Share

1. Bagian 7

last update Last Updated: 2021-09-08 18:21:11

Cukup lama, tidak ada yang membuka suara mengenai hal itu, hingga akhirnya ketiga datuk terlihat menarik napas panjang, akankah pertemuan kali ini tidak akan menghasilkan apapun.

“Tunggu.....!!”. tiba-tiba saja sebuah suara terdengar diiringinya dengan berkelebatnya satu sosok bayangan melesat dan turun tepat ditengah-tengah mereka.

Semua mata kini langsung tertuju kearah sosok yang kini telah berada ditengah-tengah mereka, rupanya sosok tersebut adalah sosok seorang kakek yang berpakaian putih, tapi bukan hal itu yang aneh pada sosok kakek yang satu ini, wajahnya terlihat begitu memerah, sementara ditangannya tampak sebuah bumbung tuak yang sesekali dituangkannya kedalam mulutnya, dapat dipastikan kalau merahnya wajah sikakek tentu karena minuman tuak yang ada ditangannya, rambutnya terlihat memutih, padahal wajahnya masih belum begitu tua, kedua matanya terlihat seperti orang yang tengah mengantuk, bahkan gaya berdirinya saja seperti orang yang mau jatuh.

Anehnya kedatangan sosok kakek yang seperti orang mabuk ini terlihat langsung membuat ketiga datuk yang berada didepan langsung maju kedepan dan langsung menjura hormat.

“Sungguh suatu kehormatan bagi kami, kau mau ikut datang kepertemuan ini Sigila Tuak.........”. ucap Datuk Api lagi angkat bicara seraya menjura hormat, tapi ucapan Datuk Api tadi cukup mengejutkan bagi sebagian tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu yang memang belum mengenali sosok kakek yang baru saja datang tersebut. Rupanya dia adalah Sigila Tuak, salah seorang sesepuh aliran putih yang namanya begitu amat disegani dan sangat ditakuti oleh tokoh-tokoh aliran hitam, hanya saja sayang Sigila Tuak sangat jarang sekali untuk turut campur masalah dunia persilatan, karena kini dia lebih banyak mengasingkan dirinya di Lembah Bambu, tempat kediamannya. Begitu mengetahui nama kakek tersebut, seketika saja tokoh-tokoh dunia persilatan yang hadir ditempat itu ikut menjura hormat.

“Sebelumnya aku mohon maaf kalau kedatanganku kemari telah menganggu pertemuan kalian.....gluk....gluk....glukk......”. ucap Sigila Tuak lagi seraya kembali menegak bumbung tuak yang ada ditangan kanannya.

“Oh tentu tidak, kami justru merasa terhormat menerima kedatanganmu Sigila Tuak........”. ucap Datuk Langit lagi angkat bicara.

“Singkat saja, kedatanganku kemari memang bukan untuk memberikan jawaban atas pristiwa besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu....gluk.....gluk...... tapi aku mungkin dapat memberikan jalan keluar mengenai masalah ini......... gluk.....gluk......”. Semua menanti dengan perasaan berdebar ucapan sesepuh Sigila Tuak berikutnya.

“Aku tahu siapa orang yang bisa memberikan jawaban atas semua ini..... gluk.....gluk...... dia adalah sahabatku yang bernama Peramal 5 Benua...... gluk.....gluk......”. ucap Sigila Tuak lagi.

“Peramal 5 Benua.......”. ucap semua tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu hampir bersamaan, dan seketika saja ucapan Sigila Tuak disambut dengan anggukan kepala oleh yang lain.

“Benar, kenapa kita tidak meminta bantuan Peramal 5 Benua untuk menjelaskan mengenai masalah ini.........”. ucap salah seorang tokoh persilatan yang hadir ditempat itu.

“Mungkin apa yang kau katakan itu memang benar Sigila Tuak, tapi kita semua tahu, tidak ada seorangpun diantara kita yang tahu dimana tempat tinggal Peramal 5 Benua......”. ucap Datuk Angin lagi angkat bicara.

“Gluk.....gluk......jangan khawatir, aku tahu tempat kediamannya, tapi sahabatku itu paling tidak suka jika tempat kediamannya didatangi oleh banyak orang, jadi aku hanya bisa mengajak satu orang saja diantara kalian untuk ikut bersamaku ketempatnya.......”. ucap Sigila Tuak lagi. Ucapan Sigila Tuak tentu saja membuat mereka semua yang ada ditempat itu saling pandang.

“Baiklah, biar aku yang ikut bersamamu Sigila Tuak.......”. ucap Datuk Langit lagi akhirnya.

“Saudara-saudara satu golongan, aku dan Sigila Tuak akan pergi untuk menemui Peramal 5 Benua untuk meminta penjelasan mengenai masalah ini, apapun yang akan disampaikan oleh Peramal 5 Benua nanti, akan kusampaikan pada kalian semua, dan pertemuan ini akan kembali kita lakukan satu bulan kedepan.........bagaimana.....?”. ucap Datuk Langit lagi dan akhirnya hal itupun disetujui oleh semua yang hadir ditempat itu.

Maka bersama Sigila Tuak, Datuk Langitpun segera berangkat untuk menuju ketempat kediaman Peramal 5 Benua yang menurut Sigila Tuak masih cukup jauh. Datuk Langit tentu saja berharap dapat menerima jawaban yang cukup memuaskan hatinya dari Peramal 5 Benua mengenai masalah ini.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status