Share

1. Bagian 18

Matahari terlihat bersinar dengan teriknya menerpa bumi, sementara itu serombongan prajurit terlihat mengawal sebuah kereta kuda keluar dari perbatasan kerajaan Karang Sewu, dibarisan paling depan terlihat dua sosok laki-laki berparas penuh wibawa dengan pakaian kebesaran mereka sebagai seorang Tumenggung kerajaan Karang Sewu, matanya keduanya begitu terlihat tajam mengawasi keadaan disekitar mereka. Entah sudah seberapa jauh mereka meninggalkan perbatasan kerajaan Karang Sewu.

Takkala salah seorang dari kedua Tumenggung itu mengangkat tangannya, dengan serta merta barisan prajurit yang ada dibelakangnya menghentikan langkah mereka.

Lalu keduanya terlihat memacu kuda mereka mendekati kereta kuda tersebut, dari dalam kereta kuda, keluar beberapa sosok tubuh yang ternyata adalah sosok Gusti Patih Setyo Pinangan beserta keluarganya. Kedua Tumenggung ini terlihat turun dari punggung kuda mereka.

“Kami hanya bisa mengantar sampai disini Gusti.....”. ucap Tumenggung itu lagi seraya menjura hormat.

“Tidak apa-apa Ronggo, Suryadana. Terima kasih atas pengawalan kalian......”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi. Walau berat bagi keduanya untuk melakukan hal itu, karena sesungguhnya kedua Tumenggung ini, Tumenggung Ronggo dan Tumenggung Suryadana adalah orang yang paling dekat dengan Gusti Patih Setyo Pinangan.

“Kalau boleh hamba tahu, Gusti Patih akan kemana......?”. ucap Tumenggung Ronggo lagi.

“Mungkin aku akan kembali ke Bukit Bayangan Ronggo....”. ucap Gusti Patih Setyo Pinangan lagi yang juga sebenarnya berat dengan perpisahan ini, karena Tumenggung Ronggo dan Tumenggung Suryadana memang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri, maka tanpa dapat dicegah, ketiganya saling berpelukan melepas kesedihan.

“Kami tidak tahu bagaimana kami tanpa Gusti Patih.....”. ucap Tumenggung Suryadana lagi.

“Benar Gusti, kami yakin pasti ada seseorang yang telah memfitnah Gusti Patih.....”. ucap Tumenggung Ronggo lagi.

“Tabahkan hati kalian, suatu saat nanti kebenaran pasti akan terungkap, yang penting saat ini aku hanya berpesan kepada kalian, jaga Gusti Prabu baik-baik......”.

“Kami akan berusaha menjaga Gusti Prabu Gusti.....harap Gusti dan keluarga bisa menjaga diri baik-baik.......”. Akhirnya kereta kuda yang dikemudikan oleh seorang sais kuda itu melangkah dengan perlahan. Sementara didepan dan dibelakang tampak dua orang prajurit yang juga mengendarai empat ekor kuda ikut mengawal kereta kuda tersebut.

“Sampai jumpa Tumenggung Ronggo, Tumenggung Suryadana.....”. ucap Bintang Masih sempat melambaikan tangannya, dikejauhan kedua Tumenggung inipun membalas lambaian tangan itu, lalu setelah bayangan kereta kuda itu menghilang dikejauhan, barulah kedua Tumenggung ini memerintahkan kepada prajurit yang mengawal kereta kuda itu untuk segera kembali ke istana Karang Sewu.

Malam menyambut sang rembulan yang mulai menampakkan dirinya dicakrawala, Bintang-Bintangpun mulai terlihat bertaburan menghiasi angkasa, sungguh indah ciptaan sang maha pencipta, sempurna tanpa cacat sedikitpun.

Sebuah nyala api unggun terlihat disalah satu sudut hutan belantara yang cukup lebat, ada dua nyala api unggun yang menyala, salah satunya tampak dikelilingi oleh lima orang prajurit yang bersenjatakan lengkap, sedangkan api unggun yang satunya lagi tampak disebuah tenda yang berdiri tak jauh dari api unggun yang menyala tersebut.

