mendekatlah......”. ucap Gusti Prabu Karang Sewu lagi. Sosok Patih Setyo Pinangan tampak mendekat.

“Sebenarnya aku sulit untuk memutuskan hal ini padamu Gusti Patih, tapi aku harus menegakkan keadilan......mengingat jasa dan baktimu dikerajaan ini, aku tidak akan memberikan hukuman apapun kepadamu, tapi sebagai gantinya, aku terpaksa harus memberhentikanmu sebagai Patih dikerajaan Karang Sewu dan memerintahkan kepada Gusti Patih dan keluarga untuk segera keluar dari kerajaan Karang Sewu......”. ucap Gusti Prabu Karang Sewu lagi akhirnya. Keputusan Gusti Prabu Karang Sewu ini jelas menjadi pertentangan dikalangan para pejabat dan petinggi kerajaan, tapi keputusan sudah ditetapkan, tidak ada yang dapat mengubahnya.

“Terima kasih atas kebijaksanaan Gusti Prabu.......”. ucap Gusti Prabu Setyo Pinangan lagi seraya menjura hormat, walau dengan berat hati dia harus menerima keputusan ini.

Keputusan Gusti Prabu Karang Sewu inipun dengan cepat tersebar dikalangan masyarakat, berbagai tanggapan terdengar diberbagai kalangan mengenai keputusan Gusti Prabu, ada yang mendukungnya, tapi ada pula yang menganggap keputusan itu tidak adil. Tapi tidak ada yang dapat berbuat apa-apa karena keputusan Gusti Prabu adalah hukum yang tidak dapat dirubah oleh siapapun juga.

Dari sini kita melompat ketempat kediaman Gusti Patih Ranang yang terlihat cukup megah berada ditengah-tengah kota raja, terlihat ditempat kediaman Gusti Patih Ranang, beberapa orang pejabat dan petinggi kerajaan Karang Sewu tengah berkumpul.

“Ha.....haa.....haaa.....akhirnya rencana kita untuk menyingkirkan Gusti Patih Setyo Pinangan berhasil Gusti Patih......”. ucap seorang Senopati kerajaan Karang Sewu lagi tertawa yang langsung disambut oleh tawa Gusti Patih Ranang.

“Benar dan untuk keberhasilan kita kali ini, kita harus mengucapkan terima kasih kepada ki Bayut yang telah merencanakan semua ini dengan amat matang.......”. ucap Gusti Patih Ranang lagi.

“Ah, semua itu berkat kita semua yang bisa bekerja sama untuk menjebak Gusti Patih Setyo Pinangan.....”. ucap lelaki yang disebut dengan nama ki Bayut itu lagi.

“Lalu apa rencana kita selanjutnya Gusti Patih, apakah kita akan membiarkan Gusti Patih Setyo Pinangan keluar begitu saja.....?”. ucap salah seorang Tumenggung kerajaan Karang Sewu lagi.

“Tentu saja tidak Tumenggung, aku tak ingin ada duri yang akan menghalangi rencanaku kedepan......”. ucap Gusti Patih Ranang lagi terlihat menggebu-gebu. Hal ini membuat semua petinggi dan pejabat istana terlihat saling pandang tak mengerti.

“Patih Setyo Pinangan beserta seluruh keturunannya harus kita bunuh, agar mereka tidak akan bisa lagi menghalangi keinginan kita untuk menjadi penguasa tunggal dikerajaan Karang Sewu ini.......aku janji kalau rencana ini berhasil, kalian semua akan menerima kemewahan dan kenaikan jabatan seperti yang pernah aku janjikan...........”. ucap Gusti Patih Ranang lagi tertawa yang langsung disambut oleh tawa yang lainnya.

“Tapi rencana ini harus kita susun dengan matang, jangan sampai gagal......”. ucap ki Bayut lagi hingga membuat anggukan dikepala yang lain.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status