“Sudah lama sekali rasanya kita tidak mengunjungi romo ya kanda.....”. ucap seorang wanita anggun kepada seorang laki-laki berwajah wibawa yang ada disebelahnya yang tak lain adalah Patih Setyo Pinangan sendiri.

“Benar dinda, entah bagaimana keadaan romo saat ini, bersalah rasanya kanda karena tidak membaktikan diri kanda pada romo......”.

“Tapi dinda yakin romo dapat memahami keadaan kanda.....”

“Yah, mudah-mudahan saja dinda......” ucap pati Setyo Pinangan lagi, pembicaraan mereka terhenti saat seorang pemuda belia berumur 15 tahunan datang menghampiri mereka, wajah dan tubuhnya tampak dipenuhi oleh simbahan keringat.

“Istirahatlah dulu Bintang anakku, jangan berlatih terus......”. ucap wanita anggun itu lagi dengan lembut seraya tersenyum menyambut Bintang yang datang kepangkuannya.

“Sebenarnya kita ini mau kemana romo......?”

“Kita akan mengunjungi kakekmu Bintang......”

“Kakek......”

“Benar, kakekmu......”

“Dimana kakek tinggal bunda......”.

“Kakekmu tinggal di Bukit Bayangan Bintang......”

“Bukit Bayangan, apakah masih jauh romo......”

“Yah, cukup jauh, mudah-mudahan 7 atau 8 hari lagi kita akan tiba disana.......”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi.

“Disana kau bisa belajar ilmu kenuragan sepuasmu dengan kakekmu anakku........”. ucap bundanya lagi dengan lembut seraya membelai rambut putranya, tapi ucapan bundanya barusan membuat Bintang bangkit dari tempatnya dengan wajah berubah.

“Aa....apakah kakek itu jauh lebih hebat dari kanjeng romo bunda........?”. ucap Bintang dengan lugunya.

“Tanya saja pada romomu anakku.....?”

“Kalau dibanding romomu ini, kepandaian yang dimiliki oleh kakekmu sangat jauh diatas romo, kepandaian yang romo miliki saat ini mungkin tidak ada apa-apanya dibanding kakekmu.......”. ucap Patih Setyo Pinangan lagi tersenyum.

“Kalau begitu kakek pasti orang yang terkenal didunia persilatan romo..........”

“Benar, dulu saat kakekmu masih terjun didunia persilatan, orang-orang persilatan menjuluki kakekmu dengan sebutan Dewa Tanpa Bayangan..........hebatkan......!!”

“Dd....Dewa Tanpa Bayangan, nama yang aneh romo, kenapa kakek mau dinamakan seperti itu......?”. ucap Bintang tak mengerti, hal ini semakin membuat Patih Setyo Pinangan tersenyum sendiri.

“Karena kakekmu itu kalau sudah bertarung, tubuhnya bisa tidak terlihat lagi Bintang anakku, ilmu peringan tubuh yang dimiliki kakekmu sudah sangat sempurna, sehingga setiap gerakan yang dilakukannya takkan bisa dilihat dengan mata biasa.......gerakan kakekmu sangat cepat sekali.......”.

“Wuuusshhh............apa seperti itu romo......”. ucap Bintang mencontohkan gerakan tangannya yang menyapu angin.

“Yah, seperti itulah kira-kira.....”. ucap Patih Setyo Pinangan tertawa. Tapi kini justru Bintanglah yang terlihat paling bersemangat untuk segera tiba di Bukit Bayangan dan bertemu dengan kakeknya Bintang sudah tidak sabar lagi untuk membuktikan ucapan romonya tentang kehebatan kakeknya, Dewa Tanpa Bayangan.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
kurupuk
Ko Mc nya nya belum keluar Thor,, mna mcnya yg nmanya anak Bintang,, apa si Bintang itu,, ktanya mcnya gk lahir dri seorang wanita melainkn dri sebuah Bintang, V smpai skrg Blum muncul,, agak aneh thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status